Sejak saya mengajar yoga, saya banyak bertemu dengan para klien yoga saya – para perempuan yang menderita dan mengalami stres karena adanya tekanan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada mereka. Saya sangat mengerti akan kondisi mereka karena tekanan sosial tersebut juga terjadi pada saya.
Beberapa waktu yang lalu, Master Yoga saya – Cat Kabira – menceritakan tentang tekanan sosial yang dia alami dan dia berani menyatakan bahwa dia menolak semua tekanan sosial tersebut dan dia tidak memberi izin kepada siapa pun untuk melakukan tekanan sosial kepadanya. Hal ini memotivasi saya untuk menuliskan blog ini agar banyak orang menyadari bahwa tekanan sosial yang sudah berlangsung selama ribuan tahun ini sangat merugikan kondisi mental dan emosi pada perempuan.
TEKANAN SOSIAL PADA PEREMPUAN SECARA UMUM
Kehidupan sosial kita secara menyedihkan telah mengatur nilai yang salah tentang perempuan dan hal ini telah dilakukan selama ribuan tahun. Nilai perempuan hanya terletak pada penampilannya saja. Semua pertanyaan yang menyakitkan yang selalu datang dari seluruh masyarakat pada umumnya adalah:
- Kenapa Anda terlihat gemuk?
- Kenapa Anda tidak berdandan dan tidak memakai kosmetik?
- Barang apa yang Anda pakai? Dibuat oleh brand apa? Berapakah harganya?
- Kenapa Anda tidak memakai kalung, gelang dan anting-anting?
- Kenapa ada uban di rambut Anda? Kenapa rambutnya tidak dicat?
- Kenapa Anda memakai sepatu olahraga? Kenapa Anda tidak memakai sepatu dengan hak tinggi?
- Kenapa Anda memakai kaos dan celana panjang? Kenapa Anda tidak memakai gaun dan rok?
Fakta lain yang sangat menyakitkan adalah:
- Berbagai industri mode, fashion dan kecantikan menghabiskan miliaran dolar setiap tahun untuk mengingatkan perempuan bahwa mereka harus selalu memakai produk mereka agar terlihat cantik dan perempuan harus selalu melakukan operasi plastik dan operasi tubuh agar tubuh dan wajahnya tampak lebih seksi dan cantik.
- Kelompok sosial hanya akan menghargai perempuan yang memiliki berat badan dan bentuk tubuh yang ideal dan yang tampak seksi dan menggairahkan. Banyak orang akan memaksakan kehendak mereka secara halus bahwa perempuan tidak boleh banyak makan dan perempuan tidak boleh mengenyangkan perutnya sendiri.
Berbagai hal diatas bagi saya adalah tekanan sosial yang diberlakukan kepada para perempuan untuk memuaskan mata para manusia lain, terutama mata laki-laki. Kenapa harus memuaskan orang lain? Tidak bolehkah para perempuan ini memuaskan diri mereka sendiri dengan menampilkan diri mereka secara alami, sederhana dan apa adanya? Perempuan adalah manusia, bukan obyek.
TEKANAN SOSIAL PADA PEREMPUAN YANG BELUM MENIKAH DAN TIDAK MAU MENIKAH
Kehidupan sosial telah memaksa perempuan untuk menikah. Banyak orang yang secara sinis berani mengatakan bahwa perempuan harus menikah. Semua pertanyaan basi dan negatif yang selalu datang dari seluruh masyarakat pada umumnya adalah:
- Mana keluargamu?
- Apakah Anda sudah menikah atau belum?
- Kenapa Anda belum menikah?
- Kenapa Anda tidak mau menikah?
- Kenapa Anda belum laku?
- Kenapa Anda mau jadi perawan tua?
Saya sendiri masih mempunyai pemikiran bahwa pernikahan mungkin akan merugikan saya. Ketika saya menikah, maka kekuatan dan kekuasaan saya pada hidup saya akan menjadi lemah. Ketika saya menikah, hidup saya akan dikuasai oleh laki-laki dan keluarga. Ini semua karena di dalam keluarga, peran laki-laki selalu ditinggikan dan selalu dianggap paling penting dan nomor 1, sehingga perempuan tidak punya kekuatan dan kekuasaan untuk mengatur hidupnya. Sering terjadi bahwa perempuan tidak dapat memiliki properti, tidak memiliki hak untuk memilih dan tidak dapat memiliki rekening bank sendiri. Sungguh disayangkan bahwa yang boleh memiliki ini semua dan memegang kendali adalah para lelaki yang berstatus sebagai ayah atau suami. Saya sangat tidak setuju, sehingga saat ini, saya masih menolak untuk menikah.
