25 May 2004

RESTO KYOKA - BAPINDO PLAZA

KYOKA
Bapindo Plaza Mandiri 27th Floor
Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55
Jakarta
Tel: 021-526-6688


Saya beberapa hari lalu diajak oleh mbak Letta, penyiar nya Radio Female, untuk icip-icip resto jepun yang bernama Kyoka. Wahh…asik nih!!

Ketika saya datang setelah berhujan-hujan ria dengan 'kendaraan pribadi' saya yaitu busway, saya 'hanya' disambut oleh Mbak Agatha, salah satu pendengar Female, dan Trishi, humas nya Kyoka ini. Lho, yang punya hajat kemana ya? Ternyata setelah seladak-selidik, mbak Letta ternyata terlambat.

Setelah beberapa menit acara perkenalan antar tamu kloter pertama, nah…tamu kloter ke dua, yaitu mbak Letta nya, dateng deh.

Pada kesempatan pertama, Trishi mengajak kita jalan-jalan muter-muter kaliliang resto ini. Interior nya memang jepang abis, tapi surprise lho kalo ternyata resto ini luas banget yaitu 850 meter persegi. Soalnya, kelihatan kecil sih. Ternyata ini memang di siasatin, jadi resto yang segede 'lapangan bola' ini dikasi sekat-sekat sehingga mempunyai ruangan kecil-kecil yang banyak, karena orang jepun suka ke-privasi-an.

Lalu setelah lelah berwisata di resto ini, kami pun diperkenalkan kepada Pak Utomo, yang katanya sih Direktur Operasi dari resto ini. Dia di wawancara sama mbak Letta untuk beberapa menit dan langsung ngibrit duluan karena ada acara lain. (Pak, ada acara lain atau takut ngeliat para tukang makan ????)

Saya sempet nguping wawancara nya mbak Letta dengan Pak Utomo ini.

Pak Utomo menjelaskan bahwa arti nama Kyoka adalah kota atau taman bunga. Resto ini didirikan pada tanggal 7 Juli 1999. Karena konsep resto ini agak-agak fine dining, maka resto ini jarang sekali menyajikan fast food, seperti Ramen dan Katsu, kecuali mungkin untuk lunch set nya. Nah, untuk info aja, lunch set disini dibandrol seharga Rp 75 rebu sampe 100 rebu. Mahal yeee !!

Nah, ternyata acara makan-makan kita ini sebenarnya ingin memperkenalkan Kaiseki. Apaan tuhhh??? Rupanya, Kaiseki merupakan seni memasak tertinggi di Jepang. Biasanya, Kaiseki di sajikan kepada tamu penting. Dalam Kaiseki, ada kira-kira 5 macam cara memasak dalam satu set nya. Kata kunci di Kaiseki adalah appetizer, bakar, goreng, main course, dan dessert. (Kalo mau lihat lebih jauh, liat aja deh apa yang kita makan malam ini, OK!). Hidangan Kaiseki ini dihidangkan selama 2 sampe 3 jam. Duhh....lama nya !!! Katanya juga sih, semua makanan yang disusun di menu set nya Kaiseki ini sangat baik sekali untuk pencernaan di tubuh kita. (Kayak nya iya deh...liat aja kata kunci diatas, makanan diatur sedemikian rupa....jadi inget sama food combining deh).

Nah, Kaiseki yang mau dihidangkan ke kita adalah Kaiseki untuk musin semi, dengan andalannya Kobe Beef dari Jepang. Nah, kalo urusan harga, sama seperti lunch set, Kaiseki ini termasuk mahal juga lho. Untuk mini Kaiseki nya di bandrol antara Rp 200 ribu sampe 400 ribu, sedangkan full Kaiseki nya di hargai diatas itu lah. (Hemmm.....gak bisa ngebayang berapa tuh!!)

Ok.....waktunya kita makan-makan dan minum-minum ya.

Kalo soal minuman, saya mah tetep setia dengan green tea. Yang paling bikin heran, aroma dan rasa dari teh hijau yang saya minum di resto ini mengingatkan saya akan ketan atau beras yang gosong. Nah, sambil minum teh hijau rasa beras gosong dan nungguin Pak Utomo di interogasi sama mbak Letta, saya nyoba snack yang ada di meja, yaitu Edamame (kacang kedelai import yg direbus). Ibaratnya makan kuaci, kita mesti ngupas dulu kulitnya yg berwarna hijau itu, lalu makan biji nya. Kriuk...kriuk....asik deh. Hmmm, pikir-pikir, minum teh hijau sambil ngunyah kacang dengan kulit yang hijau juga.....hijau semua dong!!

