27 November 2003

Lebaran di rumah - 26 Nov 2003

Kebetulan di rumah saya, ramenya lebaran itu juga hari kedua dimana semua keluarga datang mengunjungi kami karena ibu dan ayah saya adalah yang 'dituakan' di keluarga. Abis, yg lainnya udah 'gak ada'.

Kebetulan juga, lebaran kemarin ibu saya membuat hidangan alternatif yg dulu tidak pernah ada, yaitu sup kimlo yg berisi wortel, jamur kuping hitam, kembang tahu, bakso ikan, dll.
Hidangan alternatif lain yg dulu juga gak ada adalah telor petis. Wah, laris manis tanjung kimpul tuh kimlo dan telor petisnya. Mungkin memang karena para tamu sudah eneg sama masakan yg bersantan.
Nah, ada satu hidangan alternatif yg selalu di sajikan pada saat lebaran di rumah kami, yaitu makaroni schotel (ini nulisnya bener gak ya?). Hidangan ini memang yg selalu ditunggu-tunggu para kerabat, terutama saya. Mama saya kalo bikin makaroni ini selalu dengan extra keju...keju tua lagi (kalo gak salah, correct me if I am wrong, namanya keju edam ya) dan extra smoked beef. Wuih, sedap bow!

Sedangkan untuk masakan lain, mama saya tetap berpegang pada pedoman utama bahwa yang namanya lebaran itu tidak sreg kalo tidak ada opor ayam, sambel goreng rebung kuah, krupuk udang, acar dan gulai kambing. Nah, hidangan yg terakhir ini juga kok ndilalah ditunggu-tunggu juga oleh para tamu. Buktinya 2 panci besar bisa habis dalam satu hari open house. BTW, kambing nya ini beli nya harus di supermarket, karena mama saya gak mau ambil resiko dapet daging yg "siapa tau bukan kambing' atau daging yg sakit. Dan biasanya kalo beli di supermarket, mereka memotong kambingnya pake mesin pemotong dan bukan di pisau. Kata mama saya, kalo dipotong pake pisau atau golok, biasanya daging akan dipotong dgn cara pisaunya di hentakkan. Tapi akibatnya, tulang di dalam daging akan pecah sehingga akan hancur atau menimbulkan efek jeruji tajam pada bekas potongan yg akan melukai mulut para pemakan masakan daging ini. Kalo motongnya pake mesin pemotong khan hasil potongannya akan halus dan cantik dan tidak akan melukai mulut kita.

Yang paling unik, ibu saya lebaran kali ini tidak membuat ketupat, tapi diganti dengan lontong yg di cetak dengan cetakan kue bolu gulung dan alat pemotong lontong nya pun pemotong bolu gulung pula. Sehingga seluruh tamu bilang kalo lontong buatan mama saya itu bentuknya manis banget.

Satu hal, lebaran kali ini para tamu kecewa karena mama saya tidak menghidangkan 'hidangan reguler' lainnya, yaitu bubuk kedelai temennya makan ketupat/lontong dan manisan kolang kaling hijau merah. Mama saya bilang, abis udah gak sempat lagi beli bubuk kedelai di pasar. Apalagi waktu persiapan lebaran, ada hujan lebat di pasar cikini, tempat beliau suka beli kolang kaling. Dan ternyata setelah kembali, kolang kaling yg tersedia tahun ini kok kecil-kecil. Biasanya ada kolang-kaling besar yg berdiameter 3 sampe 4 cm.

Tidak lupa, mama saya menyertakan kue-kue bikinan sendiri, yg terdiri dari: cake lapis kuning coklat, kaastengel (once again, ini nulisnya bener gak?), nastar, kacang mede, mini pastel ebi, kue kacang, juice buah, dan lemon squash. Yang paling laris adalah kaastengel dan nastar nya karena, seperti biasa, keju tua, nanas dan adonan weisman nya (yg terakhir ini bener gak ya ejaannya) dibuat sangat extra oleh mama saya. Uh, yummy deh.

