Pada suatu hari, saya diberi kesempatan untuk berkunjung ke Rumah Belajar Cinta Anak Bangsa (RBCAB) yang didirikan oleh Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). YCAB adalah yayasan yang didirikan oleh Veronica Colondam yang telah lama memberikan perhatian kepada anak-anak jalanan, terutama yang tidak dapat bersekolah karena kondisi keuangan mereka yang berkekurangan.
YCAB percaya bahwa tidak ada alasan bagi anak-anak tersebut untuk tidak bisa mendapatkan pendidikan yang pantas. Alasan inilah yang membuat YCAB membangun RBCAB. Dengan mendidik mereka, YCAB berharap bisa menyumbangkan sesuatu yang baik untuk masa depan Indonesia yang lebih baik lagi dan mengurangi angka kriminalitas. Kriminalitas datang kebanyakan dari kondisi ekonomi yang buruk dan pendidikan yang buruk.
Veronica Colondam sebagai pendiri YCAB percaya bahwa pendidikan adalah senjata yang ampuh untuk memberantas kemiskinan.
RBCAB didirikan oleh YCAB pada tahun 2003. RBCAB memberikan program pendidikan dasar, yaitu Paket A, Paket B dan Paket C, yang setara dengan pendidikan yang diberikan di SD sampai SMA. Walau pendidikan yang diberikan di RBCAB adalah pendidikan non-formal, tetapi para siswanya dapat melanjutkan pendidikan mereka ke sekolah formal. Para siswa juga diberikan kursus lain, seperti kursus menjahit, kursus kecantikan, kursus komputer, dan kursus Bahasa Inggris. Selain pendidikan dasar dan kursus-kursus, RBCAB juga membekali para siswanya dengan ekstra kulikuler seperti perkusi dan drama.
Pada tahun 2005, RBCAB mulai bekerja sama dengan Yayasan Bina Nusantara untuk memulai kursus komputer. Setelah itu, banyak perusahaan lain yang bekerja sama dengan RBCAB untuk meningkatkan kualitas dari pendidikan mereka dengan memberikan kursus-kursus.
Sampai saat ini, RBCAB telah dibangun di Duri Kepa, Tegal Alur dan Cikarang yang semuanya berada di Jakarta.
RBCAB yang saya kunjungi adalah yang berlokasi di Duri Kepa. Bangunan dua lantai ini memiliki lebih dari 6 ruangan besar yang dibagi untuk kantor, kelas-kelas dan perpustakaan. Mereka mempunyai kelas-kelas untuk pendidikan dasar dan laboratorium untuk kursus komputer, kursus Bahasa Inggris, kursus menjahit dan kursus kecantikan. Kelas-kelas untuk pendidikan dasar dapat dipakai untuk beberapa mata pelajaran secara bergantian, sedangkan laboratorium hanya bisa dipakai untuk kursus yang telah ditentukan. Kalau kelas untuk pendidikan dasar hanya dapat dinikmati oleh siswa dari RBCAB, maka kelas kursus dapat diikuti oleh anak-anak lain yang bukan siswa dari RBCAB, kalau mereka tertarik untuk mengambil kursus tersebut.
Sebelum RBCAB menerima anak-anak sebagai siwa disana, sebuah survey diadakan untuk memastikan bahwa anak-anak tersebut datang dari keluarga tak mampu. Dan para orang tua dapat mengirimkan anak-anak mereka untuk bersekolah di RBCAB kapanpun tanpa dibatasi oleh masa pendaftaran sekolah seperti di sekolah umum lainnya.
Pada awal RBCAB dibuat, mereka tidak mengutip biaya sedikitpun dari para siswanya. Tetapi kemudian, RBCAB mengenakan biaya Rp 120 ribu per tahun per anak. Biaya sekolah dapat dibayarkan kapan saja para orang tua memiliki uang, baik secara tunai maupun secara mengangsur. Tujuan dari uang sekolah ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dari para siswa dan orang tuanya. Dengan membayar uang sekolah, mereka diharapkan untuk tekun belajar dan serius dengan pendidikan mereka.
Biasanya, RBCAB menerima anak-anak dari lingkungan sekitar. Ini juga merupakan alasan mengapa YCAB sedang giat-giatnya mengumpulkan dukungan keuangan, sehingga YCAB dapat membangun lagi beberapa RBCAB di Jakarta dan Indonesia.
RBCAB ternyata didukung sepenuhnya oleh Yayasan Bina Nusantara, Rudy Hadisuwarno, Sebastian Gunawan, Mustika Ratu, Yayasan Putri Indonesia, Beauty Inc, dan sponsor-sponsor lainnya. RBCAB juga sering mengadakan acara-acara penggalangan dana, salah satunya dengan menjual gelang dengan harga Rp20 ribu.
Menurut catatan YCAB, sampai 2009, RBCAB telah mendidik lebih dari 5,000 anak-anak. YCAB berharap dengan adanya lebih banyak RBCAB, Indonesia akan terbebas dari pengangguran.
