16 December 2012

Beaujolais Nouveau Festival 2012

I was invited to Beaujolais Nouveau Festival at Wine & Food Expo in La Piazza Kelapa Gading, Jakarta.

The event has Can Can Dance, Mime & Magician, Happening Arts, Street Accordion Players, and else. But what amazes me is the food cooked by Chef Antoine Audran, the Executive Chef of Java Bleu. He cooks some great food like: Le Bouef (Sauteed beef tenderloin stroganoff with paprika, red onion & sour cream sauce), La Volaille (Whole duck ballotine confit with red wine sauce with caramelized apple & turnips), La Soupe (Field & forest mushrooms cream soup), La Bouillabaisse (Mixed fresh seafood selection). They all taste like heaven. Yummy and delicious! And don't forget that Cheese platters that really satisfied the hunger in me. Yeah!

On the wine itself, the Beaujolais Nouveau I taste is so nice. The color is thick red with an smell of very sweet cherry, and sometimes I can smell that sweet cotton candy between the swirl in my wine glass. Very nice aroma in my nose! The taste is full and bold, just like when I pull the trigger of my gun and bang! When I drink the wine with the cheese, the combination is just like a very romantic couple in their honeymoon. Very right and romantic!

The wine is produced by a territory called Beaujolais in France that always make new (Nouveau) wine. The wine can be enjoyed right after it is fermented for six to eight weeks.

The Beaujolais Nouveau Festival is celebrated in every corner of the world every Thursday the third week in November at the same time.

The night ends with a romantic feeling that someday the world will be a better place for everyone ;-)

19 November 2012

Serba-Serbi Bersih-Bersih di Rumah


Mencuci adalah sesuatu yang kurang menarik buat aku. Selain hanya untuk membersihkan sesuatu, mengucek adalah sesuatu hal yang aku kurang suka kerjakan juga karena kadang-kadang bisa membuat bahuku pegal. Selain itu, meskipun sudah berkali-kali aku mencuci pun kadang-kadang hasilnya tidak begitu bersih. Masih ada noda yang menempel lah, masih ada sisa-sisa minyak menempel lah, dan lain-lain yang membuat aku suka sebal sendiri.

Biasanya, pekerjaan mencuci kuserahkan kepada Asisten Rumah Tangga. Dan seperti yang semua orang tahu, si Asisten ini pun biasanya kurang mahir dalam hal cuci-mencuci. Kadang-kadang kurang bersih, atau malah mengakibatkan segala sesuatu yang dicuci menjadi rusak. Solusi sementara dari permasalahan ini adalah menyerahkan barang-barang kurang bagus untuk dicuci si Asisten ini, mencuci sendiri barang-barang yang dianggap bagus dan mengirimkan baju-baju pesta yang kotor ke Laundry.

Sampai pada suatu hari ketika seorang sahabatku memberikan paket alat pembersih dari AMWAY Home. Katanya alat pembersih ini mampu mengurangi problema yang sudah aku jelaskan diatas. Pada awalnya, aku biasa saja menerima hadiah paket ini, karena toh pekerjaan mencuci akan tetap dilaksanakan oleh si Asisten Rumah Tangga tersebut. Tapi sahabatku bilang bahwa sebaiknya alat pembersih ini digunakan oleh aku sendiri sehingga aku bisa merasakan manfaatnya sendiri. Oke, baiklah!

Setelah beberapa saat menerima paket pembersih tersebut, aku membuat rencana untuk menguji coba paket pembersih ini. Dan hasilnya memang ajaib! Seperti main sulap aja! Semua noda lama yang membandel hilang tuh! Yuk mari dimulai pengalamanku mencuci beberapa barang yang ada di rumahku!

LANTAI KAMAR MANDI
Biasanya lantai kamar mandi ini disikat biasa dengan sabun cair, namun masih meninggalkan kerak-kerak putih bekas genangan air. Setelah disiram AMWAY L.O.C. Pembersih Serbaguna dengan takaran yang benar, didiamkan selama 15 menit dan disikat lagi, maka lantai pun bisa bersih dan kerak-kerak putih yang sudah lama menempel di lantai ternyata bisa hilang! Warna lantai pun jadi cemerlang seperti baru.

KACA JENDELA
Aku sudah memakai metode membersihkan kaca dengan kertas koran, tapi masih aja kacanya kurang bersih. Kadang-kadang sisa-sisa noda telapak tangan dan minyak masih aja menempel di kaca. Setelah memakai AMWAY L.O.C. Pembersih Kaca, kaca jendela terlihat lebih jernih deh. Tidak ada sama sekali noda telapak tangan dan minyak menempel di kaca. Kalau jari tangan digesekkan ke kaca, maka akan ada suara mendecit yang berarti permukaan kaca sudah bersih sekali.

KERAN AIR
Ada banyak noda-noda hitam dan putih yang menempel di keran air di wastafel yang terbuat dari besi. Noda-noda ini tidak mempan dibersihkan dengan sikat karena sudah terlalu lama menempel di keran air. Pada waktu digosok dengan kain yang telah disiram sedikit dengan AMWAY L.O.C. Pembersih Ringan, ajaibnya noda-oda tersebut langsung terangkat dan berpindah ke kain untuk menggosok keran tersebut. Keran ini pun akhirnya jadi terlihat lebih bagus lagi karena warna besinya keluar dan jadi mengkilat sekali tanpa noda sedikit pun!

KURSI BERBAHAN KULIT
Aku punya kursi kecil yang dilapisi oleh kulit asli. Biasanya dibersihkan dengan lap yang diberi air atau dengan semir sepatu agar lebih mengkilat sedikit. Tapi akhirnya, kulit dari kursi ini pun memasuki masa kadaluarsanya karena permukaannya jadi sedikit kusam dan agak mengelupas. Ketika memakai AMWAY Pembersih Kulit, kulit kursi yang tadinya nampak kusam jadi kelihatan lebih bersih dan kulit yang tadinya agak mengelupas jadi agak sedikit lebih lembut sehingga permukaannya yang mengelupas tidak meluas ke tempat lain.

