18 August 2004

ARUNG JERAM - ARUS LIAR - CITARIK

Akhirnya, keinginan untuk ber-arung jeram tercapai juga nih beberapa waktu lalu. Sudah ditetapkan bahwa rombongan memakai jasa:

Arus Liar “Citarik One Stop Adventure”
Cikidang
Sukabumi
Jawa Barat
Website: www.arusliar.co.id

Hari Pertama

Kita berangkat dari Jakarta abis makan siang. Rute-rute yang kami lalui adalah tol Jagorawi, tol Ciawi, ambil jalan ke sukabumi. Nanti ngelewatin Aryaduta Lido dan pabrik Aqua di Cicurug, Pasar Parung Kuda, pom bensin Parung Kuda, Resto Bambu Kuring, trus nyampe deh di Citarik One Stop Adventure.

Total perjalanan sih 3 jam an. Asli, lamanya tuh di Pasar Parung Kuda. Buset dah, macet nya itu yang gak nahanin, jalan nya cuma sesenti-sesenti. Yang namanya pasar mah dimana-mana pake macet yeee.

Abis markirin bus, rombongan ternyata disiksa dulu. Untuk mencapai "Pondok Nusa" tempat rombongan menginap, kita harus berjalan menyusuri pinggir sungai yang terjal itu. Keywordnya gak jauh dari nanjak, turun, terpeleset, dll. Duh, piknik kok pake susah ye. Udah gitu, di depan tempat penginapan, penyiksaan belum berakhir, karena ada jembatan goyang. Iya, ini jembatan diatas sungai yang terbuat dari jalinan tali dan papan. Jadi, kita mesti jalan pas ditengah, kalo jalannya di kiri atau di kanan pasti jembatannya langsung miring. Apalagi kalo jalannya goyang-goyang, yang belakang pasti bisa ikut merasakan goyangannya dan pasti pada teriak-teriak ketakutan. Uji nyali betoel nih!!!
Jadi, kalo dipikir-pikir, Pondok Nusa ini adanya di pulau di tengah-tengah sungai…hii....terpencil gitu ya, serem ah!!

Ketika kita sampai di areal "Pondok Nusa", rombongan ngumpul dulu di tengah lapangan untuk di kasi pengarahan siapa tidur sama siapa (dee...kayak mau maen pilem b****p aje ye...hehehehehehe). Rupanya kami semua tidur di gubuk modern. Kok? Lah iya, luarnya gubuk bambu tinggi diatas tanah, pake manjat tangga segala, tapi dalemnya tetep pake kasur tipis, bantal en selimut.

Menjelang sore, baru ketahuan kalo tempat ini gak ada listriknya. Penerangannya cuma pake lampu teplok. Uh, serem lagi nih.

Waktu mau mau mandi, pas ke kamar mandinya yang terbuat dari gubuk itu, di dalem yang ada cuma kendi gede berisi air dan ciduk yang terbuat dari tempurung kelapa. Buset dah, jadoel betoel nih. Mana agak gelap lagi, cuma ditemenin sama lampu teplok. Duhh....takut!!!!

Abis mandi, kita mulai dengan permainan bawa air di gelas. Caranya, empat orang ngegendong satu orang yang lagi bawa segelas air yang gak boleh tumpah dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang airnya terbanyak itu yang menang. Pelajaran yang diambil di sini adalah koordinasi tim dalam menentukan siapa yang gendong dan digendong dan trik cara ngebawa gelas berisi air itu. Tim gue menang, gue bawa airnya pake cara nutup bagian atas gelas pake telapak tangan.

Permainan kedua adalah kita disuruh bikin menara paling tinggi yang bisa bebas berdiri dari bahan kertas, klip, tali, dan sedotan. Pelajaran dari permainan ini adalah di dalam setiap kasus, harus dicari kata kunci dari permasalahannya, baru di kerjakan bareng-bareng. Tim gue sekali lagi dianggep paling OK, walaupun tidak menang, karena ngebangun fondasi yang kuat sebelum membangun menara kertas yang tinggi yang bebas berdiri. Lho kok fondasi yang kuat? Lha, khan judul free standing tallest tower, ya mesti ada fondasi yang kuat dong.

