23 December 2003

Mother's Day - 22 December 2003

On the Mother's Day 22 December 2003, I wrote an SMS to my Mom just to congratulate her on that day. Her reply was simple but amazing.

MY SMS

Happy Mother's Day, Mom.
You are a mother and a friend to me.
You have been taking care of me with unconditional tender loving care.
And there is nothing that I can do to pay that in returns.
May God love and take care of you the way you do those to me.
I love you, Mom.
From your beloved daughter, Astrid

HER REPLY

Thanks a lot, Dear.
I am happy to be a mother.

For any comment or question, please send email to: astrid-amalia@angelfire.com

22 December 2003

Mall Kelapa Gading - 21 December 2003

Pada hari sabtu yang lalu, saya bersama Bayu menjajal beberapa tempat makan di Mall Kelapa Gading.

Ketika saya bertemu Bayu yang sudah sampai di MKG duluan dan telah melakukan survey, Bayu menyarankan untuk mencoba beberapa tempat, yaitu Resto Secret Recipe, Kafe Kopi Luwak, Mak Cik dan Resto Ting Yen Shabu Shabu.

Resto Secret Recipe (SR)
Mal Kelapa Gading G 52


Sebelum melihat menu, kami menanyakan kepada pelayan tentang makanan andalan dari resto ini. Pelayan yang ramah ini menjawab bahwa makanan andalan resto SR adalah Irish Lamb Stew, makanan yang katanya ‘Award Winning’ karena 2 kali mendapat penghargaan di negara asal resto ini, yaitu Malaysia. Sang pelayan juga menyarankan kami untuk memesan Carribean Style Seabass. Maka jadilah kami memesan makanan tersebut ditambah dengan minumannya, saya memesan SR Freshly Brewed Coffee dan Bayu memesan Hot Chocolate.

Sambil menunggu makanan datang, saya mulai melihat interior dari resto ini. Biasa aja ah. Yang paling menarik adalah wallpaper yang nempel di dinding resto ini. Gambarnya macam-macam, kebanyakan makanan yang ternyata juga ada di menu mereka. Jadi kalo lagi males liat menu, tinggal tunjuk dinding aja...he he he.

Saya juga tertarik sekali melihat buku menu dari resto ini. Ketika melihat buku menu, sebenarnya khalayak ramai dapat gampang menebak makanan apa yang menjadi andalan di resto ini. Pada cover dari buku menu ini, tertera jelas gambar sebuah cake yg di cap dengan kata ”Award Winning”. Lalu ketika kita menuju halaman pertama dari buku menu ini pada sisi kiri, tertera dengan jelas ’advertising’ dari resto ini yang merupakan cuplikan referensi tentang resto ini yang diambil dari beberapa surat kabar dan majalah dari Malaysia dan, kalo gak salah, Singapura. Kalo nyimak referensi dari buku menu ini, maka dengan gampang kita dapat menebak bahwa andalannya resto ini adalah Irish Lamb Stew, yg saya en Bayu pesen tadi, dan cake nya, terutama Marble Cheese Cake nya. Cake inilah yg terpampang di cover buku menu sebagai yg saya sudah sebut tadi...”Award Winning”.

OK...sekarang, yuk kita ngebahas makanan yang kami pesan.....

Irish Lamb Stew (Air Flown). Wah, ini bener-bener makanan yang enak..di mata dan di lidah. Penyajian dari makanan ini cukup cantik, daging kambing berbumbu, warnanya coklat, yang masih ada tulangnya dan datang dengan sayuran, sepotong roti dan setangkep baked mashed potato. Citarasa dari makanan ini persis seperti semur daging buatan Mama saya, cuma lebih advanced. Rasa gurihnya sampai ke bagian dalam daging. Cuma yang lebih gurih lagi adalah bagian luarnya, yaitu, kalo gak salah, kulitnya. Dengan kematangan yang benar-benar sempurna, saya heran bahwa bau daging ’kambing’ nya kok masih terasa di lidah ya. Tekstur daging nya pun baik sekali bagi mulut dan tangan yang memakannya. Di mulut...karena gampang di kunyah. Di tangan...karena gampang dipotong (ini sih menurut Bayu yang lebih sering melakukan aktifitas memotong....sekaligus motongin bagian yang saya makan. Thanx, Bay. Sering-sering ya...he he he...). Daging kambing ini memang cocok sekali dimakan dengan mashed potato nya. Tetapi kok kurang pas ya ketika di makan dengan roti nya...mungkin karena rotinya terlalu manis untuk si daging kambing ini. Overall, makanan ini enak banget...pantas saja bila mendapat penghargaan sampe 2 kali.

Caribbean Style Seabass. Penampilan dari hidangan ini lebih cantik dan lebih segar dari hidangan pertama. Fillet ikan kakap berbumbu cream sauce berwarna kuning muda yang ada sedikit taburan sayuran hijau...kombinasi warna yang baik. Taste dari cream sauce nya di dominasi sama taste bawang putih, sedangkan daging ikannya sangat gurih...marinated one. Overall, makanan ini juga enak kok.

Marble Cheese Cake. Ini adalah hidangan yang tak boleh terlewatkan deh. Cake ini bagian atasnya ada siraman kopi sedikit yang di bentuk sedemikian rupa sehingga meninggalkan motif yang menarik. Susah di jelasin disini, liat aja sendiri ya. Di bagian tengahnya yang merupakan real body dari cake ini adalah mix antara cream dan keju setebal kira-kira 5 cm. Campuran nya pas, tidak terlalu keju atau terlalu cream, sehingga bagi yang suka eneg dan mau muntah kalo makan ’dairy things’...nah kalo makan kue ini pasti rasa eneg nya itu agak berkurang. Apalagi di bagian dasar dari kue ini ada oatmeal yang menetralkan rasa ’dairy’ di bagian atasnya. Kalo dikunyah bener-bener dengan penuh penghayatan, coba deh rasain sensasi dari cream dan keju yang melt di mulut yang bercampur dengan penetral rasa, yaitu pahit nya siraman kopi dan crunchy nya si oatmeal. Wuih...ueenakkk tenan lho. Makanan ini kayaknya padanannya adalah kopi panas pahit.

