Pada hari Jum’at lalu, saya, Bayu, dan temannya (sori, lupa namanya, Bay), Rusmin, Marchel dan teman wanitanya yg kayak bidadari itu dinner di Resto Jepang Sushi Tengoku. Jadi, kalo yg lain nya dinner ke Lapo, kami bikin dinner tandingan nih. Duh...kok berbau partai politik banget ya :)).....
(Oh ya...si Marchel ini datangnya agak telat karena sebelumnya mampir dulu dinner bareng di Lapo bersama Pak Bondan dan Jsers yang lainnya).
Resto Sushi Tengoku ini beralamatkan di:
Jl. Radio Dalam Raya No. F11-11A
Menurut Bayu, ancer-ancer dari lokasi ini adalah: kalo dari arah Blok M lurus terus sampe lewat Skin Clinic. Nanti Tengoku ada di sebelah kanan jalan setelah resto ikan bakar, seberangan sama bakeri kecil, di pertigaan jalan.
Sekilas, kalo liat logo dari resto ini, mengingatkan kita pada logo sebuah merk mobil milik keluarga Cendana. Mirip-mirip gitu. Tapi saya gak tau apakah ada hubungannya antara resto ini dgn keluarga tsb :))
Resto ini sangat Jepang sekali deh, terutama dari segi interior bangunannya dan peralatan makannya. Resto ini mempunyai 2 lantai. Lantai 1 itu berisikan sushi bar dan ruang makan biasa yang ada bangku dan meja. Tapi kalo kita ke lantai 2, disitu ada 5 ruang tatami. 3 ruangan tatami disebelah kiri setelah tangga naik itu mempunyai meja pendek ala jepang dan bangku tanpa kaki (kok kayak dingklik yo) dan posisi kita memang duduk di lantai, walau kaki kita sebenarnya masih menjuntai kebawah dikarenakan ada lobang besar di bawah meja yg sengaja dibikin untuk penempatan kaki meja dan kaki kita sendiri. Sedangkan 2 ruang tatami di sebrangnya berupa meja makan biasa dan ada tempat duduk berkaki. Seluruh ruang tatami di resto ini dipisah oleh sekat dan pintu geser dan sangat luas ukurannya. Ini memang cocok untuk tempat kumpul-kumpul ngalor-ngidul berame-rame.
Ketika melihat menu makanannya, resto ini memang menyediakan makanan jepang yg......truly japanese. Sehingga, baik Sashimi maupun Sushi, dll makanan jepang lainnya disediakan lengkap disini. Bahkan saya dengar, resto ini merupakan salah satu resto yg sangat di rekomendasikan oleh orang-orang jepang yang tinggal di Jakarta.
Kami memesan makanan dalam jumlah yg luar biasa...maklum...Sushi and Sashimi Freaks sih!!!
Bayu dan temannya memesan Maguro Sashimi, Inari Sushi, Wafu Sarada, Shinko Maki, dan Uzaku.
Rusmin memesan Geso Shioyaki, Misoshiru Campur, Kani Soka Special/ Kalimantan, Tobiko, dan Sake panas.
Sedangkan saya memesan satu set Sashimi Moriawase.
Untuk minum, ternyata di resto ini, Ocha-nya free lho.
(Catatan: Maaf, saya tidak menyertakan makanan pesanan Marchel di review ini karena saya lupa nanya dia dan temannya pesan apa aja. Yg gue tau dan liat jelas tanpa nanya adalah mereka nyerutu...wuss...wuss...wuss....dan si Marchel setelah ngabisin makanan nya mukanya langsung merah dan ambruk... :)) .)