TOILET
Untuk toilet, aku sebenarnya sudah menyerah menghadapi noda-noda hitam yang menempel di toilet di kamar mandi. Sudah disikat berkali-kali, tetap saja tak bisa bersih. Ketika kukucurkan AMWAY L.O.C. Pembersih Toilet, didiamkan selama 15 menit, dan disikat, hasilnya luar biasa! Noda-noda di toilet jadi hilang total. Bahkan noda-noda yang ada di dalam saluran toilet pun turut hilang.

HANDUK
Aku memiliki handuk yang sudah bertahun-tahun memiliki noda bintik-bintik hitam. Noda ini tak pernah bisa hilang walaupun sudah direndam di obat pemutih sekali pun. Kemudian aku memakai AMWAY SA8 Pemutih Pakaian untuk merendam handuk ini dengan takaran yang sudah ditentukan di kemasan selama 15 menit. Setelah diangkat, bintik-bintik yang mengganggu itu mulai agak sedikit menghilang. Setelah itu, aku mencuci handuk tersebut dengan SA8 Konsentrat Deterjen Pencuci Pakaian dengan takaran yang dianjurkan dan kukucek lagi secara perlahan. Hasilnya adalah handuk tersebut kembali putih seperti semula. Handuknya seperti baru lagi! Supaya handuknya terasa lebih lembut, maka aku memakai SA8 Konsentrat Pelembut Pakaian. Wah, hasilnya adalah handuknya menjadi bersih, wangi dan lembut. Jadi senang berlama-lama di kamar mandi nih :-))

SEPATU
Salah satu sepatuku terkena permen karet ketika sedang jalan-jalan di sebuah mall. Sampai beberapa saat, permen karet tersebut masih menempel di sepatuku. Sudah dicoba untuk membersihkan permen karet tersebut, tapi sebagian permen karet masih menempel di sepatu itu. Kemudian aku menggunakan AMWAY SA8 Pembersih Noda dan Kotoran untuk membersihkan bekas permen karet di sepatuku dengan cara menyemprotkannya pas di tempat permen karet tersebut menempel. Setelah 20 menit, ketika permen karetnya kugosok dengan kain, ajaibnya permen karetnya langsung terangkat begitu aja. Gampang dan bersih banget! Wah, sepatuku bersih kembali!

ALAT MEMASAK & DAPUR
Salah satu hobiku adalah memasak. Kenikmatan memasak dan memakan masakanku sendiri itu adalah sesuatu hal yang bisa membuat aku senang. Namun ketika harus menghadapi alat-alat memasak yang sudah kotor, kadang-kadang ada rasa sebal juga didalam hati. Kadang-kadang, aku malas banget untuk membersihkannya. Sepertinya membersihkan peralatan memasak ini bisa menganggu moodku yang sudah senang ketika memasak dan makan. Namun, setelah memakai AMWAY Dish Drop Cairan Konsentrat Pencuci Alat Dapur, hal cuci-mencuci menjadi salah satu hal yang menyenangkan sih. Peralatan memasakku jadi lebih gampang dibersihkan dan hasilnya memang bersih sekali sih. Apalagi ditambah dengan Sabut Cuci Stainless Steel nya yang mampu membersihkan kotoran di peralatan memasak dengan bersih sekali dan cepat. Peralatan memasakku jadi tampak indah kembali.
Nah, biasanya kalau sudah selesai memasak, ruangan dapurku terasa agak sedikit bau hasil masakanku. Bau keju dan bumbu dapur sih biasa aja ya, malah cenderung terasa enak dihidungku. Tapi kalau sudah memasak bumbu-bumbu yang berbau tajam, seperti cabe, terasi, dan lain-lain, maka baunya agak sedikit menusuk dihidung. Dulu sih solusinya ya harus menutup hidung rapat-rapat agar baunya tidak membuat aku terbatuk-batuk. Namun setelah menyemprotkan Green Meadows Pengharum Ruangan, dapurku baunya terasa netral lagi dan tidak berbau terasi atau cabe lagi hahaha.
Kalau sudah begini, aku kok jadi ingin memasak lagi, lagi, dan lagi :-))


08 November 2012

Vinyasa Yoga

Jenis Vinyasa Yoga ini biasanya dimulai dengan Suryanamaskara yang menggabungkan 12 gerakan untuk menghangatkan otot sebelum masuk ke rangkaian yang lebih bervariasi.

Karena Vinyasa Yoga merangkaikan beragam jenis gerakan, aliran ini juga sering disebut Flow Yoga.

Vinyasa Yoga

Vinyasa Yoga means breath-synchronized movement.

Vinyasa class tends to be more vigorous style, typically started with a number of Sun Salutations to warm up the body for more intense flow of asana sequences.

Hatha Yoga

Kata Hatha Yoga pada dasarnya merujuk ke semua jenis Yoga yang menggabungkan gerakan fisik (asana) dan pernafasan (prayanama).

Tetapi, Hatha seringkali digunakan untuk menggambarkan gerakan Yoga pemula yang dilakukan dengan perlahan.

Hatha Yoga

Hatha Yoga is a very general term that can encompass many of the physical types of Yoga.

It refers to Yoga practice that combines asana (poses) and pranayama (breath).

Hatha is the umbrella of all Yoga styles.

01 October 2012

Perjalananku di Sekolah Guru Yoga 2012



Aku sudah berlatih Yoga sejak tahun 2007. (http://astridamalia.blogspot.com/2008/12/yoga-nafas-dari-hidupku.html).
Setelah beberapa saat, banyak orang yang bertanya apakah aku tertarik untuk menjadi guru Yoga. Waktu itu, aku kok tidak yakin apakah aku memiliki keinginan untuk mengajar Yoga.