SR Freshly Brewed Coffee. Minuman ini dibuat dengan menggunakan Lavazza Coffe sebagai unsur utama. Pantes aja enak. Kopi ini di sajian di dalam cangkir lebar dan penampilannya sangat OK...busanya kental banget. Tapi soal rasa, kok setengah level di bawah Segafredo ya.

Hot Cocoa. Minuman ini sangat kaya dengan citarasa coklatnya. Jadi, 95 persen adalah coklat sedangkan 5 persen lainnya itu susu. Menurut Bayu, susu nya cuman se layer tipis aja.

Resto ini ternyata tidak hanya makanan nya yang ’Award Winning’, pelayannya juga ternyata, menurut saya ya, boleh di kategorikan sebagai ’Award Winning Servers’. Ini karena mereka selalu berhasil memuaskan rasa ingin tahu saya terhadap bahan dari makanan maupun cara membuat atau memasaknya...baik makanan di resto ini sendiri maupun makanan yang tidak terdapat di dalam menu. Sepertinya para pelayan di resto ini di didik dengan cukup baik, baik dalam hal pelayanan maupun dalam hal pengetahuan tentang makanan. Bravo, guys!! Satu hal lagi, itu lho....kejujuran mereka tentang makanan yang bukan buatan mereka. Ketika itu saya tanya mengenai ice cream di resto ini, yang kemudian di jawab bahwa ice cream yang ada di menu resto ini bukanlah ice cream bikinan resto ini sendiri, melainkan dari Diamond. Coba...apakah resto lain mau berterus terang kayak gini? Kayaknya jarang deh.

Soal harga total dari semua yang kita pesen ini, wah, price wise banget....cuma Rp. 120,000 ++.

Kafe Kopi Luwak

Tempat yang kami kunjungi selanjutnya adalah kedai kopi bernama Kopi Luwak. Kedai kopi ini ternyata franchise dari Semarang. Kelihatannya menarik, di tengah menjamurnya kedai kopi import seperti Starbuck, dll.

Saya memesan Kopi Luwak Gold, sedangkan Bayu memesan teh ’Kopi Luwak”.

Kopi Luwak Gold. Kopi nya ini terasa sangat light dan tidak ’berat’ di mulut. Yang mengejutkan, tidak adanya after taste asam di dalam minuman ini. Mutu kopi nya bisa di kategorikan sebagai antara Segafredo dan Starbucks. Tapi yang paling penting, kopi ini jangan di campur dengan creamer yang ada di meja, kayaknya dari varian Indo Cafe creamer, dan gula. Setelah di coba, kok rasanya jadi gak karuan ya...atau karena kopinya udah dingin???

Teh Kopi Luwak. Ini teh, tapi merknya kok kopi ya. Ini teh celup, tapi kok rasanya kayak teh yang ’awur-awuran’. Enak deh, minum teh ini mengingatkan kita pada teh ’kampung’, dan serasa duduk di tepian sawah. Ndeso tenan rek!! Cuma sayang, Bayu mesennya dingin. Coba panas, pasti lebih enak.

Mak Cik

Setelah selesai ngopi, kami melanjutkan ’ngeganjel perut’ dengan mengunjungi tempat penjualan ’gorengan’ seperti pastel, kroket, dll yang bernama Mak Cik. Tempatnya kayaknya satu area dengan counter Mak Sukur deh. Jualannya macam-macam, pokoknya yang serba gorengan deh. Dan rasanya pun tidak mengecewakan, cocok lah untuk ngeganjel perut bagi yang udah kecapean jalan-jalan di MKG. Tapi jangan coba-coba cari tahu dan tempe goreng ya. Gak ada tu.

Resto Ting Yen Shabu-shabu
MKG III Lt 3 No. R 2

Resto ini merupakan tempat persinggahan terakhir dalam tour MKG kami. Sengaja terakhir, mengingat, ini sih kata si Bayu, jenis makanan nya sangat cocok untuk makan malam.

Interior dari resto ini sangat oriental, terwakili dengan beberapa pembatas ruangan yang berbentuk lingkaran bolong. Ngeliat ini, saya jadi teringat film-film jepang atau china. Ruangan terbagi 2, sebelah kiri itu ada 2 ruang privat dan beberapa meja makan. Sedang di sebelah kanan itu ruangannya agak naik sedikit.

Meja nya cukup unik, punya kompor dan wajan masing-masing. Wajar aja, resto shabu-shabu sih. Ya gitu, ada wajan besar yang digunakan untuk cemplung sana cemplung sini yang muat untuk 4 porsi makanan.

Sebelum memesan, pelayannya pasti akan menerangkan sedikit tentang resto ini dan makannya. Katanya resto ini dari Taiwan. Setelah pikir-pikir dan lihat-lihat menu, akhirnya kami memutuskan untuk memilih makanan dalam paket dengan alasan klise, biar bisa nyobain banyak. Kami waktu itu memesan Ting Love Packet. Pelayannya waktu itu menawarkan antara 2 pilihan sup atau yang nanti dipakai sebagai kuah dari bahan yang akan kita cemplang-cemplung, yaitu sup sze chuan, atau chicken soup. Buat kami, sup sze chuan nya terlalu pedas. Selain kuahnya sudah ada bumbu-bumbu yang pedas, ternyata penyajiannya nanti malah ditambahi cabe beberapa potong. Duh, gak ngebayang deh gimana panasnya perut. Ini pun kita baru tahu setelah pelayan berbaik hati memberikan kita semangkuk kecil sup sze chuan sebagai sup pembanding. Sehingga akhirnya kami memilih sup ayam yang gurih dan manis. Lalu pelayan pun mulai main cemplung-cemplung bahan makanan yang harus di masukan di dalam wajan yang ada di meja kita. Isi ‘cemplung-cemplung’ itu adalah:

2 Tiger prawn, 2 frozen tofu, sayuran Chinese cabbage dan pochai, 2 sweet corn, enoki take, shitake, soun, dan 6 macam bakso, antara lain bakso ikan bandeng, bakso ikan dengan talas, dll. Enam macam bakso ini setiap hari variasinya bisa berbeda-beda, tergantung persediaan di dapur mereka.

Kita juga akan di suguhi semacam saus sebagai pendamping bahan cemplung-cemplung ini. Sausnya terdiri dari bawang putih, semacam irisan daging (kalo gak salah nih), dll, dan nanti akan di tambah dengan sedikit cuka, kecap, minyak wijen, dll.