Setelah wawancara dengan Pak Utomo selesai, maka para pemakan ini memulai proses pemamah-biakan....nyam....nyam....nyam....

Kami memulai dengan makanan pembuka yang didefinisikan oleh Kaiseki ini sebagai makanan-makanan yang bentuknya kecil yg rasanya macam-macam, antara lain manis, asin dan gurih (kok jadi inget permen Nano-Nano ya!!!). Makanan pembuka pertama adalah Kuchigawari (mini salad Kaiseki) dan Kogome Ashari (kerang yang ditindih dengan daun pakis). Kuchigawari nya kok mirip asinan bogor ya.

Makanan pembuka selanjutnya adalah Zensai, yang terdiri dari Kiso Tofu (schotel tahu), Edamame Cheese (keju berlapis kacang kedelai), Olanda Tamango (kuning telur yang berisi surimi), Ginan (melinjo jepang diatasnya ada wijen), Siratama (tepung kanji goreng yang diatasnya ada wijen), Temari Sushi (ikan-ikanan), Salmon Tamari (ikan salmon yang di tindih ikura), dan Sira Ae ('perkumpulan' sayuran, tahu dan wortel).
Yang paling enak sih Edamame Cheesenya ya, surprise aja ada hidangan yang berbentuk kotak mungil berwarna hijau yang waktu dimakan langsung lumer di mulut...nyeesssss......wuah....nikmatnya!!!
Nah, yang rasanya paling 'lucu' adalah Olanda Tamago, ini kuning telor tapi bentuknya kayak busa dan rasanya kayak kue bolu. Hemmm, bisa di bayangin gak??

Makanan selanjutnya adalah Sashimi yaitu ikan mentah, makanan kesukaan saya yang sudah saya pesan sejak awal (dasar lo Trid, bisanya curi start melulu ye!!). Sashimi nya terdiri dari ikan salmon, ikan tuna (maguro), ikan kakap (kanpachi), dan kerang (hokigai). Sashimi nya ini dilengkapi dengan daun oba dan daun lobak putih. Yang paling bikin kaget adalah jumlah Sashimi nya yang sedikit ini dihidangkan diatas piring bulat yang besar sekali. Wah, gedean piringnya dong...hehehehheeeee....

Hidangan berikutnya adalah Yakimono, yaitu beberapa jenis makanan yang di bakar, antara lain Beef Cheese Roll, Gindara Saikio, udang + Tomorokoshi (jagung manis), Akar Teratai, dan Kabocha (ubi-ubian).
Gindara nya ini ueeennnaaaakkk sekali deh, beneran!! Tekstur dagingnya lembut dan bumbunya meresap sampe ke dalem-dalem nya. Buat saya, Gindara nya ini rekomen sekali deh, bener-bener gurih.
Yang mengagetkan lagi akar teratainya, ketika saya kunyah kok teksturnya mirip 'buntelan' suede ya (wah, saya makan kulit sepatu dong he....he...he....).

Selanjutnya, kami memasuki hidangan yang termasuk kategori gorengan (bukan gorengan yang di pinggir jalan lho!), yaitu Agemono. Nah, Agemono ini terdiri dari daun oba yang digoreng pake ebi shinjo dan jamur shitake.

Setelah selesai dengan beberapa makanan seperti yang telah dijelaskan diatas yang bentuknya lucu dan mungil ini, saya sih mengira bahwa ukuran main course nya sih tidak akan jauh deh dari makanan yang tadi udah dimakan. Ternyata, ketika main course nya datang, wah......enggg....inggg......ennngggggg.......ternyata gede banget oiii!!!!! Main course yang datang adalah Unajyu (daging belut goreng bersaus) yang ditaruh diatas sebongkah besar steamed rice. Rasanya lumayan, tapi di mulut saya kok agak kurang 'kriuk kriuk' dan bumbunya kurang meresap. Ukuran daging belutnya sih OK lah, cuma 3 potong kok. Tapi itu lho nasinya, kok banyak ya.