Pada tahun 2012, setelah aku menghadiri Bali Spirit Festival 2012, entah kenapa, aku mulai mencari tempat untuk melakukan Sekolah Guru Yoga. Ini mungkin karena ada panggilan dari dalam diriku untuk melakukan itu. Dan aku merasa sepertinya alam semesta telah menyiapkan segalanya bagiku untuk melakukan perjalanan yang akan mengubah cara pandangku terhadap kehidupan ini. Ini dimulai dari orang-orang yang aku kenal ketika aku menghadiri Bali Spirit Festival, yang pada suatu hari kelak ternyata menjadi orang-orang yang membantuku di dalam perjalananku ini. Ketika aku mencari Sekolah Guru Yoga, ada banyak sekolah yang menawarkan hal itu. Setelah membuat beberapa pilihan, ternyata hanya ada tiga sekolah di daftarku. Aku membuang pilihan yang pertama karena aku tidak mengenal gurunya. Aku juga membuang pilihan yang kedua karena harga sekolahnya terlalu mahal dan waktu sekolahnya kurang pas karena pada saat itu aku harus menghadiri pernikahan sahabat baikku. Satu-satunya yang tersisa di daftarku adalah Sekolah Guru Yoga oleh Cat Kabira. Tapi aku ragu apakah aku masih bisa mendaftar, karena sekolahnya itu sendiri akan dimulai dalam waktu tiga minggu. Agak terlambat nih, tapi kemudian aku berpikir mungkin masih bisa mencoba. Ketika aku menghubungi Cat Kabira melalui Facebook, hal yang mengejutkan adalah ternyata aku masih bisa mendaftar. Wah gila! Dan itu adalah awal dari perjalanan yang menarik dalam hidupku!

Sebelum terbang ke Bali dari Jakarta, aku sempat bingung mencari tempat tinggal di Ubud, tempat dimana sekolah guru yoga ini akan dilaksanakan. Tapi seorang teman yang aku temui ketika menghadiri Bali Spirit Festival menawarkan kepadaku untuk tinggal di tempatnya. Terima kasih ya, sahabatku tersayang. Jadilah aku terbang ke Bali seminggu sebelum sekolah dimulai untuk membiasakan diri tinggal di Ubud.

Pada saat upacara pembukaan Sekolah Guru Yoga, Cat Kabira sebagai guru utama di sekolah ini menyambut para siswa dan memperkenalkan guru-guru lain, seperti Kari Jacobsen dan Lindsey Wise. Jumlah siswanya adalah 22 orang, dan aku adalah satu-satunya orang Indonesia di sekolah ini. Paling tidak, Indonesia memiliki perwakilan di sana hahaha!

Sekolah ini diselenggarakan dari tanggal 13 Mei sampai dengan 18 Juni 2012. Lima minggu, dari Senin sampai Sabtu, dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Sangat intensif! Sekolah ini intensif karena harus memenuhi standar Sekolah Guru Yoga 200 Jam dari Aliansi Yoga di Amerika Serikat.




Kurikulum sekolahnya mungkin sama dengan sekolah guru yoga lainnya, seperti Filsafat Yoga, Pranayama (Pernafasan), Meditasi, Yoga Yin, Asana (Gerakan) Yoga, Yoga untuk Kehamilan, Yoga untuk Anak-anak, Yoga Nidra, dan lain-lain. Tapi dalam perspektifku sendiri, pengalaman dan perjalanan dalam sekolah inilah yang menakjubkan! Ini adalah pengalaman menakjubkan yang terjadi pada 22 siswa yoga yang datang dari seluruh penjuru dunia!






Setiap pagi, Cat Kabira memimpin kelas Asana Yoga Pagi. Dia mengajarkan kepada murid-muridnya untuk lebih berkonsentrasi pada perut sebagai pusat emosi. Biasanya, orang berpikir dengan otak dan hati mereka. Bagi Cat, tidaklah cukup untuk berpikir dengan otak dan hati. Cat mengatakan bahwa kita harus menyertakan perut kita dalam setiap aspek dari proses pengambilan keputusan. Apapun yang otak dan hati kita pikirkan, jika perut kita tidak merasa nyaman, maka kita tidak perlu melakukan apapun yang rencananya ingin kita lakukan. Aku benar-benar bisa merasakan metode pengambilan keputusan “dari perut” ini bekerja saat Upacara Berjalan diatas Api dilaksanakan.




Aku sudah meminta Cat dan Kari untuk menjelaskan tentang upacara ini sejak hari pertama aku datang ke sekolah ini. Dengan tersenyum, keduanya mengatakan bahwa aku tidak harus melakukannya jika merasa sangat takut untuk melakukan hal itu. Dan pada saat ketika Upacara Berjalan diatas Api ini berlangsung, apa yang terjadi kemudian adalah menakjubkan! Upacara ini dipimpin oleh Cat Kabira dan Dan Glynn. Upacara ini dibagi menjadi empat tahap. Kami memulai upacara dengan berdoa semoga upacaranya berjalan lancar, lalu membakar kayu dan batok kelapa, sambil menyanyikan beberapa lagu.

Pada tahap pertama, kami belajar untuk menenangkan perasaan geli kami ketika seseorang menggelitik kaki dengan sumpit. Pada tahap ini, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa ketika siswa lain menggerakkan sumpit di kakiku. Ya, aku memang tipe manusia yang mudah geli. Ya sudahlah, apa boleh buat ya hahaha.






Pada tahap kedua, kami belajar untuk mengalahkan ketakutan kami dengan membengkokkan besi baja yang biasa dipakai untuk bahan konstruksi bangunan yang ditempatkan di tenggorokan kami. Jadi, dua siswa menempatkan baja di tenggorokan mereka yang telah dilindungi oleh lipatan kertas dan berjalan menuju satu sama lain untuk membengkokkan baja sampai mereka bisa saling memeluk tubuh satu sama lain. Untuk hal yang satu ini, aku tidak takut sama sekali, namun tetap saja merasa sedikit sakit pada tenggorokan. Dan aku melakukannya dua kali!




Pada tahap ketiga, kami berjalan diatas pecahan botol. Pada tahap ini, rasa takut mulai hinggap ke pikiranku. Tapi karena siswa lainya bisa berjalan di atas kaca, kemudian aku bertekad untuk melupakan rasa takut dan mulai berjalan. Ketika aku berjalan di atas pecahan botol itu, secara mengejutkan aku merasa baik-baik saja! Rasanya seperti mendapakan pijatan refleksi di kaki saja. Dan aku melakukannya berkali-kali!