Semuanya enak dan nilai adventure nya itu lho….mengingat jumlah varian makanan dari paket ini yang banyak banget. Porsi hidangan ini, walaupun dikatakan untuk 2 orang, tetep aja kebanyakan untuk dimakan oleh saya dan Bayu. Apalagi dengan kuah sewajan itu….gak ngebayang aja kalo yang kita pesan adalah sup sze chuan…bisa meledak nih perut kita.

Oh ya, paket ini juga termasuk minuman Plum juice yang rasanya unik dan segar. Kata Bayu, kok ada rasa asap nya ya. Jarang lho ada resto yang minuman gratisan nya itu ternyata adalah minuman andalan mereka. Biasanya khan coke....

Makan di resto ini memang paling kalo beramai-ramai, apalagi kalo mesennya per paket.

Soal harga, emang price wise deh....total nya kira-kira Rp. 120,000 ++.

Overall, saya rasa, Kelapa Gading, baik MKG maupun sekitarnya, memang tempat yang menarik untuk di kunjungi, apalagi untuk ’food tour’. Sangat recommend deh. Selain di ’tengah kota’, pilihannya juga banyak tuh.

For any comment or question, please send email to: astrid-amalia@angelfire.com

09 December 2003

Minum Teh - 09 Dec 2003

Di rumahku itu dari dulu banget, setiap pagi dan sore, Mamaku tercinta selalu menghidangkan teh panas.

Untuk konsumsi keluarga sendiri, Mama ku itu hobi banget beli teh seduh yang tanpa sachet (yg istilah nya Mbak 'Sadistis' itu awur-awuran) dari merk teh Gopek. Bungkus dari teh ini simpel banget, daun teh nya di bungkus di dalam kertas yg di dibentuk seperti kotak. Teh ini banyak di jual kok di supermarket dan pasar terdekat. Mamaku selalu beli yg versi teh melati. Baunya teh ini khas banget, walau pun bungkusnya belum dibuka, baunya udah tercium lho...strong banget. Bahkan baunya akan meninggalkan 'jejak' nya di lemari tempat menyimpan teh. Kalo kita ngambil daun teh nya, kita bisa melihat bahwa ada campuran bunga melati kering di sana. Kalau sudah di seduh dengan air mendidih, wuuaahhhh....bau teh nya harum banget deh.

Untuk konsumsi tamu, Mamaku paling senang menyajikan Teh Tong Djie di dalam sachet. Memang nikmat teh yang satu ini. Mamaku bilang kalo teh ini sudah dari dulu di kenal orang. Tapi, entah kenapa, akhir-akhir ini, Mamaku kok doyan banget ya menyuguhkan teh Aroma dari Sariwangi. Teh ini memang bau nya sangat rempah-rempah karena ada kandungan kayu manis, dll.

Dahulu kala, waktu teh Pickwik belum ada di Indonesia, aku inget sekali kalo Mama ku ke Belanda pasti membawa pulang teh Pickwick berkotak-kotak. Kalo udah gitu, sore-sore sambil nonton TV, Mama ku akan menyeduh salah satu dari teh Pickwik tsb, terutama yg rasa lemon dan stoberi. Setelah diseduh dan kalo udah agak dingin, teh ini dikasi gula dan disuguhkan dengan es batu. Wuah...seger deh.
Anehnya, beberapa lama setelah itu, waktu aku bilang ke Mamaku kalo Pickwick udah masuk ke supermarket di Jakarta, ehh....kok dia jadi berhenti beli Pickwick ya, dan kembali lagi ke teh Gopek dan Tong Djie.

Udah pernah coba teh Prendjak? Teh ini bungkusnya kalo gak salah ada gambar burung nya. Teh ini enak banget, rasa dan baunya lain deh. Kalo gak salah, ada flavor bunga mawar nya. Teh yg satu ini juga ada kok di supermarket dan pasar terdekat.

Satu lagi, kalo mau coba minum teh yang 'nendang', coba deh waktu ngerebus air utk nyeduh teh, air tersebut di masukin daun pandan. Abis itu, air rebusan daun pandan tadi dipake utk nyeduh teh. Dijamin deh, bau dan rasanya teh akan lebih oke.

Selamat minum teh!!!

For any comment or question, please send email to: astrid-amalia@angelfire.com

27 November 2003

Lebaran di rumah - 26 Nov 2003

Kebetulan di rumah saya, ramenya lebaran itu juga hari kedua dimana semua keluarga datang mengunjungi kami karena ibu dan ayah saya adalah yang 'dituakan' di keluarga. Abis, yg lainnya udah 'gak ada'.

Kebetulan juga, lebaran kemarin ibu saya membuat hidangan alternatif yg dulu tidak pernah ada, yaitu sup kimlo yg berisi wortel, jamur kuping hitam, kembang tahu, bakso ikan, dll.
Hidangan alternatif lain yg dulu juga gak ada adalah telor petis. Wah, laris manis tanjung kimpul tuh kimlo dan telor petisnya. Mungkin memang karena para tamu sudah eneg sama masakan yg bersantan.
Nah, ada satu hidangan alternatif yg selalu di sajikan pada saat lebaran di rumah kami, yaitu makaroni schotel (ini nulisnya bener gak ya?). Hidangan ini memang yg selalu ditunggu-tunggu para kerabat, terutama saya. Mama saya kalo bikin makaroni ini selalu dengan extra keju...keju tua lagi (kalo gak salah, correct me if I am wrong, namanya keju edam ya) dan extra smoked beef. Wuih, sedap bow!

Sedangkan untuk masakan lain, mama saya tetap berpegang pada pedoman utama bahwa yang namanya lebaran itu tidak sreg kalo tidak ada opor ayam, sambel goreng rebung kuah, krupuk udang, acar dan gulai kambing. Nah, hidangan yg terakhir ini juga kok ndilalah ditunggu-tunggu juga oleh para tamu. Buktinya 2 panci besar bisa habis dalam satu hari open house. BTW, kambing nya ini beli nya harus di supermarket, karena mama saya gak mau ambil resiko dapet daging yg "siapa tau bukan kambing' atau daging yg sakit. Dan biasanya kalo beli di supermarket, mereka memotong kambingnya pake mesin pemotong dan bukan di pisau. Kata mama saya, kalo dipotong pake pisau atau golok, biasanya daging akan dipotong dgn cara pisaunya di hentakkan. Tapi akibatnya, tulang di dalam daging akan pecah sehingga akan hancur atau menimbulkan efek jeruji tajam pada bekas potongan yg akan melukai mulut para pemakan masakan daging ini. Kalo motongnya pake mesin pemotong khan hasil potongannya akan halus dan cantik dan tidak akan melukai mulut kita.