Overall, anak nya yg satu ini cuma bisa bantuin....ngehabisin makanan dan kue buatan ibunya tercinta ini :))
Duh...I love you, Mom.

Salam idul fitri - mohon maaf lahir bathin,
Astrid

For any comment or question, please send email to: astrid-amalia@angelfire.com

21 November 2003

Resto Al Nafoura – Hotel Le Meridien – 20 November 2003

Pada hari kamis kemarin, saya bersama Susanti ’si Ibu Sadis’ dan Grace mencoba untuk dinner di Resto Al Nafoura di Hotel Le Meridien di Jalan Jend. Sudirman.

Resto ini memang dari interiornya bernuansakan Lebanon, termasuk pernak-pernik kecilnya, seperti teko dari bahan metal, alat untuk merokok, dll. Tetapi Ibu Sadis sejak awal sudah mengkritik ketidak konsistenan interior resto ini, karena untuk urusan bangku dan meja, resto ini menggunakan bangku gaya betawi.

Kami memesan menu buffet, dengan pemikiran bahwa kami dapat mengapresiasikan hampir seluruh makanan di resto ini dalam satu kali makan. Karena pada saat itu kami datang dalam nuansa ’buka puasa’, maka setelah menikmati teh hangat, saya pun mencoba kurma yang disajikan di meja. Ternyata rasa kurma dimana-mana sama aja ya...maanniisss banget.

Lalu setelah cooling down sebentar untuk memberi waktu pada perut saya yg abis puasa ini, saya pun langsung menyerbu meja tempat salad dan appetizer dihidangkan.

Untuk pembuka, saya mencicipi krim sup ayam. Rasanya sangat cukup light. Tetapi, menurut saya, akan lebih baik lagi bila kita menambah sedikit garam dan merica.

Salad yg saya coba pertama kali adalah salad tomat, lettuce dan timun dgn dressing nya: vinegrete, mayonnaise dan thousand island. Rasanya sih kalo yang ini, rasanya sama kok dengan resto-resto lain.

Untuk appetizer, saya mencoba Hommos, yaitu hidangan bubur kacang Lebanon dengan selai wijen, sari jeruk nipis dan minyak zaitun. Bentuknya seperti cream yg kental sekali dan rasanya cukup enak kok di mulut saya.

Saya lalu mencoba appetizer yang kedua, Moutabel, yaitu hidangan bubur terong bakar dengan selai wijen, sari jeruk nipis dan minyak zaitun. Yang ini pun bentuknya mirip sekali dengan Hommos, tetapi rasanya agak hambar sedikit. Saya pikir, kok lebih enak Hommos ya.

Appetizere yang ketiga adalah Fattouche, yaitu hidangan sayuran segar yang dicampur dengan potongan roti pita bakar, sirup buah delima dan minyak zaitun. Rasanya antara segar dan manis, mungkin ini karena ada pengaruh dari sirup buah delima nya.

Sedangkan appetizer yang keempat yang saya coba, yaitu timun dengan yoghurt, kok rasanya enggak pas ya di mulut saya. Timunnya terasa agak pahit dan yoghurtnya tidak mamou menutup rasa pahir dari timunnya. Saya bahkan tidak menghabiskan hidangan yang satu ini.

Appetizer yang kelima adalah Baba Ganouj, yaitu hidangan salad terong panggang dengan tomat, paprika, sari jeruk nipis dan minyak zaitun. Rasa hidangan ini hampir mirip dengan Fattouche, tetapi rasa segar nya lebih dominan pada hidangan yang satu ini.

Sebagai penutup untuk section appetizer ini, saya mencoba ketoprak, Cheese Sambousek, Meta Sambousek dan asinan mangga serta asinan buah cereme.