OK....berikut ini, daftar makanan yg kami pesan beserta isi/penjelasannya:
1. Maguro Sashimi: tuna mentah
2. Inari Sushi: nasi dicampur jamur hitam manis, dibungkus kulit tahu
3. Wafu Sarada: sayuran jepang yg terdiri dari kol, wortel, bawang bombay, wakame (rumput laut), lettuce, ketimun, tomat, saus, telor dan tahu jepang
4. Shinko Maki: lobak kuning di rol pake nasi
5. Uzaku: belut darat dikasi saus uzaku dan timun
6. Geso Shioyaki: kepala cumi di bakar
7. Misoshiru Campur: sup di campur tahu jepang, wakame (rumput laut) dan jamur
8. Tobiko: telur ikan terbang
9. Sashimi Moriawase: satu set seafood mentah ukuran special yg terdiri dari toro (perut ikan tuna), ikan salmon, cumi, hamachi (ikan ekor kuning), kerang, saba (ikan makarel), shiromi (ikan kakap), dan tako (gurita)
10. Kani Soka Special/Kalimantan: kepiting empuk goreng yg dicampur dengan telur ikan terbang, mayonaise, lettuce dan ketimun yang di rol pake nasi, lalu ditaruh belut diatasnya, disajikan dengan irisan cabe rawit hijau terpisah
Wafu Sarada terasa ’gak jelas’ di lidah saya. Asin kagak, manis juga enggak, pedes nya juga kok nanggung. Makanan ini mengingatkan saya pada asinan bogor yang ada tahunya trus pake bumbu kacang itu.
Geso Shioyaki terasa agak keras ketika kita kunyah akibat proses pembakaran.
Uzakunya sangat gurih, ini terutama karena sausnya yang lezat. Pantas untuk di coba.
Misoshirunya sangat segar dan padat lho isinya. Puas menyantapnya dan patut dijadikan salah satu menu andalan.
Tobikonya sangat heboh dan agak sensasional bagi saya, karena ketika saya mengunyah, telur-telur ini pecah dan sepertinya meledak di mulut saya.
Sashimi Moriawase ini porsinya sangat tidak manusiawi bagi yang sedang diet. Karena cut dari ikan, dll nya itu sangat tebal dan ukurannya besar sekali. Cocok sekali untuk orang yg sangat kelaparan.
Tetapi, rupanya yg menjadi bintang malam itu adalah Kani Soka Special. Makanan ini dulunya bernama Kalimantan. Wah...rasanya nyam nyam sekali. Makanan ini ukurannya besar sekali untuk mulut kita. Tapi cara makannya juga agak gak enak kalo pake di belah dua, karena nasinya pasti akan morat-marit kemana-mana. Jangan lupa, ketika menyantap Kani ini, cobalah dikunyah bersama cabe rawit iris yang telah disediakan di piring terpisah. Wah, rasanya tambah oke lho.
Mengenai harga, resto ini cukup reasonable lah untuk kita-kita para Sushi Freaks. Total semua harga makanan, plus sake panas, plus tax, dll….resto ini membebankan kita hanya Rp. 450,000 ++.
Yang perlu diingat:
1. Porsi makanan dari resto ini, seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, sangat besar. Hitungannya: 7, 8, 9, dll. Jadi hati-hatilah dalam memesan makanan. Tanya dulu kepada pelayannya mengenai seberapa besar porsi nya. Tetapi jangan kuatir, beberapa makanan bisa dipesan setengah porsi atau seperempat saja.
2. Resto ini tidak mengenakan Service Charge di bon nya. Jadi, sangat dianjurkan untuk memberi tip setelah kita puas makan di sini.
Cheers,
Astrid
31 October 2003
Resto Sushi Tengoku - 31 Oktober 2003
23 October 2003
Mei Resto - Hotel Nikko Jakarta - 23 Oktober 2003
Pada hari Kamis malam lalu, saya harus ’farewell dinner’ dengan teman saya, orang Korea tapi WNA (Warga Negara Am’rik) dan bekerja di Hong Kong. Wah, sounds very PBB amat ya.
Karena bingung mau makan di mana dan dia pun tidak bisa pergi sampai larut malam, maka saya berkeputusan untuk dinner di Mei Resto di Hotel Nikko, hotel yg bersebrangan letaknya dengan Plaza Indonesia. Ini semua atas saran dari temen saya yang lain yg memang doyan makan.
Resto Mei ini ada di lantai 2, naik tangga di sebelah kirinya lobby hotel.