Sebetulnya, kalo cuma makan belut dan nasi sih perut mana pun masih bisa nampung, tapi tadi khan udah di 'jejali' dengan berbagai macam makanan. Gak kerasa deh, makanannya kecil-kecil tapi bikin kenyang juga ya. Walhasil, dari 3 orang pemakan, yang berani menghabiskan hidangan main course ini cuma saya (ini laper atau rakus ya??), sedangkan mbak Letta dan mbak Agatha lebih memilih untuk ngebungkus hidangan yang satu ini. (Ini untuk oleh-oleh buat yang di rumah atau jangan-jangan...ada sessi dinner babak ke dua nih...he...he...he...).

Walau perut sudah kenyang sekali, tapi rasanya kok sayang ya ngelewatin bagian dessertnya. (Aduh, bilang aja masih laper!!). Dessert nya kali ini adalah kue Khomaki (kue yang terbuat dari kacang merah), buah-buahan, wasabi ice cream dan minuman jahe dingin.
Kue Khomaki ini terasa kenyal di mulut dan kulitnya itu kayak kulit akar teratai yang tadi udah saya makan, persis banget seperti kulit suede. Hehehheeee.....
Yang paling bikin geleng-geleng kepala adalah es krim wasabi. Kok wasabi bisa dibikin jadi es krim ya? Rasa dari es krim ini tetep manis tapi ada sedikit sensasi menyengat nya wasabi (duuhhhh.....susah ah mendeskripsikannya dengan kata-kata, ribet euuyyy!!!).
Yang lebih aneh lagi, biasanya khan kita kalo minum air jahe itu pasti dalam keadaan hangat atau panas ya, tapi di resto ini minuman jahenya dihidangkan dalam keadaan dingin. Ternyata air jahe dingin ini enak juga lho.

Wah, setelah segini banyak mengunyah makanan, saya kok merasa harus 'meluruskan perut' ya. Lalu saya berdiri sejenak deh. Ketika berdiri sejenak, saya tak sengaja memandang bentangan jendela kaca bening di sebrang saya yang hampir tertutup oleh rintik-rintik hujan yang juga membuat saya bisa memandang kota Jakarta di malam hari yang abis di guyur hujan. Duh, senangnya hati ini....perut kenyang....lalu ditemani pemandangan yang indah. Sayangnya, cahaya lampu di ruangan tempat kami makan terlalu terang, sehingga membuat penglihatan saya keluar kurang jelas. Wah, gak romantis deh resto ini. Coba kalo sinar lampunya agak di kurangin dikit, pasti lah suasana di resto ini agak sedikit romantis.

BTW, resto ini juga menjual sake lho, yang di bandrol Rp 900 ribu sampai Rp 1,5 juta per botolnya. Lho, kok mahal ya? Ketika saya tanyakan ini ke mbak Trishi, beliau menjelaskan bahwa ukuran botolnya ternyata lebih besar daripada ukuran botol wine biasa. Oooo.....gitu ya.

Yang paling berkesan dari resto ini buat saya, selain makanan nya itu lho yang menuh-menuhin 'kamar' di perut saya, ternyata para pelayan di resto ini mempunya pengetahuan yang baik tentang makanan yang mereka sajikan. Jadi bagi para tamu seperti saya yang hobinya 'cerewet' tanya-tanya atau para tamu yang memang gak tau jenis makanan apa saja yang di hidangkan di resto ini pasti puaslah mendapatkan penjelasan dari mbak-mbak yang bekerja disini.

Satu hal lagi, ternyata enak juga ya sekali-sekali melanggar diet, apalagi kalo di traktir ya....huahahahahaha....

(Thanx to Letta, Trishi en Agatha).

Salam makan,
Astrid

19 May 2004

RESTOTORANG OSCAR BAKUDAPA

FYI, tadi siang lagi sangat korslet, lalu memutuskan makan siang di resto Manado baru di kawasan blok M, namanya:

Restotorang Oscar Bakudapa
2nd Floor
Jl. Faletehan I No. 25
Blok M
Jaksel

Aku dari Sudirman naik busway ke Blok M...lalu 'nyemplung' ke stasiun Blok M....lalu nanti begitu 'timbul' langsung masuk deh ke
Jl. Faletehan ini.