Cheese sambousek adalah pastel goreng isi keju. Makanan ini merupakan makanan favorit kami bertiga. Porsi keju di dalam hidangan ini sangat tidak mengecewakan, terasa sekali dan enak.

Meat sambousek adalah pastel goreng isi daging. Kok rasanya kayak martabak ya.

Ketopraknya terasa agak lain, ada sedikit rasa rempah-rempah di dalamnya. Sangat berbeda sekali dengan ketoprak yang biasa lewat di depan rumah saya.

Setelah selesai dengan appetizer, perhatian saya pun berpaling kepada main course di meja sebelah.

Hidangan pertama yang saya cicipi adalah ikan bakar disiram bumbu zaitun hitam dan saus tomat. Ikan yang disajikan cukup besar, kira kira 50 centi dengan ketebalan dagingnya kira-kira 10 centi. Entah ini ikan jenis apa, tetapi taste dari ikan ini sangat baik dan gurih.

Hidangan keduanya yaitu daging domba yang dimasak dengan sayur bayam rebus. Cukup enak, dan rasanya agak mirip dengan bubur menado.

Hidangan ketiga yang saya ambil adalah daging kebab panggang dan roti pita panggang. Dagingnya disajikan utuh, dan memang ada petugas yang bertugas memotong daging ini untuk di hidangkan di piring kita.

Ketika saya asik makan, Grace sempat menyarankan saya untuk mengambil nasi bihun. Walau pada mulanya saya menolak karena saya sedang diet anti-carbo, tetapi akhirnya saya setuju untuk mencicipi dengan toleransi bahwa saya hanya mengambil satu sendok teh nasi bihun tersebut untuk di coba. Well, setelah dicoba, kayaknya nasi ini dimasak dengan santan ya, sehingga nasi ini mengingatkan saya pada rasa nasi kuning.

Lalu saya melanjutkan pada hidangan ke empat, yaitu sup kacang merah. Rasanya gurih dan kuahnya kental sekali.

Hidangan kelima nya adalah daging domba panggang dan ayam shawarma. Kedua hidangan ini diletakkan terpisah, tetapi kelihatannya cara pembuatannya sama yaitu dipanggang dengan bawang bombay.

Setelah kenyang dengan hidangan utama, perut saya sudah tidak sabar lagi untuk mencicip hidangan penutup di meja yang terletak agak jauh dari meja hidangan sebelumnya.

Hidangan penutup pertama yang saya ambil adalah Kattaf, yaitu hidangan roti yang di isi dengan adonan kacang pistachio dan sirop gula. Rasanya manis dan isi pistachionya cukup tebal.

Hidangan penutup kedua adalah Um Ali...bukan Om Ali ya...he he he... Hidangan ini terbuat dari roti kering yang disiram susu lalu dicampur kismis dan akhirnya dipanggang. Bentuknya kayak souffle. Rasanya di mulut lembut sekali.

Hidangan penutup ketiga yang saya coba adalah Mohalabia, yaitu puding tepung jagung yang direbus pakai pake aroma air mawar dan susu. Wuah...hidangan ini teksturnya kayak fla nya puding, tetapi agak lebih keras lagi. Porsi susu di dalam hidangan ini sangat dominan, sehingga saya merasa seperti makan susu beku.

Sebagai penutup dari makan malam kami, Grace menyarankan untuk memesan Galap Juice. Ini adalah minuman yang terbuat dari jus bunga mawar. Tetapi setelah dicoba, kok rasanya kayak sirop buatannya Marjan ya...

Tentu saja ada banyak hidangan lain yang disajikan malam itu selain yang saya sebut diatas, seperti es campur, kolak, Creme Caramel, assorted french pastries, dan lain-lain. Rasa dari makanan tersebut tidak mengecewakan lah untuk ukuran resto yang terletak di hotel bintang lima.

Soal harga, malam itu kami dikenai Rp. 400,000 ++. Agak mahal, tapi sebanding kok dengan nilai ‘adventure’ yang saya alami di resto ini.