Pada tahap akhir, inilah waktu yang ditunggu-tunggu! Waktunya untuk berjalan di atas api! Pada tahap ini, aku merasa begitu takut dan sempat berencana untuk melarikan diri dari upacara ini. Pikiranku terus mengatakan bahwa api itu panas dan aku tidak boleh berjalan di atasnya. Kemudian aku bertanya pada siswa lain yang berani berjalan di atas api tentang bagaimana mereka bisa melakukannya. Mereka mengatakan kepadaku bahwa aku akan siap ketika aku sudah siap, dan hal lainnya adalah bahwa aku harus mendengarkan apa yang kurasakan di perutku. Jadi ini adalah pelajaran yang nyata bagiku untuk mendengarkan perutku. Akhirnya, aku menunggu sampai perutku siap dan mulai mengumpulkan keinginan untuk berjalan di atas api. Ketika akhirnya aku berjalan di atas api, aku merasa sepertinya aku telah menaklukkan rasa takut dalam diriku. Dan aku melakukannya berulang-ulang, mungkin sampai 10 kali bolak-balik. Sepertinya aku jadi kecanduan hahaha!




Pelajaran yang kudapat dari hal ini adalah jika aku bisa bersikap tenang dan rileks, aku bisa mengkonsentrasikan diri untuk mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tidak peduli bila pikiran dan hati mengatakan bahwa tidak mungkin bagiku untuk melakukannya, tetapi jika perutku tenang dan rileks, maka selalu ada kemungkinan bagiku untuk melakukannya!
Terima kasih, Dan dan Cat, yang telah membangun kekuatan dan kepercayaan diri di perutku!




Cat Kabira juga mengajarkan kepada kami untuk menghargai alam, terutama pada saat Bulan Baru dan Bulan Purnama. Untuk itulah mengapa sekolah guru yoga ini juga mengadakan Upacara Bulan Baru dan Upacara Bulan Purnama. Berdasarkan hasil penelitian, 80% dari tubuh manusia terdiri dari air. Dan kita tahu efeknya Bulan terhadap air di laut. Berdasarkan fakta ini, ada kepercayaan untuk menghormati Bulan Baru dan Bulan Purnama dan bagaimana peristiwa ini dapat mempengaruhi tubuh dan perasaan kita. Pada Upacara Bulan Baru, kami membakar lilin dan menetapkan niatan kami dengan menulis dan membuat tanda pada lilin untuk setiap niat yang kita inginkan. Pada Upacara Bulan Purnama, kami pergi ke sebuah villa di Gianyar yang memiliki air terjun yang terletak di bawah villa tersebut. Kami berjalan ke mata air dan air terjun disana dan mencuci tubuh kami dengan air dari mata air dan air terjun tersebut.




Kami belajar tentang Anatomi dengan James Newman. Ini adalah mata pelajaran paling sulit karena aku tidak mengenal betul nama-nama bagian tubuh manusia, tapi mata pelajaran ini adalah yang paling berguna karena aku belajar banyak tentang beberapa cedera yang mungkin terjadi pada tubuh manusia. Jika aku bisa mendeteksi cedera dan kelemahan di tubuh seseorang, maka aku bisa menyarankan gerakan yoga yang tepat untuk mereka dan memberikan pilihan yang tepat untuk mereka. Bagian yang menakjubkan adalah bahwa James menemukan beberapa kelemahan dalam tubuhku dan menyarankan beberapa penyesuaian untuk gerakan yogaku untuk memperbaiki kelemahan itu. Dan ternyata berhasil! Di masa lalu, aku belajar dengan cara yang salah tentang “headstand” dan James memberitahuku tentang trik yang tepat untuk melakukannya. Dan coba tebak apa yang terjadi? Ya, akhirnya aku bisa melakukan gerakan headstand yang sempurna untuk pertama kalinya. Ah senang rasanya!
Terima kasih, James, yang telah memperbaiki gerakan yogaku dan mengajarkan untuk makin berlatih intensif untuk memperbaiki kelemahanku.




Kami belajar tentang Yoga Acro dengan Bex Tyrer dan Carlos Romero. Yoga Acro adalah melakukan gerakan yoga dengan pasangan atau dengan beberapa orang. Aku telah menulis tentang Yoga Acro pada ceritaku sebelumnya di: Pengalamanku Berlatih Yoga di Bali Spirit Festival 2011 - 2012.
Di kelas ini, aku menantang ketakutanku sendiri untuk menjadi seseorang yang menjadi penopang. Dengan kaki yang kecil, aku tidak cukup percaya diri untuk mengangkat seseorang dengan kakiku. Tapi setelah beberapa kelas Yoga Acro, akhirnya aku bisa mengangkat seseorang, bahkan untuk beberapa menit! Aku bisa merasakan sekali bahwa panduan dari Bex dan Carlos dan dukungan dari siswa lain benar-benar membangun percaya diri di dalam diriku. Memang Yoga Acro adalah tentang kemitraan dan bekerja sama dengan masyarakat. Aku suka banget dengan filosofinya!
Terima kasih, Bex dan Carlos, yang telah mengajarkan rasa kebersamaan dan motivasi untuk menyebarkan cinta dan kasih sayang kepada orang lain.




Kami belajar tentang Yoga Yin dan Yoga Nidra dengan Kari Jacobsen. Yoga Yin menargetkan lapisan jaringan ikat di dalam tubuh melalui garis pasif yang dimiliki oleh tubuh. Bagiku, Yoga Yin adalah seperti mendapatkan pengobatan akupunktur dalam tubuh tanpa jarum.
Yoga Nidra adalah eksplorasi bergerak melalui tingkat kesadaran yang berbeda. Bagiku, Yoga Nidra adalah seperti bepergian tanpa bergerak.
Menurut pendapatku sendiri, Yoga Yin dan Yoga Nidra memiliki kemampuan untuk memperlambat lalu lintas sibuk di tubuh dan memberikan rasa damai dalam tubuh kita. Setelah berlatih Yoga Nidra dan Yoga Yin, aku pun tertidur lelap hahaha!
Terima kasih, Kari, yang telah mengajarkan kelembutan di gerakan yoga yang ini. Semakin lembut kita melakukan gerakan yoganya, maka semakin kuatlah tubuh kita!




Kami belajar tentang Yoga untuk Anak-anak dan Yoga untuk Kehamilan dengan Lindsey Wise. Yoga untuk Anak-anak adalah tentang memperkenalkan gerakan yoga kepada anak-anak dengan cara yang menyenangkan. Kami menggunakan lagu, kartu dan permainan di dalam Yoga untuk Anak-anak ini.
Yoga untuk Kehamilan dipersiapkan khusus untuk ibu hamil yang masih ingin berlatih yoga.
Terima kasih, Lindsey, yang telah mengajarkan pelajaran yang indah.