Yang paling unik, ibu saya lebaran kali ini tidak membuat ketupat, tapi diganti dengan lontong yg di cetak dengan cetakan kue bolu gulung dan alat pemotong lontong nya pun pemotong bolu gulung pula. Sehingga seluruh tamu bilang kalo lontong buatan mama saya itu bentuknya manis banget.

Satu hal, lebaran kali ini para tamu kecewa karena mama saya tidak menghidangkan 'hidangan reguler' lainnya, yaitu bubuk kedelai temennya makan ketupat/lontong dan manisan kolang kaling hijau merah. Mama saya bilang, abis udah gak sempat lagi beli bubuk kedelai di pasar. Apalagi waktu persiapan lebaran, ada hujan lebat di pasar cikini, tempat beliau suka beli kolang kaling. Dan ternyata setelah kembali, kolang kaling yg tersedia tahun ini kok kecil-kecil. Biasanya ada kolang-kaling besar yg berdiameter 3 sampe 4 cm.

Tidak lupa, mama saya menyertakan kue-kue bikinan sendiri, yg terdiri dari: cake lapis kuning coklat, kaastengel (once again, ini nulisnya bener gak?), nastar, kacang mede, mini pastel ebi, kue kacang, juice buah, dan lemon squash. Yang paling laris adalah kaastengel dan nastar nya karena, seperti biasa, keju tua, nanas dan adonan weisman nya (yg terakhir ini bener gak ya ejaannya) dibuat sangat extra oleh mama saya. Uh, yummy deh.

Overall, anak nya yg satu ini cuma bisa bantuin....ngehabisin makanan dan kue buatan ibunya tercinta ini :))
Duh...I love you, Mom.

Salam idul fitri - mohon maaf lahir bathin,
Astrid

For any comment or question, please send email to: astrid-amalia@angelfire.com

21 November 2003

Resto Al Nafoura – Hotel Le Meridien – 20 November 2003

Pada hari kamis kemarin, saya bersama Susanti ’si Ibu Sadis’ dan Grace mencoba untuk dinner di Resto Al Nafoura di Hotel Le Meridien di Jalan Jend. Sudirman.

Resto ini memang dari interiornya bernuansakan Lebanon, termasuk pernak-pernik kecilnya, seperti teko dari bahan metal, alat untuk merokok, dll. Tetapi Ibu Sadis sejak awal sudah mengkritik ketidak konsistenan interior resto ini, karena untuk urusan bangku dan meja, resto ini menggunakan bangku gaya betawi.

Kami memesan menu buffet, dengan pemikiran bahwa kami dapat mengapresiasikan hampir seluruh makanan di resto ini dalam satu kali makan. Karena pada saat itu kami datang dalam nuansa ’buka puasa’, maka setelah menikmati teh hangat, saya pun mencoba kurma yang disajikan di meja. Ternyata rasa kurma dimana-mana sama aja ya...maanniisss banget.

Lalu setelah cooling down sebentar untuk memberi waktu pada perut saya yg abis puasa ini, saya pun langsung menyerbu meja tempat salad dan appetizer dihidangkan.

Untuk pembuka, saya mencicipi krim sup ayam. Rasanya sangat cukup light. Tetapi, menurut saya, akan lebih baik lagi bila kita menambah sedikit garam dan merica.

Salad yg saya coba pertama kali adalah salad tomat, lettuce dan timun dgn dressing nya: vinegrete, mayonnaise dan thousand island. Rasanya sih kalo yang ini, rasanya sama kok dengan resto-resto lain.

Untuk appetizer, saya mencoba Hommos, yaitu hidangan bubur kacang Lebanon dengan selai wijen, sari jeruk nipis dan minyak zaitun. Bentuknya seperti cream yg kental sekali dan rasanya cukup enak kok di mulut saya.

Saya lalu mencoba appetizer yang kedua, Moutabel, yaitu hidangan bubur terong bakar dengan selai wijen, sari jeruk nipis dan minyak zaitun. Yang ini pun bentuknya mirip sekali dengan Hommos, tetapi rasanya agak hambar sedikit. Saya pikir, kok lebih enak Hommos ya.

Appetizere yang ketiga adalah Fattouche, yaitu hidangan sayuran segar yang dicampur dengan potongan roti pita bakar, sirup buah delima dan minyak zaitun. Rasanya antara segar dan manis, mungkin ini karena ada pengaruh dari sirup buah delima nya.

Sedangkan appetizer yang keempat yang saya coba, yaitu timun dengan yoghurt, kok rasanya enggak pas ya di mulut saya. Timunnya terasa agak pahit dan yoghurtnya tidak mamou menutup rasa pahir dari timunnya. Saya bahkan tidak menghabiskan hidangan yang satu ini.

Appetizer yang kelima adalah Baba Ganouj, yaitu hidangan salad terong panggang dengan tomat, paprika, sari jeruk nipis dan minyak zaitun. Rasa hidangan ini hampir mirip dengan Fattouche, tetapi rasa segar nya lebih dominan pada hidangan yang satu ini.

Sebagai penutup untuk section appetizer ini, saya mencoba ketoprak, Cheese Sambousek, Meta Sambousek dan asinan mangga serta asinan buah cereme.

Cheese sambousek adalah pastel goreng isi keju. Makanan ini merupakan makanan favorit kami bertiga. Porsi keju di dalam hidangan ini sangat tidak mengecewakan, terasa sekali dan enak.

Meat sambousek adalah pastel goreng isi daging. Kok rasanya kayak martabak ya.

Ketopraknya terasa agak lain, ada sedikit rasa rempah-rempah di dalamnya. Sangat berbeda sekali dengan ketoprak yang biasa lewat di depan rumah saya.

Setelah selesai dengan appetizer, perhatian saya pun berpaling kepada main course di meja sebelah.