Yang paling membuat saya terkesn, ketika kita keluar dari resto ini, salah satu pelayan di front desk menawarkan untuk memercikkan air mawar di tangan kami masing-masing. Baunya harum sekali.

Salam makan,
Astrid.

For any comment or question, please send email to: astrid-amalia@angelfire.com

14 November 2003

Resto Ya Udah - Jl. Jaksa - 14 November 2003

Jum'at kemaren, saya dan teman-teman: Bayu, Rusmin, Marchel, Uding, dll dinner ke resto Ya Udah di Jl. Jaksa, Jakarta.

Tempat ini nuansa nya seperti resto-resto pada umumnya yg ada di Bali.

Sebagai starter, saya memesan Sangria. Sangria adalah campuran red wine, lemon juice, dll. Ternyata Sangria ini rasanya 'gak temenan' sama kerongkongan saya. Setelah beberapa tegukan, mungkin kira-kira setengah gelas berkaki, saya langsung menyerah dan berhenti meminum minuman ini. Akhirnya sepanjang malam, minuman yg saya pilih adalah hot tea yg terus menerus di isi oleh waiter disana. Free refill sih....

About the dinner itself, ternyata 3 teman kita udah pesen Roasted Chicken by sms. Waktu kita start dinner, baru kita sadar bahwa ayamnya itu datang in 'one piece'...jadi satu orang dapat satu ayam utuh...weleh...weleh!!! Jadinya ada 3 potong ayam untuk dimakan ber-7. Walhasil, malam itu kita semua kekenyangan ayam. (Duh..sebel...padahal aku ngincer Fish n' Chips serta Snapper nya tuh!!!)

Ayamnya pun terasa hambar. Jadi makan ayamnya harus di tambahin sama saos tomat, sambel, merica dan garam. (Kayaknya aku lebih suka ayam di Nando's deh).

Jadi, ati-ati aja buat yg mau pesen ayam by sms di Ya Udah. Kayaknya musti jelas dulu, pesen ayamnya 'one piece' or 'in pieces'. Perlu di telpon dulu kali sebelum nge-sms...

Kita juga sempet ngerasain tartar. Tartar ini adalah sashimi nya bule dan bukan ikan, tapi daging sapi. Hiii...seyeeem ah!! Tartar yg disajikan di resto ini terdiri dari daging sapi yg di giling, satu telor ayam mentah yg ditaruh dengan setengah cangkang terbuka di tengah dagingnya dan beberapa 'pemanis', seperti irisan bawang bombay, saus, dll.

Si Bayu mencoba menjadi 'koki semalam' dengan meracik tartar ini karena Marchel pada waktu itu sedang bingung gimana cara makannya. Bayu memulai dengan mencampur daging dan telor ayam...diputer dan diaduk. Setelah itu ditambah irisan bawang bombay dan beberapa percik saus 'Lea & Perins' (ini nulisnya bener gak sih??)

Aku ikut nyobain tartar ini , walau dengan perasaan jijay...abis gak biasa makan daging sapi mentah sih. Rasanya sih biasa, agak hambar gitu. Tapi ya itu lah, sekali sashimi freaks, yah tetap sashimi freaks lah...karena aku lebih prefer makan sashimi daripada tartar ini yg bikin uueeeekkkkk :)

Pie nanas yg di pesen ama Bayu lumayan enak...tapi kok lebih enakan ice cream vanila nya yg menyertai hidangan pie itu ya. Sayang sekali bahwa Bayu sangat 'tidak rela' saya menghabiskan ice cream nya :))

Overall, resto ini hidangan nya memang good in quantity karena semua makanan ukuran besar-besar and good in price...masa' makan ber - 7 dibandrol cuma Rp. 400 ribuan ++ saja. Tapi dalam hal quality and taste...well, kayaknya belon cucok tuh di lidah saya.

Salam makan,
Astrid