Pelajaran yang saya ambil dari kunjungan saya ke RBCAB ini adalah untuk peduli terhadap pendidikan! Pendidikan tidak mahal asal kita mau saling membantu untuk mereka yang berkekurangan!
YCAB percaya bahwa tidak ada alasan bagi anak-anak tersebut untuk tidak bisa mendapatkan pendidikan yang pantas. Alasan inilah yang membuat YCAB membangun RBCAB. Dengan mendidik mereka, YCAB berharap bisa menyumbangkan sesuatu yang baik untuk masa depan Indonesia yang lebih baik lagi dan mengurangi angka kriminalitas. Kriminalitas datang kebanyakan dari kondisi ekonomi yang buruk dan pendidikan yang buruk.
Veronica Colondam sebagai pendiri YCAB percaya bahwa pendidikan adalah senjata yang ampuh untuk memberantas kemiskinan.
RBCAB didirikan oleh YCAB pada tahun 2003. RBCAB memberikan program pendidikan dasar, yaitu Paket A, Paket B dan Paket C, yang setara dengan pendidikan yang diberikan di SD sampai SMA. Walau pendidikan yang diberikan di RBCAB adalah pendidikan non-formal, tetapi para siswanya dapat melanjutkan pendidikan mereka ke sekolah formal. Para siswa juga diberikan kursus lain, seperti kursus menjahit, kursus kecantikan, kursus komputer, dan kursus Bahasa Inggris. Selain pendidikan dasar dan kursus-kursus, RBCAB juga membekali para siswanya dengan ekstra kulikuler seperti perkusi dan drama.
Pada tahun 2005, RBCAB mulai bekerja sama dengan Yayasan Bina Nusantara untuk memulai kursus komputer. Setelah itu, banyak perusahaan lain yang bekerja sama dengan RBCAB untuk meningkatkan kualitas dari pendidikan mereka dengan memberikan kursus-kursus.
Sampai saat ini, RBCAB telah dibangun di Duri Kepa, Tegal Alur dan Cikarang yang semuanya berada di Jakarta.
RBCAB yang saya kunjungi adalah yang berlokasi di Duri Kepa. Bangunan dua lantai ini memiliki lebih dari 6 ruangan besar yang dibagi untuk kantor, kelas-kelas dan perpustakaan. Mereka mempunyai kelas-kelas untuk pendidikan dasar dan laboratorium untuk kursus komputer, kursus Bahasa Inggris, kursus menjahit dan kursus kecantikan. Kelas-kelas untuk pendidikan dasar dapat dipakai untuk beberapa mata pelajaran secara bergantian, sedangkan laboratorium hanya bisa dipakai untuk kursus yang telah ditentukan. Kalau kelas untuk pendidikan dasar hanya dapat dinikmati oleh siswa dari RBCAB, maka kelas kursus dapat diikuti oleh anak-anak lain yang bukan siswa dari RBCAB, kalau mereka tertarik untuk mengambil kursus tersebut.
Sebelum RBCAB menerima anak-anak sebagai siwa disana, sebuah survey diadakan untuk memastikan bahwa anak-anak tersebut datang dari keluarga tak mampu. Dan para orang tua dapat mengirimkan anak-anak mereka untuk bersekolah di RBCAB kapanpun tanpa dibatasi oleh masa pendaftaran sekolah seperti di sekolah umum lainnya.
Pada awal RBCAB dibuat, mereka tidak mengutip biaya sedikitpun dari para siswanya. Tetapi kemudian, RBCAB mengenakan biaya Rp 120 ribu per tahun per anak. Biaya sekolah dapat dibayarkan kapan saja para orang tua memiliki uang, baik secara tunai maupun secara mengangsur. Tujuan dari uang sekolah ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dari para siswa dan orang tuanya. Dengan membayar uang sekolah, mereka diharapkan untuk tekun belajar dan serius dengan pendidikan mereka.
Biasanya, RBCAB menerima anak-anak dari lingkungan sekitar. Ini juga merupakan alasan mengapa YCAB sedang giat-giatnya mengumpulkan dukungan keuangan, sehingga YCAB dapat membangun lagi beberapa RBCAB di Jakarta dan Indonesia.
RBCAB ternyata didukung sepenuhnya oleh Yayasan Bina Nusantara, Rudy Hadisuwarno, Sebastian Gunawan, Mustika Ratu, Yayasan Putri Indonesia, Beauty Inc, dan sponsor-sponsor lainnya. RBCAB juga sering mengadakan acara-acara penggalangan dana, salah satunya dengan menjual gelang dengan harga Rp20 ribu.
Menurut catatan YCAB, sampai 2009, RBCAB telah mendidik lebih dari 5,000 anak-anak. YCAB berharap dengan adanya lebih banyak RBCAB, Indonesia akan terbebas dari pengangguran.
Pelajaran yang saya ambil dari kunjungan saya ke RBCAB ini adalah untuk peduli terhadap pendidikan! Pendidikan tidak mahal asal kita mau saling membantu untuk mereka yang berkekurangan!
No comments:
Post a Comment