Hidangan pertama yang saya cicipi adalah ikan bakar disiram bumbu zaitun hitam dan saus tomat. Ikan yang disajikan cukup besar, kira kira 50 centi dengan ketebalan dagingnya kira-kira 10 centi. Entah ini ikan jenis apa, tetapi taste dari ikan ini sangat baik dan gurih.

Hidangan keduanya yaitu daging domba yang dimasak dengan sayur bayam rebus. Cukup enak, dan rasanya agak mirip dengan bubur menado.

Hidangan ketiga yang saya ambil adalah daging kebab panggang dan roti pita panggang. Dagingnya disajikan utuh, dan memang ada petugas yang bertugas memotong daging ini untuk di hidangkan di piring kita.

Ketika saya asik makan, Grace sempat menyarankan saya untuk mengambil nasi bihun. Walau pada mulanya saya menolak karena saya sedang diet anti-carbo, tetapi akhirnya saya setuju untuk mencicipi dengan toleransi bahwa saya hanya mengambil satu sendok teh nasi bihun tersebut untuk di coba. Well, setelah dicoba, kayaknya nasi ini dimasak dengan santan ya, sehingga nasi ini mengingatkan saya pada rasa nasi kuning.

Lalu saya melanjutkan pada hidangan ke empat, yaitu sup kacang merah. Rasanya gurih dan kuahnya kental sekali.

Hidangan kelima nya adalah daging domba panggang dan ayam shawarma. Kedua hidangan ini diletakkan terpisah, tetapi kelihatannya cara pembuatannya sama yaitu dipanggang dengan bawang bombay.

Setelah kenyang dengan hidangan utama, perut saya sudah tidak sabar lagi untuk mencicip hidangan penutup di meja yang terletak agak jauh dari meja hidangan sebelumnya.

Hidangan penutup pertama yang saya ambil adalah Kattaf, yaitu hidangan roti yang di isi dengan adonan kacang pistachio dan sirop gula. Rasanya manis dan isi pistachionya cukup tebal.

Hidangan penutup kedua adalah Um Ali...bukan Om Ali ya...he he he... Hidangan ini terbuat dari roti kering yang disiram susu lalu dicampur kismis dan akhirnya dipanggang. Bentuknya kayak souffle. Rasanya di mulut lembut sekali.

Hidangan penutup ketiga yang saya coba adalah Mohalabia, yaitu puding tepung jagung yang direbus pakai pake aroma air mawar dan susu. Wuah...hidangan ini teksturnya kayak fla nya puding, tetapi agak lebih keras lagi. Porsi susu di dalam hidangan ini sangat dominan, sehingga saya merasa seperti makan susu beku.

Sebagai penutup dari makan malam kami, Grace menyarankan untuk memesan Galap Juice. Ini adalah minuman yang terbuat dari jus bunga mawar. Tetapi setelah dicoba, kok rasanya kayak sirop buatannya Marjan ya...

Tentu saja ada banyak hidangan lain yang disajikan malam itu selain yang saya sebut diatas, seperti es campur, kolak, Creme Caramel, assorted french pastries, dan lain-lain. Rasa dari makanan tersebut tidak mengecewakan lah untuk ukuran resto yang terletak di hotel bintang lima.

Soal harga, malam itu kami dikenai Rp. 400,000 ++. Agak mahal, tapi sebanding kok dengan nilai ‘adventure’ yang saya alami di resto ini.

Yang paling membuat saya terkesn, ketika kita keluar dari resto ini, salah satu pelayan di front desk menawarkan untuk memercikkan air mawar di tangan kami masing-masing. Baunya harum sekali.

Salam makan,
Astrid.

For any comment or question, please send email to: astrid-amalia@angelfire.com

14 November 2003

Resto Ya Udah - Jl. Jaksa - 14 November 2003

Jum'at kemaren, saya dan teman-teman: Bayu, Rusmin, Marchel, Uding, dll dinner ke resto Ya Udah di Jl. Jaksa, Jakarta.

Tempat ini nuansa nya seperti resto-resto pada umumnya yg ada di Bali.

Sebagai starter, saya memesan Sangria. Sangria adalah campuran red wine, lemon juice, dll. Ternyata Sangria ini rasanya 'gak temenan' sama kerongkongan saya. Setelah beberapa tegukan, mungkin kira-kira setengah gelas berkaki, saya langsung menyerah dan berhenti meminum minuman ini. Akhirnya sepanjang malam, minuman yg saya pilih adalah hot tea yg terus menerus di isi oleh waiter disana. Free refill sih....

About the dinner itself, ternyata 3 teman kita udah pesen Roasted Chicken by sms. Waktu kita start dinner, baru kita sadar bahwa ayamnya itu datang in 'one piece'...jadi satu orang dapat satu ayam utuh...weleh...weleh!!! Jadinya ada 3 potong ayam untuk dimakan ber-7. Walhasil, malam itu kita semua kekenyangan ayam. (Duh..sebel...padahal aku ngincer Fish n' Chips serta Snapper nya tuh!!!)

Ayamnya pun terasa hambar. Jadi makan ayamnya harus di tambahin sama saos tomat, sambel, merica dan garam. (Kayaknya aku lebih suka ayam di Nando's deh).

Jadi, ati-ati aja buat yg mau pesen ayam by sms di Ya Udah. Kayaknya musti jelas dulu, pesen ayamnya 'one piece' or 'in pieces'. Perlu di telpon dulu kali sebelum nge-sms...

Kita juga sempet ngerasain tartar. Tartar ini adalah sashimi nya bule dan bukan ikan, tapi daging sapi. Hiii...seyeeem ah!! Tartar yg disajikan di resto ini terdiri dari daging sapi yg di giling, satu telor ayam mentah yg ditaruh dengan setengah cangkang terbuka di tengah dagingnya dan beberapa 'pemanis', seperti irisan bawang bombay, saus, dll.

Si Bayu mencoba menjadi 'koki semalam' dengan meracik tartar ini karena Marchel pada waktu itu sedang bingung gimana cara makannya. Bayu memulai dengan mencampur daging dan telor ayam...diputer dan diaduk. Setelah itu ditambah irisan bawang bombay dan beberapa percik saus 'Lea & Perins' (ini nulisnya bener gak sih??)