Abis itu kita lanjut ke acara dinner. Masakannya dibikin oleh para petugas dapur dari Pondok Nusa ini. Lauknya terdiri dari 2 ikan bakar plus kecap cabe nya (ikannya gede-gede dan endang bambang deh), cumi goreng tepung plus saus sambelnya, nasi (gak gue makan...lagi diet!!!), ayam goreng, tumis kangkung (alamak….yang ini sedap betoel!!!), dan buah semangka.

Setelah makan malam, kami masih main-main lagi dengan membangun jembatan terpanjang dan bisa bebas berdiri. Bahan-bahannya ya tetep pake bahan yang sebelumnya di pake. Bener-bener deh, malam itu kami semua kayak mandor dan buruh bangunan. Kerjaan ngebangun melulu.

Permainan terakhir malam itu adalah mencari pistol air yang disembunyikan di salah satu pohon di Pondok Nusa ini. Karena semua gagal menemukan pistol airnya, maka sebagai hukum semua peserta tidak boleh nolak untul ditembak dengan pistol air. Yah, seperti biasa, semua pada lari dan yang perempuan, termasuk saya, berteriak-teriak histeris gak karuan. Yah, takut air nih yeee......

Ketika permainan selesai, kami mulai menghabiskan malam dengan nyanyi-nyanyi. Sambil bernyanyi-nyanyi, kami pun di suguhi snack tengah malam yang dibuat oleh para ibu, mbak dan mas yang bekerja di Pondok Nusa ini. Snacknya ini sangat merusak diet saya. Lho? Gimana gak rusak, kalo menu snacknya itu Kambing Guling bumbu kacang, Pisang Goreng, Bakwan, Bandrek pake jahe item (spesial nih), Lontong, dan Jagung Bakar. Wuah....kenyang oii.... Apalagi kambingnya memang di bakar dan di guling-guling di depan kita karena ada api unggun di tengah-tengah lapangan. Duh.....benar-benar asik nih.
Pada saat yang sama pun kami mencoba beberapa wine dan Arak Bali yang di beli di salah satu supermarket Jepang di Jakarta. Auww....araknya rasanya pahit dan keras sekali...sehingga saya harus menjinakkan rasanya dengan campuran Sprite, Lemon dan es batu. Nah, baru deh minuman nya "drinkable" di mulut saya.

Saya pun akhirnya ngantuk, ngantuknya karena waktunya memang sudah larut dan mungkin juga karena terlalu banyak icip-icip wine dan arak. Icip-icip kok sampe bergelas-gelas ya....heheheheheee......
Karena mata saya sudah redup-redup kayak lampu 2 watt, maka saya pun tertidur di sebidang tempat yang terdapat di depan pintu gubuk. Yah, tidur di luar gubuk dong. Tapi saya menikmati betul tidur hampir di bawah langit ini. Ternyata udara malam di Citarik ini sangat bersahabat sekali dengan kulit saya, tidak terlalu panas dan terlalu dingin, sedeng aja. Kuping saya pun ditemani oleh suara air sungai yang bergemiricik dan suara jangkrik yang saling bersaut-sautan. Paduan suara alam yang satu ini ternyata lebih indah dari musik klasik pengantar tidur. Hmmm....pantas saja saya terlelap tidur sampe keesokan hari nya.

Hari Kedua

Kami memulai hari ini dengan sarapan Nasi Goreng, Ayam Goreng, Daging Kambing masak kecap (ini mah sisa daging kambing semalemnya yg dimodifikasi pake kecap...enak juga euuyyy), Karedok, Tahu, Tempe, Ikan Asin, Nasi, Semangka (duhh....lagi-lagi semangka).......

Setelah sarapan, maka di mulailah petualangan yang sebenarnya. Rafting!!!!

Dari Pondok Nusa ini, kami harus berjalan sebentar untuk keluar dari areal pondok dan pergi ke meeting point nya Arus Liar untuk mengambil peralatan untuk arung jeram, seperti helm, pelampung dan dayung. Setelah mengambil peralatan, kami diantar ke titik sungai tempat dimulainya arung jeram ini dengan mengendarai truk. Ya ampun, jauh-jauh dari Jakarta kok dikasinya truk sih...... Perjalanan ke titik sungai ini agak-agak menyeramkan, agak-agak kena ranting dan dahan serta jalannya itu lho yang agak curam. Tapi kelihatannya supir truk nya udah pengalaman tuh. Supirnya tuh tenang aja agak ngebut di jalanan yang terjal itu. Hiii.....