Sekolah ini juga mengajarkan kepada kita tentang bagaimana caranya mengajar kelas yoga. Iya tentu sajalah hahaha! Pengalaman pertamaku untuk mengajar kelas yoga di dalam sekolah ini adalah sebuah bencana! Waktu itu, aku tidak bisa mengatakan apa-apa karena tenggorokanku seperti terkunci dan aku tidak bisa bersuara sedikit pun! Aku tidak tahu harus berkata apa sampai Cat Kabira memintaku untuk mengatakan "Utkatasana". Aduh Tuhan, mati deh hahaha! Pengalaman ini membuat aku belajar bahwa mengajar kelas yoga adalah bagian yang paling sulit untuk dilakukan. Yang dibutuhkan adalah karisma untuk membuat orang lain mau melakukan apa yang kita katakan, sebuah memori yang kuat untuk mengingat semua urutan gerakan yoganya, kesediaan untuk berbagi pengetahuan tanpa henti dan suara yang keras agar orang lain bisa mendengar suara kita.
Pengalaman kedua mengajar kelas Yoga Yin ternyata sedikit lebih baik dari yang pertama. Aku tidak bisa lupa betapa konyolnya aku waktu itu! Aku membawa buku catatan agar tidak lupa dengan apa yang harus diajarkan dan memasang timer di ponsel hanya agar aku bisa tepat waktu. Konyol sih, tapi berguna sekali lah hahaha!




Pengalaman ketiga mengajar kelas Yoga untuk Anak-anak ternyata sangat menyenangkan sekali! Jadi beberapa anak-anak dari panti asuhan diundang ke kelas kami. Sebagai guru yoga, kita perlu memperkenalkan mereka tentang yoga. Anak-anak ini begitu manis dan lucu, sampai-sampai aku senang sekali menggoda mereka dengan berkejar-kejaran dengan mereka. Sangat menakjubkan untuk mengetahui bahwa anak-anak ini mengikuti permainanku. Ternyata mereka juga begitu senang menggodaku juga! Hore! Anak-anak ini sangat antusias untuk mengikuti gerakan Yoga untuk Anak-anak. Saat-saat yang paling mengharukan adalah ketika mereka menyanyikan tiga lagu untuk berterima kasih kepada kami untuk mengajarkan yoga pada mereka. Anak-anak ini memilihku sebagai orang pertama yang mendengarkan lagu-lagu mereka. Aduh terharu banget! Aku baru sadar bahwa ternyata aku bisa meninggalkan kesan yang mendalam di dalam pikiran mereka. Buat adik-adik kecilku tersayang, aku sayang kalian juga ya!
Dan pengalaman mengajar terbaikku adalah pada Tugas Akhir untuk mengajar kelas yoga. Pada tugas akhir ini, karena aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama di kelas mengajar sebelumnya, aku berlatih dengan kerasnya. Aku bahkan meminta teman-teman yang lain untuk memperbaiki bagianku, suaraku dan panjangnya waktuku. Ada beberapa saran dari teman-teman yang membuat aku menjadi lebih baik. Bahkan setelah berlatih dengan sangat keras pun, aku masih khawatir jika tidak bisa mengajar dengan baik. Satu hari sebelum tugas akhir tersebut datang, aku melepaskan kekhawatiran dengan pikiran bahwa aku telah berlatih dengan baik. Jadi di Hari-H, apa yang terjadi adalah hal yang menakjubkan! Akhirnya, aku bisa mengajar dengan lancar, tenang dan rileks, Suaraku pun terdengar lebih baik, bahkan terdengar lebih keras! Sangat keras! Waktu itu, aku masih gugup, tapi aku menutupi perasaan gugup dengan beberapa lelucon yang membuat siswa lain tertawa. Dan ketika Cat Kabira, Kari Jacobsen dan Lindsey Wise memberikan tanggapan mereka tentang kelas yang kuajarkan, aku merasa seperti menjadi orang baru. Ya, aku masih menerima beberapa kritikan tentang kelas yang kuajarkan, tentu saja aku tidak sempurna, tetapi mereka mengatakan bahwa aku membuat kemajuan besar dan sangat hebat. Aku sangat tersentuh oleh pujian dari para guru. Aku berharap mereka tahu bahwa aku melakukan yang terbaik bukan hanya untukku, tapi untuk mereka juga. Aku merasa sangat terhormat untuk belajar yoga dari mereka!
Aku juga menerima beberapa kata pujian dari siswa lain yang menggambarkan kepribadianku di kelas. Mereka berkata bahwa aku itu: unik, memotivasi, lucu, senang bermain, bersuara besar dan jernih, mampu menyesuaikan diri, kreatif, fokus, memiliki energi yang besar, kuat, perpaduan antara tegas dan lembut, mendominasi, ringan, penuh kasih, dan memiliki cara untuk membuat gerakan yang susah menjadi mudah. Aku cukup senang mereka bisa menikmati kelasku dan bahwa kepribadianku bisa membuat mereka tertawa dan tersenyum. Jadi ternyata, jiwaku itu adalah menyenangkan dan menggembirakan. Ah senangnya!




Kami juga belajar tentang Terapi Craniosacral dengan James Newman dan Cat Kabira. Terapi Craniosacral adalah bentuk penyembuhan yang lembut dan mendalam yang membantu kemampuan alami tubuh untuk memperbaiki diri. Tidak ada penyaluran atau penempatan energi, karena Terapi Craniosacral bekerja dengan energi yang sudah ada. Jadi, sebagai Terapis, tugasku adalah memfasilitasi penerima terapi untuk menyembuhkan diri sendiri. Pada awalnya, aku tidak mengerti tentang terapi ini dan tidak tahu apa yang harus dilakukan di kelas ini. Tapi ketika aku terus berlatih untuk meningkatkan kepekaan tangan dan hati untuk mendengarkan, aku mulai mengerti tentang terapi ini. Itu benar-benar pengalaman yang baik untuk "mendengar energi" dari si penerima terapi.
Terima kasih, James dan Cat, yang telah meningkatkan kemampuan dan karunia dalam diriku melalui Terapi Craniosacral ini.