Aku ikut nyobain tartar ini , walau dengan perasaan jijay...abis gak biasa makan daging sapi mentah sih. Rasanya sih biasa, agak hambar gitu. Tapi ya itu lah, sekali sashimi freaks, yah tetap sashimi freaks lah...karena aku lebih prefer makan sashimi daripada tartar ini yg bikin uueeeekkkkk :)

Pie nanas yg di pesen ama Bayu lumayan enak...tapi kok lebih enakan ice cream vanila nya yg menyertai hidangan pie itu ya. Sayang sekali bahwa Bayu sangat 'tidak rela' saya menghabiskan ice cream nya :))

Overall, resto ini hidangan nya memang good in quantity karena semua makanan ukuran besar-besar and good in price...masa' makan ber - 7 dibandrol cuma Rp. 400 ribuan ++ saja. Tapi dalam hal quality and taste...well, kayaknya belon cucok tuh di lidah saya.

Salam makan,
Astrid

31 October 2003

Resto Sushi Tengoku - 31 Oktober 2003

Pada hari Jum’at lalu, saya, Bayu, dan temannya (sori, lupa namanya, Bay), Rusmin, Marchel dan teman wanitanya yg kayak bidadari itu dinner di Resto Jepang Sushi Tengoku. Jadi, kalo yg lain nya dinner ke Lapo, kami bikin dinner tandingan nih. Duh...kok berbau partai politik banget ya :)).....

(Oh ya...si Marchel ini datangnya agak telat karena sebelumnya mampir dulu dinner bareng di Lapo bersama Pak Bondan dan Jsers yang lainnya).

Resto Sushi Tengoku ini beralamatkan di:
Jl. Radio Dalam Raya No. F11-11A

Menurut Bayu, ancer-ancer dari lokasi ini adalah: kalo dari arah Blok M lurus terus sampe lewat Skin Clinic. Nanti Tengoku ada di sebelah kanan jalan setelah resto ikan bakar, seberangan sama bakeri kecil, di pertigaan jalan.

Sekilas, kalo liat logo dari resto ini, mengingatkan kita pada logo sebuah merk mobil milik keluarga Cendana. Mirip-mirip gitu. Tapi saya gak tau apakah ada hubungannya antara resto ini dgn keluarga tsb :))

Resto ini sangat Jepang sekali deh, terutama dari segi interior bangunannya dan peralatan makannya. Resto ini mempunyai 2 lantai. Lantai 1 itu berisikan sushi bar dan ruang makan biasa yang ada bangku dan meja. Tapi kalo kita ke lantai 2, disitu ada 5 ruang tatami. 3 ruangan tatami disebelah kiri setelah tangga naik itu mempunyai meja pendek ala jepang dan bangku tanpa kaki (kok kayak dingklik yo) dan posisi kita memang duduk di lantai, walau kaki kita sebenarnya masih menjuntai kebawah dikarenakan ada lobang besar di bawah meja yg sengaja dibikin untuk penempatan kaki meja dan kaki kita sendiri. Sedangkan 2 ruang tatami di sebrangnya berupa meja makan biasa dan ada tempat duduk berkaki. Seluruh ruang tatami di resto ini dipisah oleh sekat dan pintu geser dan sangat luas ukurannya. Ini memang cocok untuk tempat kumpul-kumpul ngalor-ngidul berame-rame.

Ketika melihat menu makanannya, resto ini memang menyediakan makanan jepang yg......truly japanese. Sehingga, baik Sashimi maupun Sushi, dll makanan jepang lainnya disediakan lengkap disini. Bahkan saya dengar, resto ini merupakan salah satu resto yg sangat di rekomendasikan oleh orang-orang jepang yang tinggal di Jakarta.

Kami memesan makanan dalam jumlah yg luar biasa...maklum...Sushi and Sashimi Freaks sih!!!
Bayu dan temannya memesan Maguro Sashimi, Inari Sushi, Wafu Sarada, Shinko Maki, dan Uzaku.
Rusmin memesan Geso Shioyaki, Misoshiru Campur, Kani Soka Special/ Kalimantan, Tobiko, dan Sake panas.
Sedangkan saya memesan satu set Sashimi Moriawase.

Untuk minum, ternyata di resto ini, Ocha-nya free lho.

(Catatan: Maaf, saya tidak menyertakan makanan pesanan Marchel di review ini karena saya lupa nanya dia dan temannya pesan apa aja. Yg gue tau dan liat jelas tanpa nanya adalah mereka nyerutu...wuss...wuss...wuss....dan si Marchel setelah ngabisin makanan nya mukanya langsung merah dan ambruk... :)) .)

OK....berikut ini, daftar makanan yg kami pesan beserta isi/penjelasannya:

1. Maguro Sashimi: tuna mentah
2. Inari Sushi: nasi dicampur jamur hitam manis, dibungkus kulit tahu
3. Wafu Sarada: sayuran jepang yg terdiri dari kol, wortel, bawang bombay, wakame (rumput laut), lettuce, ketimun, tomat, saus, telor dan tahu jepang
4. Shinko Maki: lobak kuning di rol pake nasi
5. Uzaku: belut darat dikasi saus uzaku dan timun
6. Geso Shioyaki: kepala cumi di bakar
7. Misoshiru Campur: sup di campur tahu jepang, wakame (rumput laut) dan jamur
8. Tobiko: telur ikan terbang
9. Sashimi Moriawase: satu set seafood mentah ukuran special yg terdiri dari toro (perut ikan tuna), ikan salmon, cumi, hamachi (ikan ekor kuning), kerang, saba (ikan makarel), shiromi (ikan kakap), dan tako (gurita)
10. Kani Soka Special/Kalimantan: kepiting empuk goreng yg dicampur dengan telur ikan terbang, mayonaise, lettuce dan ketimun yang di rol pake nasi, lalu ditaruh belut diatasnya, disajikan dengan irisan cabe rawit hijau terpisah

Wafu Sarada terasa ’gak jelas’ di lidah saya. Asin kagak, manis juga enggak, pedes nya juga kok nanggung. Makanan ini mengingatkan saya pada asinan bogor yang ada tahunya trus pake bumbu kacang itu.

Geso Shioyaki terasa agak keras ketika kita kunyah akibat proses pembakaran.

Uzakunya sangat gurih, ini terutama karena sausnya yang lezat. Pantas untuk di coba.

Misoshirunya sangat segar dan padat lho isinya. Puas menyantapnya dan patut dijadikan salah satu menu andalan.