Tadi saya lunch dgn menu buffet seharga Rp 30.000 dengan menu:

- Sup Brenebon
- Nasi Bungkus ------> ENAK, PULEN DAN WANGI DAUN
- Cakalang Bakar ------> LUMAYAN LAH
- Ayam Kecap
- Sayur Kangkung + Bunga Pepaya ------> ENAK SEKALI JO!!
- Bubur Menado + Ikan Asin + Sambal Terasi
- Es Kacang Durian ------> BIASA BANGET DEH!!

Saya juga minta tambahan Salad Mangga Mudanya. Wah...rekomen sekali...rasanya uaaasssseeeemmmm!!!! (Ini siapa yang ngidam ya??)

Karena resto ini baru buka, saya banyak dapet bonus, yaitu kue apang dan kue klepon. Boleh lah untuk di coba.

Sempet juga icip-icip ikan woku, wahhh....pedddiiiissss amat ya.

Karena 'alat pengecap' saya ini bukan made in Manado, jadi saya gak tau apakah resto ini enak atawa kagak.
Tapi overall....silahkan di coba dan direview deh....terutama bagi orang Manado sendiri ya.

Resto ini buka dari jam 1130 - 1700.

Nah, abis jam tsb diatas, hati-hati ya....karena tempat ini, terutama lantai satu, akan berubah jadi bar tempat ngumpul para bule dan 'kawan-kawan' nya. (Dari tahun 70 an, tempat ini - Bar Oscar - memang terkenal sekali terutama di kalangan bule).

Bakudapa....bakudapa.....asal jangan baku hantam.

Salam,
Astrid

18 May 2004

ICIP ICIP - Kopi Papua

Sekali lagi saya merasakan senangnya punya teman yang sehobi dengan saya.

Pada suatu waktu, pasangan pengopi yang merupakan teman saya dan temannya anda-anda juga, yaitu Amelia Yahya dan suami tercintanya Houdy Yahya menyinggung-nyinggung masalah 'betapa nikmatnya minum kopi Papua'. Saya waktu itu agak jual mahal, abis kepikiran jangan-jangan kopi nya ini berharga mahal. Lha kok pasangan pengopi ini malah berbalik nantang: "Udah deh, nyobain dulu aja. Nanti dikasi ya, pasti ketagihan deh!"

Heh???? Kok kayak jualan narkoba sih, order pertama dikasi gratis, selanjutnya kalo ketagihan ya harus bayar. Hiks....hiks....hiks.....sedih deh punya temen bandar kopi.....heheheheheeee.......

Akhirnya detik-detik terpenting (ini njiplak abis bahasa romannya Arie P) dalam penyerahan kopi Papua ini terjadi ketika berlangsungnya pesta pernikahan Arie. Itu pun penyerahannya agak memaksa, karena saya nagih-nagih: "Mana? Katanya mau dikasi kopi Papua?"
(Lho ini gimana sih, belon apa-apa kok udah nagih-nagih kayak tukang kredit ya???)

Akhirnya, setelah saya mengancam "Coffee Papua or Die?", pasangan ini pun akhirnya menyerahkan harta benda mereka yaitu 2 toples kecil sampel kopi Papua yang seharusnya diberikan kepada orang lain.
(Kasian de lu!! Rugi khan punya temen kayak gue!!! Hehehehehhehe!!!)

Dua toples itu ternyata berisi 2 jenis kopi Papua yang berbeda, yaitu Papua Bica dan Papua Arabica. Lain kah 2 jenis kopi ini? Rupanya, menurut Houdy, 2 jenis kopi ini tidak hanya campurannya saja yang berbeda, tetapi lokasi perkebunannya pun berbeda. Kalo Papua Bica itu campuran dari kopi jenis arabika dan robusta, dan diambil dari berbagai lembah yang berbeda di Papua. Sedangkan Papua Arabica itu ya sesuai namanya, dari jenis arabika dan diambil dari lembah Dani. Ooo.....gitu toh!!

Houdy dan Amelia rupanya berencana untuk 'membisniskan' kopi ini dengan menjadi distributor bagi 2 jenis kopi Papua ini tapi masih dalam bentuk biji.

Maap...bukannya saya tak setia kawan...bukannya saya tidak mau menolong teman...maap...tapi kalo mau ikutan berbisnis kopi ini, mungkin bisa langsung menghubungi Houdy dan Amelia di email mereka di:

ameliayahya@yahoo.com

Maap...saya bukan marketingnya mereka lho...maap...