Ketika sampai di titik sungainya, waktu sudah menunjukkan jam 9 pagi. Kami mulai diatur oleh instruktur untuk masuk ke perahu karetnya. Pada waktu itu, setiap perahu berisi 3 sampe 4 orang. Setelah perahu terisi, maka mulailah kami menyusuri sungai Citarik ini. Asik banget lho, karena pada saat itu, tinggi air tidak terlalu tinggi dan arusnya normal, sehingga kemungkinan kena batu dan nyungsep itu pasti banyak. Wah...asoy geboy dong....

Singkat kata, dalam perjalanan menyusuri sungai Citarik sejauh 8 km selama 2 jam ini, saya banyak menemukan Biawak yang berjemur dengan tenangnya diatas batu selagi kita dimain-mainkan oleh arus liar yang nakal itu. Dasar biawak...enak aje lo ye bejemur pas kita lagi nyungsep di batu.....

Selama 2 jam ini, para instruktur akan mengarahkan harus bagaimana kah kita dalam melalui arus sungai yang tidak dapat di prediksi ini, baik mendayung ke depan dan ke belakang, bergeser posisi duduk, atau malah ber "goyang dombret" bila perahu karetnya udah nyungsep di batu....heheheheee.....
Lebih seru lagi kalo perahu kita ketemu dengan perahu teman kita yang lain. Sudah bisa dipastikan terjadi sebuah perang air...saling ciprat-cipratan...pake dayung dan tangan....
Seru banget deh.....

Selama perjalanan 2 jam ini pula, para instruktur akan memberitahu beberapa titik jeram di lalui dan sejarahnya. Beberapa yang saya masih ingat adalah:

- Jeram Yanto: salah satu instruktur bernama Yanto pernah jatuh di batu ini, tetapi dia selamat.
- Jeram TVRI: salah satu perahu yang dinaiki oleh kru TVRI pernah nyungsep semaleman di batu ini karena saking derasnya arus pada saat itu. Tapi kru nya dapat diselamatkan.
- Jeram Golden Gate: karena ada 2 batu kembar di sini yang membentuk seperti the Golden Gate.
- Jeram Zig-Zag: setiap perahu yang melewati daerah ini pasti akan bergerak secara zig-zag. Ternyata bener lho, perahu yang saya tumpangi pun melesat secara zig-zag, bahkan sempet nyungsep...heheheheheee....
- Jeram Jumping Jack Flash: setiap perahu yang melewati batu disini pasti akan melesat dan loncat. Seru deh!!
- Jeram Bali: salah satu instruktur dari Bali pernah jatuh disini, tapi selamat.
- Dll, termasuk jeram Walk A Way, Ranting dan Duren. Maaf, saya lupa apaan aja sejarah dari 3 jeram ini.

Akhirnya 2 jam pun telah berlalu dan selesai pula lah arung jeramnya. Ternyata petualangan belum berakhir. Teman saya se-perahu rupanya sedang "naik" nafsu iseng-nya. Dia yang sudah expert untuk kegiatan arung jeram ini rupanya main mata sama instruktur untuk ngerjain saya dengan cara membalikkan perahunya. Yah....udah kecebur, tertimpa perahu pula. Perih-bahasa sekali ya.....

Setelah mengembalikan peralatan ber-arung jeram dan makan siang sejenak, maka kami pun pulang ke Jakarta.

Duh, kapan lagi ya main-main sama arus liar yang nakal itu???

Salam nyungsep,
Astrid

04 August 2004

WAROENG BOEDE - CIBUBUR

Waroeng Boede
(Cita Rasa Jawa Timur)
Jl. Alternatif Km 5, No. 71
Cibubur
Tel: 0813-4621-695 / 0815-602-1969

Karena bingung mau dimana menjamu sanak famili yang baru datang dari Belanda, akhirnya tempat diatas lah yang dipilih oleh Mama saya tercinta.
Kok di warung jawa timuran sih?
Lha wong tamunya itu wong suroboyo asli yang udah jadi warga negara Belanda dan sudah lama tidak berkunjung lagi ke Indonesia. Nah, cucok khan?

Tempat ini memang pantas disebut warung karena tempatnya hanya sebuah ruangan di pinggir jalan raya besar yang sering di lewati banyak truk besar. Jadi, kalo makan disini, ya pasti plus angin, suara mobil dan debu yang sedikit beterbangan di depan warungnya.