Tobikonya sangat heboh dan agak sensasional bagi saya, karena ketika saya mengunyah, telur-telur ini pecah dan sepertinya meledak di mulut saya.

Sashimi Moriawase ini porsinya sangat tidak manusiawi bagi yang sedang diet. Karena cut dari ikan, dll nya itu sangat tebal dan ukurannya besar sekali. Cocok sekali untuk orang yg sangat kelaparan.

Tetapi, rupanya yg menjadi bintang malam itu adalah Kani Soka Special. Makanan ini dulunya bernama Kalimantan. Wah...rasanya nyam nyam sekali. Makanan ini ukurannya besar sekali untuk mulut kita. Tapi cara makannya juga agak gak enak kalo pake di belah dua, karena nasinya pasti akan morat-marit kemana-mana. Jangan lupa, ketika menyantap Kani ini, cobalah dikunyah bersama cabe rawit iris yang telah disediakan di piring terpisah. Wah, rasanya tambah oke lho.

Mengenai harga, resto ini cukup reasonable lah untuk kita-kita para Sushi Freaks. Total semua harga makanan, plus sake panas, plus tax, dll….resto ini membebankan kita hanya Rp. 450,000 ++.

Yang perlu diingat:

1. Porsi makanan dari resto ini, seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, sangat besar. Hitungannya: 7, 8, 9, dll. Jadi hati-hatilah dalam memesan makanan. Tanya dulu kepada pelayannya mengenai seberapa besar porsi nya. Tetapi jangan kuatir, beberapa makanan bisa dipesan setengah porsi atau seperempat saja.
2. Resto ini tidak mengenakan Service Charge di bon nya. Jadi, sangat dianjurkan untuk memberi tip setelah kita puas makan di sini.

Cheers,
Astrid

23 October 2003

Mei Resto - Hotel Nikko Jakarta - 23 Oktober 2003

Pada hari Kamis malam lalu, saya harus ’farewell dinner’ dengan teman saya, orang Korea tapi WNA (Warga Negara Am’rik) dan bekerja di Hong Kong. Wah, sounds very PBB amat ya.

Karena bingung mau makan di mana dan dia pun tidak bisa pergi sampai larut malam, maka saya berkeputusan untuk dinner di Mei Resto di Hotel Nikko, hotel yg bersebrangan letaknya dengan Plaza Indonesia. Ini semua atas saran dari temen saya yang lain yg memang doyan makan.

Resto Mei ini ada di lantai 2, naik tangga di sebelah kirinya lobby hotel.

Di dalam brosurnya, resto ini meng-claim bahwa tema tempat mereka adalah ’Unique Dining & Lounge’.

Ketika kita melihat menu mereka, kita bisa lihat bahwa mereka menyediakan makanan Jepang, China, dan ’fushion cuisine’. Ada Sushi, Sahimi, tempura, dll yg looks yummy yummy deh. Setelah pilih-pilih menu, saya akhirnya memesan Inaniwa Udon (Mie Putih). Mi ini punya beberapa toping yang dapat dipilih secara terpisah. Mi ini dapat dipesan dingin atau panas. Saya memilih mi yang panas karena pada waktu itu saya sedang ‘ngamuk’, ini semua karena saya memesan topingnya lengkap, sebanyak 7 macam. Toping yg ada di menu adalah: Tempura yang terdiri dari 2 macam sayuran dan satu udang, Tororo yaitu semacam rebusan talas parut, Kitsune yaitu kalo gak salah tahu tipis manis ya (sori agak-agak lupa neh), Wakame yaitu rumput laut, Sansai yaitu sayuran segar, Kinshi Tamago yaitu cincangan telor dadar dan Aytama yaitu telor rebus setengah matang. Wah, meriah euy!!! Untuk minuman, saya tetap setia dengan ocha alias teh panas.
Waktu saya memesan toping, teman saya sudah wanti-wanti agar saya tidak memesan tororo yg kata dia rasanya tidak enak. Tapi saya cuek aja, biar ada pengalaman tentang makanan tsb.

Sedangkan teman saya memesan Gan Shao Xia Ren atau Udang Kecil dimasak dengan saus soya pedas. Wah, keliatannya nyam nyam juga nih.

Sambil menunggu makanan datang, seperti biasa, saya me-review resto ini bersama teman saya. Kami berdua sangat takjub dengan space dari resto ini yg sangat luas yaitu 2 lantai dan daya tampung yg mereka punyai pun cukup banyak yaitu kira-kira 400 orang. Saking luasnya, bahkan pelayannya pun diperlengkapi dengan alat komunikasi radio mirip blue tooth. Wah, ini resto atau lapangan bola ya???
Kalo baca brosur lagi, disebutkan bahwa resto ini punya 4 ruangan semi private, 1 ruang tatami dan 6 sofa. Resto ini juga punya bar yang terletak setelah pintu masuk dengan live band yang mereka sebut trendy lounge. Wah, pokoknya luas banget deh!! Padahal malam itu, tamu yang ada cuma memenuhi 4 meja. What a waste!! Rupanya resto ini masih sepi pengunjung.

Interior resto ini hampir seluruhnya sangat modern, kecuali sushi bar (wew, gak tau nama ruangan nya apa nih, gak sempet nanya sih!!). Jadi bagi yang mau makan ala jepang banget dengan cara duduk di lantai, sepertinya tempat ini bukan tempat yang tepat. Ciri khas dari jepang or chinese nya hanya saya temukan di perlengkapan makan diatas meja, antara lain piringnya yg kotak (as usual lah), sumpit, cangkir teh, dll.

Setelah puas ngegosipin isi resto, maka makanan kami pun datang.

Teman saya kaget melihat bentuk udon/mi pesanan saya. Dia bilang udonnya kok tipis sekali. Katanya, kalo udon yg asli, pasti bentuknya agak lebih tebal. Well, kita akhirnya sepakat bahwa udonnya sudah di adjust dengan porsi perut orang Indonesia 

Overall, makanan yg kita pesan semuanya enak.
Untuk pesanan saya: udon+tempura+tahu+telor dadar nya semua gurih, rumput laut en sayurannya segar. Satu hal, walau sangat tidak rela untuk mengakui, akhirnya saya pikir temen saya totally bener bahwa talas parutnya rasanya GAK UEENAKKK. Hambar dan agak-agak berlendir gitu. Yang paling nyebelin, teman saya langsung bilang: ”See, I told you so!” (Duh, iya deh!!!)
Untuk pesanan teman saya: udang kecilnya renyah dan saus soya pedasnya ok banget, kayak saus asam manis pedes gitu. Ueennaaakkk tenan deh. Pantas untuk dijadikan makanan andalan resto ini.