(Catatan Penting: Ternyata keputusan saya untuk "masih menolak untuk menikah" dan - kemungkinan terbesar - "tidak menikah" adalah keputusan yang benar dan terbaik bagi diri saya sendiri. Anda dapat membaca alasannya yang terkuat di blog saya yang lain di https://theresiamariafaustina.blogspot.com/2021/01/hidup-bersama-tuhan-yesus-kristus_31.html )
(Catatan Penting ke 2: Ketika saya menyadari bahwa saya sudah cukup dan bahagia dengan menjadi diriku sendiri dan hanya bersama diriku sendiri, maka saya menjadi sangat mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Satu-satunya pihak yang dapat bersama diriku adalah Tuhanku Yesus Kristus yang telah memahkotai saya dengan kebaikan dan perlindungan. Terima kasih, Tuhanku Yesus Kristus.)
TEKANAN SOSIAL PADA PEREMPUAN YANG SUDAH MENIKAH
Sudah banyak klien yoga saya yang menceritakan bahwa penderitaan yang mereka rasakan terjadi karena publik secara berani telah membatasi ruangan bagi mereka sebagai perempuan untuk bergerak. Setelah menikah, para perempuan hanya dapat menjadi ibu rumah tangga saja dan bergerak di bagian rumah tangga saja. Selalu ada tekanan sosial yang memaksa perempuan untuk hanya mengurus rumah tangga saja, harus membersihkan rumah, harus memasak di rumah, harus hamil, harus melahirkan anak dan harus mengurus anak. Berbagai industri makanan juga selalu mengingatkan bahwa pihak yang harus pandai memasak adalah perempuan.
Saya sangat tidak setuju dengan tekanan sosial ini karena:
- Semua perempuan punya hak untuk bekerja agar mereka dapat menggunakan pikiran dan bakat mereka yang cemerlang dan cerdas. Pekerjaan yang para perempuan lakukan pun dilakukan karena kemauan mereka, bukan karena paksaaan dari siapa pun.
- Ketika para perempuan memilih untuk menjadi “istri”, hal ini berarti bahwa para perempuan telah memilih untuk menjadi pasangan hidup dari para laki-laki. Jadi, jangan perlakukan para istri ini sebagai asisten rumah tangga dan “obyek tambahan”.
- Semua perempuan punya hak untuk memutuskan apakah mereka ingin mempunyai anak atau tidak. Jangan paksa mereka untuk hamil dan punya anak bila mereka memang tidak ingin punya anak atau memang karena kondisi kesehatan merekalah yang membuat mereka tidak dapat mempunyai anak.
- Semua perempuan punya hak untuk memilih menjadi manusia yang tidak dapat memasak dan tidak mau memasak.
TEKANAN SOSIAL PADA PEREMPUAN DENGAN MENGGUNAKAN KATA “KELUARGA”
Sudah banyak klien yoga saya yang juga menceritakan bahwa mereka menderita karena keluarga mereka telah menekan dan memaksakan kehendak. Di dalam “lingkungan keluarga”, sudah banyak perempuan yang disindir dan dipaksa untuk menuruti kemauan dari pihak keluarga dengan alasan yang tidak masuk akal, yaitu perhatian dan kasih sayang.
Saya mempunyai pemikiran bahwa kalau memang pihak keluarga memperhatikan para perempuan yang merupakan anggota keluarga mereka dan sayang pada anggota keluarga tersebut, maka seharusnya pihak keluarga memberikan ruang dan kebebasan agar anggota keluarga tersebut dapat hidup sesuai dengan keinginannya, bukan sesuai dengan keinginan keluarga.
Tekanan lain yang terjadi di lingkungan keluarga adalah adanya kekerasan emosi yang dilakukan oleh keluarga, terutama orang tua, kepada anak-anak. Hal ini sebenarnya terjadi pada semua anak, namun paling banyak terjadi pada perempuan. Para keluarga dan orang tua selalu menuntut anak-anak, terutama anak perempuan, untuk berbakti kepada keluarga dan orang tua dan membalas budi para keluarga dan orang tua.