Ada juga mata pelajaran lainnya dalam sekolah ini, seperti Kirtan Yoga oleh Jo dan Edo, "Singin Bowl" oleh Awahoshi Kavan, “Chaneling” oleh Jana Johnson dan Filsafat Yoga oleh Emil Wendel. Terima kasih, Edo, Jo, Awahoshi, Jana dan Emil, yang telah membagi pengetahuan kalian yang berharga.






Berita terbaru: Sedih rasanya mengetahui bahwa salah satu guruku, Jo, telah meninggalkan kami pada bulan Oktober 2015 karena penyakit kanker perut yang dideritanya. Semoga Jo dapat beristirahat dengan tenang saat ini. Amin. 

Dan .... Setelah lima minggu penuh melakukan sekolah ini, waktunya bagi kami untuk lulus dari sekolah ini. Dan aku tahu bahwa sertifikat bukanlah hal yang terpenting. Yang paling penting adalah bahwa semua siswa dilahirkan kembali dengan jiwa yang baru dan pengetahuan yang baru!










Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Cat Kabira sebagai guru utama di sekolah ini dan kepada para guru lainnya (Kari Jacobsen, Lindsey Wise, James Newman, Bex Tyrer, Carlos Romero, Dan Glynn, Jana, Emil Wendel, dll) untuk pelajaran yang telah diberikan. Para guru ini adalah bintang rock dalam sebuah band rock terbesar di duniaku! Iya, guru-guru ini telah mengguncang duniaku! Terima kasih banyak untuk semuanya. Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku mencintai kalian semua.

Namaste!








25 September 2012

Terapi Craniosacral

Terapi Craniosacral adalah teknik penyembuhan diri sendiri dengan bantuan sentuhan seorang Terapist di tubuh sang pasien untuk melepaskan ketegangan, penyumbatan, trauma emosional di tubuh sang pasien dan menstabilkan chakra sang pasien. Terapi ini baik sekali untuk merilekskan pikiran dan tubuh sang pasien.

Pada dasarnya pengobatan ini adalah pengobatan dengan dasar cinta kasih dan kasih sayang. Keberadaan sang Terapist dan tangannya untuk sang pasien dan tubuhnyalah yang akan dideteksi oleh tubuh sang pasien sebagai perhatian khusus yang akan menyembuhkan tubuh yang sedang sakit itu. Pasien akan ditenangkan dulu pikiran dan badannya, baru diterapi. Tidak ada energi lain, termasuk dari sang Terapist, yang masuk ke tubuh pasien karena Terapist hanya meletakkan tangannya ke tubuh pasien dan mendeteksi detak jantung, aliran darah dan kemungkinan penyumbatan di tubuh sang pasien. Penyembuhan terjadi ketika tubuh sang pasien menerima sentuhan sang Terapist dan tubuh tersebut mulai melepaskan ketegangan di titik yang disentuh, yang juga akan menyebar ke titik-titik syaraf yang terhubung di tempat yang disentuh.

Pasien dianjurkan untuk pasrah, rileks dan tidak berharap terlalu banyak terhadap terapi ini, karena terapi ini akan tidak terasa manfaatnya bila sang pasien terlalu berharap banyak. Ketika sang pasien pasrah dan rileks, justru disitu titik awal dari penyembuhan bagi tubuhnya.

Menurut pengalaman saya selama memberikan terapi ini ke klien saya, biasanya sang pasien akan tertidur pulas di tangan saya dan merasakan sensasi rileks ditubuh mereka.

Kalau kondisi fisik saya sedang prima dan fokus, maka saya bisa membaca trauma emosional yang ada didalam tubuh sang pasien.

Saya juga menggabungkan terapi Craniosacral ini dengan metode terapi pendulum. Dengan menggunakan terapi pendulum, maka saya bisa mendeteksi aliran chakra di tubuh sang pasien, apakah alirannya kuat dan lancar, atau kurang sinkron, atau tersumbat.

Namaste.



11 September 2012

Rejeki

Sejak serius menekuni dunia Yoga, banyak keajaiban yang terjadi di dalam kehidupanku, seperti mimpi yang dikabulkan, diberi kemudahan, diberi fasilitas tanpa harus membayar, dan lain-lain.

Memang rejeki setiap orang itu berbeda-beda. Beda orang, beda rejekinya. Beda orang, beda usaha dan kemampuannya kan. Jadi janganlah bandingkan rejeki kita dengan rejeki orang lain. Kalau membandingkan, terasa sekali bahwa kita tak menghargai rejeki yang diterima dan yang datang pada kita.

Lompat-lompat mencari celah rejeki itu tidaklah salah. Wajar dan diharuskan, karena lahan rejeki itu luas, ada dimana saja dan dalam bentuk yang bermacam-macam.

Rejeki itu tidaklah selamanya soal berapa uang yang kita terima atau dapatkan. Rejeki bisa berupa dan datang dalam bentuk uang, kesempatan, kemudahan, fasilitas, dan lain-lain. Tergantung bagaimana cara kita melihatnya.

Rejeki tidak pernah salah alamat dan tidak pernah jatuh ke tangan yang salah. Kalau tidak dapat, ya berarti memang rejeki itu bukanlah milik kita.

Bila kita bisa menghargai berapa pun dan dalam bentuk apa pun rejeki yang kita dapat dan terima, maka bersyukur adalah rasa terima kasih yang paling jujur.

Namaste.

10 August 2012

Kita dan Semesta

Semua ada karmanya & karma tinggal menunggu waktunya saja. Semesta tak buta, tak lupa & tak pernah tidur.

Semesta itu tak memiliki agama, namun terus memberi berkah pada manusia tanpa pandang agama. Apa kabar manusia dengan agamanya?

Tuhan pun tak beragama, namun curahan kasih sayang-Nya ke manusia tanpa pandang agama. Apa kabar manusia dengan agamanya?

Terkadang, lebih nyaman untuk tak beragama, namun menghormati proses di alam semesta ini. Kita menjadi lebih bijak & ramah terhadap sesama.

Seburuk apa pun kita memperlakukan semesta, matahari tetap terbit di timur, tetap tenggelam di barat & pohon-pohon tetap tumbuh. Semesta tak beragama ini memang cantik.