OK, waktunya icip-icip kopi Papua ini ya.

Bubuk kopi Papua Bica berwarna coklat tua, iya.....persis kayak butiran coklat yang biasa kita pakai untuk bikin susu coklat. (Wah...gak boleh salah taro nih. Saya kadang-kadang pada malam hari suka bikin susu coklat supaya gampang tidur. Kalo seandainya saya salah taro ini kopi dan ketuker dengan bubuk coklat saya, wah....bukannya tidur pules yang didapat, malah melek semaleman khan berabe tuh!).
Sedangkan bubuk kopi Papua Arabica berwarna hitam, lebih gelap lah dari kopi Papua Bica.

Bau bubuk kopi Papua Bica sebelum diseduh kok kayak tape ya, yaitu agak asem. Sedangkan bau bubuk kopi Papua Arabica sebelum diseduh agak lebih berat dan dalem. Duhh....susah untuk kasi gambaran yang tepat tentang baunya ini. OK lah, seandainya bubuk kopi ini disamakan dengan musik, maka 'suara' dari bubuk kopi Papua Bica ini lebih banyak treble nya...creng...creng....creng....., sedangkan 'suara' dari bubuk kopi Papua Arabica ini lebih banyak 'bass' nya....dem....dem.....dem.....

Tekstur dari bubuk kopi Papua Bica ini lebih kering dibandingkan dengan bubuk kopi Papua Arabica yang terasa lembab di jari saya.

Ketika di seduh, warna air dari kedua jenis kopi Papua ini tidak jauh beda dengan warna bubuk kopi nya sebelum diseduh. Air seduhan bubuk kopi Papua Bica berwarna coklat jernih, sedangkan air seduhan bubuk kopi Papua Arabica berwarna lebih pekat.

Soal aroma air seduhannya, ya itu....gak jauh juga dari bau bubuk kopi ketika belum diseduh. Aroma air kopi Papua Bica lebih 'rame'....ada aroma asem dan fruity, sedangkan aroma air kopi Papua Arabica lebih dalem.....agak berkesan 'macho' lah. (Apaan seeeh kok macho? Ini lah tanda-tandanya kalo saya sudah kehabisan perbendaharaan kata).

Rasa dari kedua jenis kopi ini enak sekali. Rasa air kopi Papua Bica ini sangat ringan dan mengalir habis mulai dari tenggorokan lalu ke lambung saya tanpa meninggalkan rasa akhir sedikit pun baik pada mulut maupun tenggorokan. Sepertinya kopi Papua Bica ini sangat cocok untuk diminum secara single tanpa di campur apa-apa.
Rasa air kopi Papua Arabica lebih pahit sedikit dan terasa agak asam di lidah yang memang merupakan ciri khas dari kopi jenis arabika. Air kopi Papua Arabica ini meninggalkan rasa akhir sedikit berat di lidah bagian atas dan aroma nya masih menempel beberapa menit di tenggorokan walau air kopinya sudah ditelan habis. Kopi Papua Arabica ini kayaknya cocok juga untuk diminum bareng susu atau krimer. Tapi sebaiknya jangan lah, karena nanti mematikan karakter kopi Arabica ini yang sangat nikmat di sruput pelan-pelan...slurp...slurp....ahhhhh!!!

Overall, kedua jenis kopi Papua ini enak sekali. Tapi tolong ya, jangan dibandingkan dengan kopi Sumatra yang karakter nya sangat kuat. Bahkan untuk kopi Papua Arabica yang saya rasa agak dalem itu, tetep tidak bisa dibandingkan dengan kopi Sumatra. Bisa kebanting euyyy. Karakternya kopi Papua yang saya coba ini adalah mild and smooth. Dan yang membuat saya kagum terhadap kopi Papua ini adalah bahwa kopi Papua yang saya icip-icip ini sama sekali tidak meninggalkan kesan 'gosong' di panca indera saya. Ini berarti cara 'penggorengannya' pas dan tidak terlalu matang atau gosong.

Benar juga kata Amelia dan Houdy, kopi ini bisa bikin ketagihan. Pantes aja ya pada jaman dahulu kopi sempat di larang untuk diminum. Tolong teman-teman, doakan saya supaya tidak dipaksa masuk Rumah Sakit Ketergantungan Kopi....heheheheheee.