Soal harga, jumlah yg harus dibayar adalah Rp. 300,000 ++.
Well, mahal ajah deh.

Salam makan,
Astrid

18 October 2003

Resto Chatter Box - Plaza Indonesia - 18 Oktober 2003

Para hedonis makanan,

Pada hari sabtu lalu, saya lunch dengan papa en mama saya di Chatter Box (CB) yg terletak di lantai 3 Sogo Plaza Indonesia. Letaknya resto ini pun cukup tersembunyi, diantara counter2 yg menjual pakaian pria.

Karena saya datang duluan ke tempat tersebut, maka saya mencoba mengisi waktu luang dengan memesan teh hijau sepoci. Sambil menunggu datangnya teh hijau tersebut, saya sempat memperhatikan interior dari CB. Resto CB dibangun dengan gaya unfinished-art, ini bisa dilihat dari temboknya yg sengaja dibuat tidak selesai, dimana kita masih bisa melihat batu bata merah yg tersusun rapi oleh tempelan semen di tengah-tengahnya. Beberapa pernak-pernik yg dipajang di CB pun cukup menarik. Kebetulan saya duduk di tempat paling pojok dalam di ruangan para smoker, sehingga saya bisa memandang ke segala penjuru resto CB. Pernak-pernik nya itu ada kamera dan penggiling kopi tempo dulu yg ditaruh diatas rak di pojokan, ada alat jualan gendongan yg biasanya dipakai untuk jualan gado-gado or mi bakso yg diletakkan setelah pintu masuk, ada meja makan yg bentuknya seperti daun kriting yg ada di kartu remi, ada pula lukisan yg dibuat oleh kapur diatas papan tulis hitam…sangat berkesan seperti gambar anak TK, but cukup unik lah. Kata pegawai di CB, yg melukis gambar2 tsb adalah rekannya yg bekerja di resto yg sama tapi yg di Plaza Senayan.

Setelah puas lirak-lirik kiri kanan, maka datanglah teh hijau poci yg sangat panas. Sang pelayan menyarankan saya agar menunggu beberapa saat supaya tehnya `keluar'. Lalu saya coba membuka pocinya, ternyata isinya adalah daun teh hijau, jadi bukan teh hijau seduh dalam filter. Ketika saya tuang ke dalam cangkirnya, saya lihat air nya berwarna hijau muda dan airnya jernih tanpa ada endapan halus seperti teh hijau yg saya minum di Osara bbrp waktu lalu. Yg agak repot adalah bbrp daun dan batang teh ikut masuk ke cangkir, tetapi tidak mengurangi nikmatnya meminum teh di siang hari itu. (Rani, I'm sure you like this kind of tea.)

Tidak lama kemudian, papa dan mama saya datang dan kami langsung memesan satu piring green salad yg rencananya akan kami 'hajar' bertiga. Saya lalu memesan seafood claypot. Papa saya yg merupakan penggemar bebek langsung memesan roast duck beserta tomato juice, sedangkan mama saya yg tadinya mau memesan chicken claypot akhirnya juga kalap mendengar kata bebek dan langsung memesan duck claypot dan hot lemon juice.

Yg datang pertama adalah green salad. Isinya cukup simple, sayuran hijau, lettuce, wortel, jamur, dll yg disiram thousand island. Cukup nice lah sebagai pembuka makanan berikutnya.

Lalu datanglah `main course' kami. Saya terkejut dengan porsi claypot saya yg sangat berbeda sekali dengan porsi claypot yg mama saya pesan. Duck claypot yg mama saya pesan datang di dalam satu tempat yg berisi nasi putih, bebek yg berbumbu saus berwarna kecoklatan, setengah telor rebus dan sayuran hijau. Sedangkan seafood claypot yg saya pesan datang dengan satu claypot penuh berisi udang, cumi, jamur hitam, kepiting, etc plus kuah yg rasanya gurih dan satu mangkok nasi putih. Wah….rasanya banyakan porsi saya deh.

Sedangkan pesanan papa saya datang dengan satu piring yg berisi 4 potong roast duck berbumbu saos berwarna kecoklatan…persis seperti bebek pesanan mama saya, satu mangkok nasi dan satu mangkok kuah gurih.

Mama saya lalu memesan irisan cabe ijo disiram kecap manis sebagai tambahan bumbu bagi makanan nya. Saya pun ikut-ikutan mencoba sambal `dadakan' tersebut, dan memang seafood claypot saya jadi bertambah gurih ketika saya memercikkan sambal tersebut ke dalamnya.

Sebagai penutup, mama saya memesan puding warna putih susu rasa almond (waduh...aku lali e jeneng nge opo) yg enak banget rasanya, ok lah untuk menghilangkan mual di perut saya waktu itu.

Kata mama dan papa saya, masakan bebek di CB rasanya tidak mengecewakan, cukup gurih di lidah mereka, apalagi bagi mama saya yg memang jago masak (menurut saya lho). Sedangkan saya pada waktu itu tidak berhasil menghabiskan pesanan saya karena porsinya yg terlalu besar yg hampir membuat saya muntah. Yg kurang adalah juice nya, baik itu hot lemon juice maupun tomato juicenya, yg di mulut saya terasa hambar…kebanyakan air sih. Tapi overall, bagi kami, makanan di CB bisa dinilai 8,5 dari 10 point.

Lumayanlah…makan bertiga…dengan 4 macam porsi makanan dan 3 macam minuman…plus satu porsi dessert dan tax kiri kanan...kenyang dan puas lagi…saya hanya mengeluarkan about Rp. 300,000 ++

Yg pasti, saya menyesal tidak memesan duck-nya dan berencana akan melakukan `come-back' untuk menghajar makanan tersebut, terutama duck claypot-nya. Gurih banget lho rasanya.

Oh ya, resto ini pun terkenal dengan cake nya, terutama tiramisunya. Tapi pada waktu itu kami tidak memesan karena perut sudah tidak mau diajak kompromi lagi.

Salam makan,
Astrid