Aku cinta kepadamu, Tuhanku yang Maha Baik & Semestaku yang cantik & dermawan.

Namaste.




27 July 2012

My Journey at Yoga Energetics Teacher Training 2012



I have been practicing Yoga since 2007. (http://astridamalia.blogspot.com/2008/12/yoga-breath-of-my-life.html)
After a while, some people asked me if I was interested to join Yoga Teacher Training. At that time, I was not sure if I had the teaching sense in me.

In 2012, after I attended Bali Spirit Festival 2012, I started to search for Yoga Teacher Training nearby. I didn't know why I did that, but there was a call from the inside of me to do that. And I felt like the Universe had prepared everything for me to do the journey that changed my perspective on life. It started from the people I knew when I attended the Bali Spirit Festival who became the people who helped me on the rest of my journey. Then when I searched for Yoga Teacher Training, many schools offered that. After I made some selections, there were only three schools on my list. I dropped the first one because I didn't know the teacher. I dropped the second one too as it was too expensive for me, and the time of the training was not right as I had to attend my best friend's wedding. The only thing that was left on my list was Cat Kabira's Yoga Energetics Teacher Training. But the time was ticking as I was about to register for the training three weeks before the training started. I knew it was a bit too late, but then I thought maybe I could try. When I contacted Cat Kabira via Facebook, surprisingly I could still register. Who! And that was the start of an interesting journey in my life.

Before I flew to Bali from Jakarta, I was confused about the place to live in Ubud during the training. But a friend that I met when I attended the Bali Spirit Festival offered me to stay at his place. Thank you, my dear best friend. So, I flew to Bali a week before the training started to get used to living in Ubud.




At the opening ceremony of the Yoga Energetics Teacher Training, Cat Kabira as the leading instructor in the training welcomed the students and introduced the other teachers, like Kari Jacobsen and Lindsey Wise. The number of students was 22 people, and I was the only Indonesian person in the training. Yeah, Indonesia, you had a representative there!

The training was held from the 13th of May to the 18th of June 2012. Five weeks, from Monday to Saturday, from 6 AM to 6 PM. Very intensive! The training was intensive as it had to meet the standard of 200 hours of Yoga Teacher Training from the Yoga Alliance in the United States of America.




The curriculum of the training might be the same as other yoga teacher training, like Yoga Philosophy, Pranayama, Meditation, Yin Yoga, Yoga Asanas, Prenatal Yoga, Kids Yoga, Yoga Nidra, etc. But from my own perspective, the experience and the journey in this training were amazing! It was a magical experience that happened to the 22 yoga students that came from every corner of the world!






Every morning, Cat Kabira led the Morning Yoga Asanas. She taught her students to concentrate more on our core as the center of our emotions. Usually, people think with their brain and their heart. For Cat, it is not enough to think with the brain and heart. Cat said that we have to include our core in every aspect of our decision-making process. Whatever the brain and the heart think, if our core doesn't feel comfortable, then we don't have to do whatever plan we want to do. I really could feel this method of “back to core” decision-making process at the Fire Walking Ceremony.




I had asked Cat and Kari about this ceremony since the first day of the training. With a smile, both of them said that I didn't have to do it if I felt so afraid of it. And on the day when this Fire Walking Ceremony really came, what happened was magic! The ceremony was led by Cat Kabira and Dan Glynn. The ceremony was divided into four stages. We began the ceremony by praying that the ceremony would go smoothly, setting the fire on the woods and the coconut, and singing some happy songs.

In the first stage, we learned to calm down our ticklish feeling when someone tickled our feet with chopsticks. At this stage, I could not help myself for not laughing when the other students put the chopsticks on my feet. Yeah, I am so ticklish, what can I do?






In the second stage, we learned to defeat our fear by bending construction steel that was placed at our throats. So, two students placed the steel at their throats that had been protected by a piece of paper and walked towards each other to bend the steel until they could hold each other bodies. I wasn't afraid of this, but I felt a little bit hurt in my throat. And I did it two times!




In the third stage, we walked on broken glasses from bottles. At this stage, fear started to come to my mind. But as the other students could walk on the glass, then I asked myself to forget about the fear and started to walk. When I walked on the glasses, amazingly I felt so good! It felt like having reflexology treatment. And I did that many times!








At the final stage, that was about time to walk on the fire. At this stage, I felt so afraid and planned to run away from the ceremony. My brain kept telling me that the fire was hot and that I should not walk on it. I also kept asking the other students who bravely walked on the fire how they could do it. The other students told me that I would be ready when I was ready and that I had to listen to my core. So, this was the real training for me to listen to my core. So, I waited until my core was ready and started to gather my will to walk on the fire. When I finally walked on fire, I felt like I had conquered the fear in me. And I did it so many times. I felt like getting addicted to it!
The lesson I can learn from this is that if I can be peacefully calmed and relaxed, I can concentrate myself to turn the impossible to be a possible one. No matter what the brain and the heart say that I can't do it, if my core is calm and relaxed, then it is always possible for me to do it!
Thank you, Dan and Cat, for building strength and confidence in my core!




Cat Kabira also taught us to respect nature, especially on the New Moon and Full Moon. That's why the training also held New Moon Ceremony and Full Moon Ceremony. Based on the research, 80% of the human body consists of water. And we know the effect of the moon on the water in the sea and the ocean. Based on these facts, there's a belief to honor the New Moon and Full Moon and how they can affect our bodies and our feelings. At the New Moon Ceremony, we burned a candle and set our intention by writing it and making a mark on the candle for every intention we set. At the Full Moon Ceremony, we went to a villa in Gianyar that has spring at the bottom of the area. We walked down to the spring from the villa and washed our bodies with the water from the spring.




We learned about Anatomy from James Newman. It was a hard subject as I was not familiar with the name of the body parts, but it was a useful subject as I learned a lot about some injuries that might happen to the human body. If I can detect the injuries and weaknesses in someone's body, then I can suggest the proper yoga pose for my student and give a proper adjustment to my student. The amazing part was that James found some weaknesses in my body and suggested some adjustments to my yoga poses to cover that weakness. And it worked! In the past, I learned the wrong way to headstand and James told me about the correct trick for it. And guess what? Yes, I finally could do a headstand perfectly for the very first time. Happy!
Thank you, James, for adjusting my yoga poses and training me to work on my weaknesses.