Saya ingin mengajak Anda untuk berpikir tentang beberapa hal ini:
- Apakah anak-anak meminta untuk dilahirkan? Jawabannya adalah tidak.
- Lalu kenapa anak-anak dapat dilahirkan? Jawabannya adalah karena ada 2 orang yang melakukan kesenangan pribadi mereka, dan kesenangan pribadi mereka inilah yang menghasilkan anak-anak.
Pola pikir diatas sudah jelas memberikan pengertian bahwa 2 orang yang melakukan kesenangan pribadi tersebut harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah mereka perbuat. Karena anak-anak mereka adalah hasil dari kesenangan mereka, maka mengurus anak-anak mereka adalah tugas dan tanggung jawab mereka. Jangan jadikan tugas dan tanggung jawab ini sebagai alasan untuk memaksa dan menuntut agar anak-anak harus berbakti kepada orang tua dan membalas budi kepada orang tua. Kalau pun anak-anak ini berbakti dan membalas budi, biarkanlah mereka melakukannya karena niat baik dan dorongan dari hati mereka, bukan karena paksaan dan siksaan dari siapa pun.
KEPUTUSAN SAYA UNTUK MELAKUKAN POLA HIDUP MANDIRI
Belajar dari berbagai hal yang terjadi diatas, pikiran saya memutuskan bahwa tekanan sosial adalah kekuatan dan kekuasaan yang dapat menghancurkan saya dan hidup saya sebagai manusia dan perempuan. Oleh sebab itu, saya memutuskan untuk melakukan pola hidup mandiri. Pola hidup mandiri berarti:
- Saya mau melanjutkan hidup ini dengan menjadi manusia yang mandiri yang memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk menjadi diri saya sendiri apa adanya dan melakukan berbagai hal yang memang saya ingin lakukan dengan baik dan benar. Bukan karena orang lain dan bukan untuk orang lain.
- Saya mau membangkitkan kegembiraan dan cinta pada diri saya sendiri yang hanya dapat dilakukan oleh saya sendiri.
- Saya mau mengatur hidup saya sendiri. Saya tidak mengizinkan peraturan sosial apa pun untuk mengatur hidup saya dan bagian pribadi saya.
- Saya hanya mau melakukan berbagai hal yang saya mau karena saya mau menikmati hidup saya sendiri dan kebahagiaan saya sendiri yang datang dari diri saya sendiri.
- Saya sendirilah orang yang harus saya puaskan, bukan orang lain. Saya tidak diciptakan untuk memuaskan orang lain. Saya sendirilah orang yang harus saya pedulikan, bukan orang lain.
- Saya ingin berkelana di dalam pengalaman hidup saya sendiri dengan cara saya sendiri. Saya ingin menjelajahi dunia dengan cara saya sendiri.
- Saya ingin dihargai karena pekerjaan saya, hobi saya, sifat saya, kesehatan saya dan energi saya. Saya ingin dihargai secara alami dan apa adanya. Saya sangat tidak mau dihargai hanya karena kecantikan saya, tubuh saya yang langsing dan seksi, kosmetik yang saya pakai, rambut saya yang tidak beruban dan berbagai barang mahal yang saya pakai yang dibuat oleh berbagai brand terkenal.
- Saya hanya mau hidup dengan status yang saya pilih sendiri.
Pola hidup mandiri ini telah saya bagi kepada berbagai orang di sekitar saya dan mereka mengatakan bahwa setelah melakukan pola hidup mandiri, hidup mereka sekarang jauh lebih bahagia karena mereka memiliki kekuatan dan kekuasaan pada hidup mereka sendiri.
Semoga pola hidup mandiri saya ini dapat memotivasi dan memberi inspirasi bagi para perempuan agar hidup Anda menjadi lebih bahagia dengan cara yang Anda pilih sendiri. Hidup mandirilah, maka Anda pasti bahagia.
Salam sehat dan bahagia :-)
#yoga #psychology #psikologi #mental #social #sosial #experience #pengalaman #advice #saran #motivation #motivasi #Inspiration #inspirasi #life #hidup #women #perempuan #Independent #mandiri #health #kesehatan #blogger #happiness #kebahagiaan #confidence #percayadiri #strong #kuat #singlelife #lajang