Sebelum pesen makanan, saya iseng-iseng nanya sama pelayannya, kok dikasi nama Waroeng Boede sih? Pelayannya yang manis itu bilang kalo memang semua pengurus di warung ini adalah Bu-De alias Ibu Gede. Iya, ibu-ibu yang badannya gede-gede.... Hahahahahaa..... Bisa aja deh si mbak.....

Akhirnya, kami berlima memesan makanan berikut ini:

Rujak Cingur. Wah, ini memang makanan andalan warung ini. Ada potongan kedondong dan mangga muda yang asemnya bikin mata jadi seksi karena jadi kedap-kedip merem melek, ada potongan bengkuang, tahu, tempe, dll, dan tidak lupa si Cingur sapinya yang disiram dengan ulekan bumbu kacang dicampur petis yang berwarna abu-abu kehitaman. Wah, nyam nyam sekali....

Lontong Kikil. Ini makanan yang tentunya isinya cuma kikil doang dengan kuah berwarna kuning yang full minyak. Saya pesennya minus lontong, soalnya lagi diet (Lho ini gimana sih...makan kikil kok dibilang diet???) Rasanya lumayanlah, gurih gitu. Tapi kok kurang asin ya.

Es Blewah. Parutan blewah yang dicampur air sirop berwarna merah plus es batu yang segede bagong yang ditempatkan di gelas bir yang besar sekali. Duh...rasanya seger sekali di tenggorokan.....apalagi jika diminum di siang hari yang terik itu.... Hmmm......suuueeejjjuuukkk tenan.....

Es Sinom. Minuman ini rasanya kok kayak jamu seger ya. Ketika saya meng-interogasi Mama saya tentang minuman ini, beliau menjelaskan bahwa minuman ini terbuat dari kunyit dan gula merah trus di pyurrr sama air dingin dan es (duh bahasanya, Jeng,....kok pyuurr seh??). Oh...pantesan aja rasanya kayak jamu. Sayangnya, rasanya kurang mennggigit alias kebanyakan air nya. Mestinya es batu nya yang segede bagong itu saya buang sejak awal sehingga rasanya lebih nendang.

Over all, makanan di sini cukup lumayan lah. Apalagi untuk menutupi rasa kangen kami sekeluarga, terutama yang datang dari jauh, atas rujak cingur. Jadi sekarang gak usah jauh-jauh pergi ke Surabaya dong untuk makan makanan jawa timuran.

Dibawah ini adalah cuplikan dari menu di warung ini yang sempet saya contek.

Rujak Cingur Rp 6000
Tahu Tek Rp 5000
Tahu Telor Rp 6000
Tahu Campur Rp 6000
Rawon Rp 6000
Rawon Komplit Rp 9000
Soto Daging Rp 6000
Soto Ayam Rp 6000
Lontong Kikil Rp 6000
Gado-Gado Surabaya Rp 5000
Nasi Krawu Rp 6000
Es Blewah Rp 3500
Es Sinom Rp 2500


Salam nyingur,
Astrid

02 August 2004

COFFEE CUPPING - CASWELL

Caswell's
Jl. Kemang Utara 19 A
Jakarta
Tel: 021-719-0280

Acara coffee cupping dimulai dengan "Kuliah Pagi di Hari Sabtu"dengan mata pelajaran Pengetahuan Dasar Mengenai Kopi yang diterangkan oleh "Pak Dosen" Eris dari Kampus Caswell's Mom…hehehehehee….

Kopi pada umumnya terbagi 2 jenis, yaitu arabika dan robusta. Indonesia sendiri adalah penghasil kopi robusta sebanyak 80 % dan arabika 20 %. Selain itu, ada pula jenis Maragocef (ini nulisnya bener gak sih) alias kopi gajah, karena bentuknya yang lebih besar dari ukuran biji kopi biasa. Jenis yang lain adalah Liberica dari Liberia.

Perbedaan robusta dengan arabika adalah biji nya robusta berbentuk bulat dan bergaris tengah lurus, sedangkan biji arabika berbentuk lonjong dan bergaris tengah bergelombang. Pohon dari robusta sendiri tingginya mencapai 10 meter dan tumbuh di areal yang terletak kira-kira 80 meter diatas permukaan laut, sedangkan pohon dari arabika tingginya hanya mencapai kira-kira 6 meter dan tumbuh di areal yang berada 1200 meter diatas permukaan laut. Soal kafein, robusta memiliki 2,8 % sampai 4 % kandungan kafein, sedangkan arabika hanya mempunyai 1 % sampai 1,7 % kandungan kafein.