Sampai jumpa di icip-icip kopi selanjutnya.

Salam ngopi kopi Medan di waktu Jakarta lagi mendung...hmmmm,
Astrid

13 May 2004

RESTO AJISEN - PLAZA SEMANGGI

Waktu ada business meeting.....nyempetin makan siang dulu di resto
Ajisen yg ada di Plaza Semanggi lantai 3A.

Katanya sih Japanese Resto & Noodle Bar.

Karena buru-buru, saya cuma ambil yg paket nya, yaitu Spicy Chicken Ramen + Agendashi Tofu + Lemon Squash.

Paket ini di bandrol Rp 19,000 ++.

Semua makanan dimulut saya kok rasanya biasa ya. Tofu nya juga 'agak keras' bila dibanding tofu di resto jepun lainnya.

Saya liat di menu juga ada sushi set, sedangkan sashimi set nya di
bandrol Rp 32,000 ++. Tapi belum nyoba 2 makanan yang ini.

Overall, biasa aja deh rasanya. Tapi buat yang mau sekedar ngilangin laper dengan makan makanan ala jepun-jepun-an, boleh lah resto ini di coba.

Kelihatannya, di Plaza Semanggi ini, justru food court nya yang
bernama Cosmo yang kelihatannya lebih menarik untuk di coba. Mungkin lain waktu deh saya akan mencoba.

Salam makan,
Astrid


04 May 2004

RESTO LANG VIET - SECOND VISIT

Resto Lang Viet
Vietnamese Café
Wijaya Grand Centre
Blok F 36 / B
Jakarta
Tel: 021-7206774
Email: langviet_cafe@cbn.net.id


Minggu lalu, saya dan Imelda, untuk yang kedua kali nya, mengunjungi resto Lang Viet. Lho…kok ke sini lagi sih? Lha wong kami masih punya voucher makan gratis dari resto ini yg harus di 'habisin' sebelum expired. Asal tau saja, kami mendapatkan voucher ini setelah ikut perlombaan ber-goyang dombret yang dimodifikasi dengan poco-poco (ini gaya nya gimana ya???) pada kunjungan ke Tangerang beberapa waktu lalu. Lumayan lah…..

Ketika kami masuk ke resto ini, kami dipersilahkan duduk tepat di meja yang sama ketika kami pertama kali datang ke resto ini, yaitu pojok kiri – arah dari pintu masuk - dekat dapur. Wah, sudut legendaries dong…..

Akhirnya, sambil ngobrol-ngobrol, kami pun mulai memesan minuman.

Imelda memesan sepoci Hot Tea yg free refill, sedangkan saya memesan Hot Coffee Vietnam with Condensed Milk.

Ternyata, kopi susu yang saya pesan ini datang dengan sebuah gelas yang diatasnya ada coffee maker ala Vietnam dan air kopi nya menetes sedikit demi sedikit ke dalam gelas. Cara ini lebih baik dan benar bila dibanding dengan cara penyajian kopi Vietnam pada kunjungan pertama.

BTW, bila ingin mengintip sekilas kunjungan pertama saya ke resto ini, silahkan klik blog saya di:

http://astridamalia.blogspot.com/2004_03_20_astridamalia_archive.html

Gimana cara bikinnya Coffee Vietnam ini?

Bubuk kopi dimasukkan ke dalam suatu wadah terbuat dari aluminium yang berbentuk mirip saringan, lalu di tutup dengan penutup yang bentuknya mirip saringan juga....maksudnya berlobang lah. Wadah ini lalu ditempatkan di atas gelas kaca. Lalu diatasnya penutup berlobang ini di tuang air mendidih. Sehingga air panas merembes ke bawah, dari penutup yang berlobang itu menuju bubuk kopi yang ada di tengah, lalu air kopi nya turun ke bawah melalui saringan menuju ke dasar gelas yang sudah ada susu kental nya.

Bubuk kopi yang dipakai di minuman ini adalah bubuk kopi Aroma jenis spesial – yaitu campuran antara robusta dan arabika – yang di produksi di Bandung yang dicampur dengan susu kental manis cap Bendera. Rasa dari kopi susu ini di mulut saya kok persis seperti rasa kopi susu nya Café Phoenam ya. Tapi kopi susu di sini rasanya agak lebih lembut dan mellow, tidak sekuat yang di Phoenam.