We learned about Acro Yoga from Bex Tyrer and Carlos Romero. Acro Yoga is about doing yoga with a partner or even more than one partner. I have written about Acro Yoga in my previous story in Bali Spirit Festival 2011 - 2012

In this class, I challenged my own fear to be the base. With my small feet, I was not confident enough to lift someone with my feet. But after several Acro Yoga classes, I finally could lift someone, even for a minute. I could feel that the guides from Bex and Carlos and the support from the other students really built my confidence in myself. After all, Acro Yoga is about partnership and working together with the community. I love the philosophy!
Thank you, Bex and Carlos, for teaching the sense of togetherness and the motivation to spread love and compassion to others.




We learned about Yin Yoga and Yoga Nidra from Kari Jacobsen. Yin Yoga targets the body's deep layers of connective tissue through a sequence of passive held-floor postures. For me, Yin Yoga is like having an acupuncture treatment in the body without needles.
Yoga Nidra is an exploration and refinement of moving through different levels of consciousness. For me, Yoga Nidra is like traveling without moving.
In my own opinion, both Yin Yoga and Yoga Nidra can slow down the busy traffic in the body and give a sense of peace to our body. After practicing Yoga Nidra and Yin Yoga, I fell asleep so tightly.
Thank you, Kari, for the softness you taught on the yoga poses. The softer we practice, the stronger we become!




We learned about Kid's Yoga and Prenatal Yoga from Lindsey Wise. Kids Yoga is about introducing yoga poses to the kids in a fun way. We used songs, cards, and games in this Kids Yoga.
Prenatal Yoga is prepared exclusively for pregnant women who still want to practice yoga.
Thank you, Lindsey, for sharing the beautiful lessons.




The training also taught us how to teach a yoga class. Of course! My first experience teaching a regular yoga class in the training was a disaster! That time, I could not say anything as my voice was stuck in my throat. I didn't know what to say until Cat Kabira asked me to say “Utkatasana”. Oh my God! This experience made me learn that teaching a yoga class is the hardest part to do. We really need our own charisma to make the students do what we say, our strong memory to remember all the yoga sequences, our own willingness to share our knowledge endlessly, and our own loud voice to let the students hear our voice.
The second experience of teaching Yin Yoga Class was a bit better than that. I could not forget how silly I was! I brought a note, so, I didn't forget my cues and set timers just to make sure I was on time. Silly but useful for me!




The third experience of teaching Kids Yoga was fun! So, some kids from the orphanage were invited to our class. As yoga teachers, we needed to introduce them to yoga. The kids were so cute and funny, and I had the joy to tease them. I teased them, ran to them, and chased them. It was amazing to know that the kids played along with my games. They so happily teased me too! Yay! The kids were enthusiastic to follow the Yoga Kids poses. The most touching moment was when they sang three songs to thank us for teaching them Kids Yoga. The kids choose me as the first person to listen to their songs. I was so touched! I didn't know that I could leave a deep impression on their minds. Dear kids, I love you too!
And the best teaching experience was at the Final Assignment to teach a regular yoga class. For this final assignment, as I didn't want to repeat the same mistakes in the previous teaching class, I practiced my own yoga sequences very hard. I even asked my friends to correct my sequences and to listen to my voice and my timings. Some feedback made my sequences better. But even after I practiced the sequences very hard, I was still worried that I would not teach very well. One day before the final assignment came, I let go of my worries with a mind that I have practiced my best. So on D-Day, what happened was amazing. Finally, I could teach smoothly! I was so calm and relaxed, and my voice was better, even louder! Very loud! That time, I was still nervous, but I turned my nervous feeling into some jokes that made other students laugh. And when it was time for the teachers (Cat Kabira, Kari Jacobsen, and Lindsey Wise) to give some feedback on my class, I felt like being a brand-new person. Yes, I still received some feedback, of course, I was not that perfect, but they said that I made great progress, and I was great. I was so touched by the compliments from my teachers. I hope they knew that I did my best not just for me, but for them too. I was honored to learn yoga from them!
I also received some great words from the other students to picture my personality in the class. Their words are unique, motivating, firm, playful, great volume and clear voice, wonderful adjustment, creative poses, focused, great energy, powerful, encouraging, a great blend of hard and soft, dominating, lighthearted and loving way, and great ways to make complicated poses to be easy. I was just happy that they enjoy my class and that my personality made them laugh and smile. So, fun and joy are in my soul. Another happy moment!




We also learned about Craniosacral Therapy from James Newman and Cat Kabira. Craniosacral Therapy is a subtle and profound healing form that assists the body's natural capacity for self-repair. There's no channeling or putting in of energy, as Craniosacral Therapy works with the energy already present. So, as a therapist, my job is to facilitate the receiver of the therapy to heal themselves. In the beginning, I didn't get it. I didn't know what to do in class. But as I kept practicing increasing the sensitivity of my hands and my heart to listen, I started to understand about this therapy. It was really a nice experience to “hear the energy” of the receiver and be accepted by the body just to check on it.
Thank you, James and Cat, for increasing the ability and the gift in me through Craniosacral Therapy.

There were also other subjects in the training, like Kirtan Yoga by Edo and Jo, Singing Bowl by Awahoshi Kavan, Channeling by Jana Johnson, and Yoga Philosophy by Emil Wendel. Thank you, Edo, Jo, Awahoshi, Jana, and Emil, for sharing your knowledge.






Update: I feel so sad to know that Jo has passed away in October 2015 from the stomach cancer she suffered. May you rest in peace, Jo. Amen.




And... After five weeks of training, it was time for us to graduate. And I know that it was not about the certificate that matters. The most important thing is that all of the students were born again with brand new souls and new knowledge.






I would like to thank Cat Kabira as the head of the training and the rest of the teachers (Kari Jacobsen, Lindsey Wise, James Newman, Bex Tyrer, Carlos Romero, Dan Glynn, Jana, Emil Wendel, etc.) for the lessons and the advice you shared. All of you are rock stars in a big rock band! You rock my world! Thank you very much for everything. From the bottom of my heart, I love you all.

Aho!