Dari sini bisa ditarik garis kenapa arabika sering disebut sebagai "wine" nya kopi. Harganya pun mahal, yaitu Rp. 60.000 / 120 gram, dibandingkan dengan robusta yang hanya berharga Rp. 15.000 /120 gram nya. Oleh karena itu, robusta paling banyak di pake sebagai bahan dasar untuk pembuatan kopi instant. Karena kalo untuk kopi instant yang dipake adalah arabika, berapa banyak tuh kopi arabika yang dipake demi mencapai kadar kafein yang di inginkan serta harganya yang pasti sangat mahal.

One of the best kopi di Jawa berasal dari Jember, yang namanya Java Jampit. Untuk yang lain, maaf….saya lupa tuh.

Soal roasting alias goreng-menggoreng biji kopi, yang tertinggal dikepala saya cuma French Roast dan Italian Roast. French Roast itu warnanya medium alias coklat, sedangkan Italian Roast itu dark to medium, dari hitam ke coklat. Yang ini perlu di explore lagi, takut salah. Abis gak nyimak sih…heheeheheeee…..

Soal aroma, ternyata kopi Indonesia lebih beraroma ke arah light chocolate, sedangkan kopi dari dataran di Amerika ber aroma nutlight dan kopi dari dataran Afrika beraroma lebih fruity, acid dan sweet.

Soal ngopi, ternyata espresso lebih aman daripada kopi tubruk. Soalnya, di dalam espresso hanya terkandung 90 miligram kafein, sedangkan kafein di kopi tubruk bisa mencapai 160 miligram. Ini karena cara pembuatan espresso yang uap air panasnya yang "sekedar" lewat doang diantara biji kopi, sedangkan kopi tubruk itu kan diaduk di dalam gelas dengan air panas dan diendapkan untuk waktu yang lama. Nah kafein di dalam kopi tubruk ini lah yang keluar terus selama bubuk kopinya mengendap di gelas ini. Serem deh ah…

Kafein ternyata baru bereaksi di dalam tubuh 75 menit setelah kita mengkonsumsi kopi dan akan bertahan ditubuh selama 8 jam. Auwww…..

Nah, setelah itu, mata pelajaran selanjutnya yang di ajarkan masih dengan dosen yang sama adalah mata pelajaran "Coffee Cupping".

Coffee Cupping itu ya sama aja artinya dengan Coffee Tasting, yaitu mengenali kopi lebih dalam dari warna, aroma, rasa, dll.

Sebelum sesi cupping dimulai, Mas Eris udah wanti-wanti untuk menyeruput kopinya dengan cepat, sehingga semua syaraf lidahnya bekerja. Ini karena syaraf lidah kita itu mengenali beberapa rasa ditempat tertentu, seperti lidah bagian ujung depan yang merasakan manis, bagian samping kiri kanan yang merasakan asam, bagian tengah depan yang merasakan asin serta bagian tengah belakang yang merasakan pahit. Jadi supaya semua rasa terdeteksi, maka kita harus terbiasa untuk menyeruput kopi dengan cepat dan berbunyi…..prrruuuutttt…….heheheheheeeee………

Di depan masing-masing peserta, ada 4 tatakan yang berisi 2 jenis kopi yang belum dan sudah digoreng, lalu ada satu gelas untuk membuang segala ampas kopi, 2 gelas yang berisi bubuk kopi yang akan kita pake untuk cupping dan satu gelas air putih untuk menetralisir rasa kopi di mulut. Ada juga 2 carik kertas, kertas pertama berisi tabel untuk mengukur kopi itu sendiri, mulai dari tabel aroma dan rasa, sampe tabel tingkat kerusakan kopi. Kertas kedua adalah form untuk cupping itu sendiri yang memuat Agtron number alias tingkat kegosongan, fragrance, aroma, acidity, flavor, body, aftertaste, dan cupper's points.

Kata mas Eris, proses dari agtron sampai aroma dapat dilakukan barengan, sedangkan proses selanjutnya harus dipisah antara kopi A dan B. Ini untuk menghindari kontaminasi rasa antara satu kopi dengan lainnya.

Satu hal, kami tidak diberitahu jenis kopi apa saja yang kami pakai untuk cupping ini. Katanya Mas Eris sih agar penilaian kita terhadap kopi nya netral.