Setelah beberapa teguk kami meminum minuman kami, mbak Effie tiba-tiba turun dari 'sarang' nya di lantai 4 menuju meja kami. Lalu, tanpa kami sangka-sangka, operational manager dari resto ini pun menemani kami di meja legendaries kami sampai kami pulang. (Mbak Effie, thanx, ya).

Sebagai pembuka, kami memesan Salad Pomelo with Shrimp. Ini adalah salad jeruk Bali yang di 'tindih' dengan udang rebus dan disajikan dingin. Rasanya OK punya lho, kecut-kecut pedes lah. Yang paling saya suka adalah kuah dari salad ini, bener-bener kayak kuah rujak, lengkap dengan cuilan cabe merah nya. Saya mau kok lain kali di kasi kuah nya doang. He he he.

Makanan selanjutnya adalah Steamed Rolls yang merupakan dinnernya mbak Effie. Lho?? Ternyata kami di ijinkan untuk ngembat dinnernya beliau ini seorang satu. (Sering-sering, ya, mbak....he he he....). Memang pas kok jumlah nya, yaitu 3. Roll ini isinya berupa sayur-sayuran dan ayam. Seger rasanya, apalagi kalo di cocol sama saos beningnya dan ditambah dengan potongan cabe merah dan cabe hijaunya.

Lalu kemudian datang lah makanan pesanan kami selanjutnya, yaitu Vietnamese Grilled Chicken Sandwich. Ini adalah roti baguette buatan Carrefour yang diisi ayam panggang, sayuran dan sedikit mayonaisse. Makanan yang satu ini panjang nya kira kira 20 cm dan tingginya melebihi mulut kita. Jadi, biar bisa masuk ke mulut, mesti sedikit di gepengin dulu. Yang paling enak dari hidangan ini adalah ayam nya. Beda deh rasanya. Oh ya, rasa dari sandwich ini juga lebih enak bila di dalam nya kita kasi potongan cabe merah dan cabe hijau. Wah, bisa merem melek tuh mata kita kala melahap hidangan ini. Perpaduan aneh yang bikin nikmat.... Saya melakukan hal ini karena terpengaruh dengan gaya makan Imelda yang mempunyai semboyan 'segala makanan tak nikmat bila tidak di temenin sama cabe'. Jadi, mulai dari hidangan ini sampai hidangan terakhir kecuali dessert, Imelda selalu rajin membubuhi cabe di setiap hidangannya. Ada apa dengan perut Imelda???

Ditengah-tengah makan, mbak Effie sempat memperkenalkan kami kepada Ibu Kim, pemilik resto ini yang ramah dan sangat 'lady' sekali. Beliau ini orang asli Vietnam yang sudah tinggal di Indonesia bertahun-tahun. Beliau rupanya mampir ke resto nya karena harus mempersiapkan katering untuk komunitas orang prancis. Dan memang karakter dari pelanggannya resto ini kebanyakan datang dari Perancis dan Vietnam. Sekalian saja ya saya informasikan bahwa memang resto ini juga menyediakan servis untuk pesta-pesta di rumahan. Jadi, bisa tuh kita pesen makanan di resto ini untuk pesta di rumah kita.

Setelah 3 makanan, perut kami ternyata masih lapar saja. Oleh karena kami bingung dengan menu yang ada di resto ini, maka kami pasrahkan diri kepada mbak Effie untuk memilihkan kami makanan yang di rekomen oleh beliau. Beliau ternyata menyarankan agar kami mencoba Thai Rice with Shaking Beef. Hidangan ini terdiri dari sebongkah nasi Thailand, daging masak dan 2 macam sayur. Dagingnya adalah daging sapi, yang diambil adalah has dalamnya. Rasa daging masak ini seperti opor daging (kok tiba-tiba jadi inget lebaran ya????). Nasinya karena dari Thai, ya pastinya pulen sekali lah. (Di lidah saya yang sedang diet anti nasi dan akhirnya mencoba makan nasi dari beras merah dan beras pecah kulit yang rasanya keras itu, rasa nasi Thai ini kok 'lewat' aja ya saking pulennya. He he he...). Sedangkan 2 macam sayurannya adalah sejenis salad dan acar. Acarnya bisa bikin mata berkedip-kedip saking kueecuut nya.

Ketika kami hendak menutup dinner kami, ternyata kami di beri bonus oleh mbak Effie (untuk yang kesekian kalinya....sering-sering ya...hua ha ha.....) untuk mencicipi hidangan yang belum ada di list, tapi akan ada untuk menggantikan menu lain yang jarang di pesan orang. Hidangan ini adalah Pho. Pho? Iya....mie Vietnam. Bentuk hidangan ini mirip sekali dengan pho yang ada di resto Pho Hoa. Tapi, Pho di resto ini agak kurang gurih bila dibanding kan dengan yang di Resto Pho Hoa. Rupanya, ini semua karena Pho di resto ini tidak memakai vetsin, jadi kuahnya itu purely dari rebusan tulang dan daging yg direbus selama 8 jam. Bagi saya, hidangan ini rasanya tambah advanced bila di bubuhi dengan saos kacang warna coklat tua yang rasanya mirip tauco. Hmm…yummy….

Oh ya, ketika kami asyik melahap Pho ini, mbak Effie juga mengajari kami bagaimana cara membaca kata Pho yang benar di dalam bahasa Vietnam, yaitu Fe. E nya itu di lafalkan sama seperti ketika kita mengucapkan kata sepatu. Ooo....gitu toh, mbak...

Sebagai penutup, kami memilih Pudding of the Day, yaitu Sweet Corn. Hidangan ini adalah jagung manis yang dicampur dengan santan. Aroma santan di hidangan ini sangat kuat, sehingga mengingatkan saya akan hidangan berbuka puasa yang kadang-kadang pakai santan. Rasa hidangan ini tentu saja manis, pas sekali untuk menutup acara makan-makan kami yang berselera ini.

Empat hidangan yang kami pesan pun di bandrol seharga Rp 115.000.

Hal menarik yang saya temui di resto ini adalah:

1. Semua hidangan selalu di sajikan dengan sebongkah campuran sayuran segar yang dicampur dengan bahan lain sebagai makanan utama dan beberapa lembar sayuran segar lainnya yang di tempatkan di pinggir piring sebagai penghias tapi bisa sekali untuk dimakan, seperti daun mint, dll. Persis kayak lalapannya orang Sunda. Sehat sekali komposisinya.
2. Mbak Effie sempat berbagi info bahwa resto ini juga menanam sendiri sayur-sayurannya di kebun milik sendiri sehingga di jamin aman dari pestisida. Jadi, bagi yang perlu sayur segar, silahkan hubungi..... (Lho, kok malah jualan sih!!!)
3. Balik lagi ke soal kopi susu yang saya minum (dasar pengopi!!!!!), ternyata resto ini juga menjual kopi Aroma dalam bentuk pak, terutama jenis spesial – yaitu campuran antara robusta dan arabika. Jadi, tidak usah jauh-jauh ke Bandung lagi deh untuk mencicipi kopi Aroma yang terkenal itu. Kopi Aroma memang masuk dalam catatan penting dalam kamus hidup saya mengenai kopi sebagai kopi yang advanced dalam aroma maupun rasa.
4. Ada beberapa makanan yang perlu ’kursus singkat’ dulu untuk mengetahui bagaimana cara menyiapkannya sebelum di pindahkan ke mulut. Biasanya, para pelayan atau bahkan mbak Effie sendiri akan meng-educate anda dalam hal ini. Jadi, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya lah. Ingat lho, malu bertanya – sesat di WC.

Setelah puas melahap makanan, maka kami menutup makan malam kami dengan berkunjung ke gallery resto ini yang terletak di lantai 3. Bentuk gallery nya ternyata sudah berubah bila dibandingkan ketika kami pertama kali ke resto ini dulu. Bedanya adalah sekarang gallery ini ditutup oleh sebuah pintu dan barang-barang yang di jual pun lebih banyak lagi. Gallery ini menjual semua barang khas Vietnam, mulai dari alat-alat makan, pakaian, selop, patung mini, pajangan, lukisan, rak wine single, dll.

Akhirnya dinner pada malam itu berakhir dengan segala kesan yang mendalam. Bukan saja makan dengan makanan yang enak dan sehat, tetapi juga senangnya hati bisa ditemani ngobrol oleh mbak Effie yang ternyata punya pengalaman yang banyak soal travel dan makan dan juga tukang ngobrol seperti kita-kita ini. (Trus, abis ini apa mau bikin 'Arisan Part 2' ?????)