Lain hal, semenjak saya duduk di meja dan selama mendengarkan perkuliahan tentang kopi ini, saya terus menerus ngunyahin biji kopi yang ada di depan saya, tentunya yang udah dimasak ya. Entah sampe berapa biji, mungkin lebih dari 15 butir kali. Abis enak sih...kriuk....kriuk.....

Awalnya, kami diminta untuk melihat tingkat kegosongan dari 2 kopi A dan B. Point untuk tergosong adalah 25. Penilaian saya untuk kopi A adalah 60 (gak terlalu gosong) dan kopi B adalah 50 (agak-agak sedikit gosong). Mas Eris buka rahasia bahwa proses roasting 2 kopi ini hampir sama yaitu medium.

Selanjutnya, soal fragrance, pointnya adalah 1 sampai 10. Penilaian saya untuk kopi A adalah 3, karena baunya yang soft dan kurang nendang. Sedangkan kopi B ber-point 7 karena bau nya yang kuat.

Sebelum lanjut ke aroma, 2 gelas yang berisi bubuk kopi itu pun diseduh dengan air panas. Lalu mulai deh kita ngaduk-ngaduk dan sibuk ngambilin biji kopi yang ngambang di permukaan gelas.

Soal aroma, pointnya tetep 1 sampai 10. Saya menilai kopi A dengan point 8 dan kopi B dengan point 4. Ini karena ternyata kopi A, setelah diseduh, baunya jadi enak dan kadang-kadang ada sedikit bau cabe menyeruak di sela-sela saya sniffing. Sedangkan kopi B, setelah diseduh, bau nya jadi agak kurang ya di hidung saya.

Nah, setelah proses mengenali aroma, kami hanya boleh meneruskan cupping antara kopi A dan B secara terpisah.

Menurut penilaian saya, kopi A acidity nya berpoint 3 karena rasanya yang soft. Enak sekali rasanya di mulut saya yang memang menyukai kopi tubruk tanpa gula. Untuk flavor, yaitu perpaduan antara aroma dan rasa, kopi A berpoint 7 (agak outstanding), karena baunya yang sangat spicy dan rasanya yang sangat smooth. Untuk body, saya menilai kopi A dengan angka 4 karena mulut saya merasakan "light' nya kopi ini. Setelah di teguk, aftertaste dari kopi A ini adalah 4, karena setelah hilang ke tenggorokan, saya tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Gak ada rasa yang tertinggal di mulut.

Sedangkan kopi B, urutan penilaian saya mulai dari acidity, flavor, body dan afttertaste adalah 7, 5, 9, dan 7. Ini karena kopi B kadar keasaman nya yang cukup terasa di mulut. Soal flavor, kopi B ternyata biasa aja ya aroma dan baunya ketika diminum. Tetapi bodynya kopi B saya akui cukup berat karena terasa sekali kekentalan kopi nya di mulut saya. Setelah diteguk habis, ternyata kopi B masih meninggalkan rasa beberapa menit di mulut saya. Ini mungkin karena karakter nya kopi B yang strong dan deep ya.

Akhirnya, pada penilaian akhir, saya kok lebih menyukai kopi A yang spicy dan smooth daripada kopi B yang strong dan deep.

Pada sesi terakhir, Mas Eris buka rahasia bahwa jenis kopi A adalah Java Jampit dan jenis kopi B adalah Mexico Organic.

Akhirnya, sesi coffee cupping ini pun berakhir, yang dilanjutkan dengan nge-sandwich di tempat yang sama. Sandwich nya enak-enak deh, dan ukurannya itu lho yang sangat tidak manusiawi bagi yang sedang diet....heheheheee......

Terima kasih saya terutama untuk "Pak Dosen" Eris (yang sangat telaten ngajarin kita-kita soal kopi) serta mbak Linda (ikutan jadi seksi repot) dari Caswell's, dan juga untuk para peserta yang datang ke acara ini, yaitu Diniarty Pandia, Siska Yuanita, Hetih, Sita Dewayani, Bulan Sastranegara (yang ternyata sejatinya adalah wanita tulen.....hehehehehe), Henry Santoso, Febi, Icil (Sure you can do...the healthy diet....heheehehee), Herlina Pertiwi, serta Tonny Widjaja (yang kakeknya punya pabrik kopi) dan sang istri tercinta, Fenti, yang juga sekalian ngeboyong baby nya yang katanya juga suka ngopi. Wah...mau ngalahin saya ya???

Salam,
Astrid