Di dalam brosurnya, resto ini meng-claim bahwa tema tempat mereka adalah ’Unique Dining & Lounge’.
Ketika kita melihat menu mereka, kita bisa lihat bahwa mereka menyediakan makanan Jepang, China, dan ’fushion cuisine’. Ada Sushi, Sahimi, tempura, dll yg looks yummy yummy deh. Setelah pilih-pilih menu, saya akhirnya memesan Inaniwa Udon (Mie Putih). Mi ini punya beberapa toping yang dapat dipilih secara terpisah. Mi ini dapat dipesan dingin atau panas. Saya memilih mi yang panas karena pada waktu itu saya sedang ‘ngamuk’, ini semua karena saya memesan topingnya lengkap, sebanyak 7 macam. Toping yg ada di menu adalah: Tempura yang terdiri dari 2 macam sayuran dan satu udang, Tororo yaitu semacam rebusan talas parut, Kitsune yaitu kalo gak salah tahu tipis manis ya (sori agak-agak lupa neh), Wakame yaitu rumput laut, Sansai yaitu sayuran segar, Kinshi Tamago yaitu cincangan telor dadar dan Aytama yaitu telor rebus setengah matang. Wah, meriah euy!!! Untuk minuman, saya tetap setia dengan ocha alias teh panas.
Waktu saya memesan toping, teman saya sudah wanti-wanti agar saya tidak memesan tororo yg kata dia rasanya tidak enak. Tapi saya cuek aja, biar ada pengalaman tentang makanan tsb.
Sedangkan teman saya memesan Gan Shao Xia Ren atau Udang Kecil dimasak dengan saus soya pedas. Wah, keliatannya nyam nyam juga nih.
Sambil menunggu makanan datang, seperti biasa, saya me-review resto ini bersama teman saya. Kami berdua sangat takjub dengan space dari resto ini yg sangat luas yaitu 2 lantai dan daya tampung yg mereka punyai pun cukup banyak yaitu kira-kira 400 orang. Saking luasnya, bahkan pelayannya pun diperlengkapi dengan alat komunikasi radio mirip blue tooth. Wah, ini resto atau lapangan bola ya???
Kalo baca brosur lagi, disebutkan bahwa resto ini punya 4 ruangan semi private, 1 ruang tatami dan 6 sofa. Resto ini juga punya bar yang terletak setelah pintu masuk dengan live band yang mereka sebut trendy lounge. Wah, pokoknya luas banget deh!! Padahal malam itu, tamu yang ada cuma memenuhi 4 meja. What a waste!! Rupanya resto ini masih sepi pengunjung.
Interior resto ini hampir seluruhnya sangat modern, kecuali sushi bar (wew, gak tau nama ruangan nya apa nih, gak sempet nanya sih!!). Jadi bagi yang mau makan ala jepang banget dengan cara duduk di lantai, sepertinya tempat ini bukan tempat yang tepat. Ciri khas dari jepang or chinese nya hanya saya temukan di perlengkapan makan diatas meja, antara lain piringnya yg kotak (as usual lah), sumpit, cangkir teh, dll.
Setelah puas ngegosipin isi resto, maka makanan kami pun datang.
Teman saya kaget melihat bentuk udon/mi pesanan saya. Dia bilang udonnya kok tipis sekali. Katanya, kalo udon yg asli, pasti bentuknya agak lebih tebal. Well, kita akhirnya sepakat bahwa udonnya sudah di adjust dengan porsi perut orang Indonesia
Overall, makanan yg kita pesan semuanya enak.
Untuk pesanan saya: udon+tempura+tahu+telor dadar nya semua gurih, rumput laut en sayurannya segar. Satu hal, walau sangat tidak rela untuk mengakui, akhirnya saya pikir temen saya totally bener bahwa talas parutnya rasanya GAK UEENAKKK. Hambar dan agak-agak berlendir gitu. Yang paling nyebelin, teman saya langsung bilang: ”See, I told you so!” (Duh, iya deh!!!)
Untuk pesanan teman saya: udang kecilnya renyah dan saus soya pedasnya ok banget, kayak saus asam manis pedes gitu. Ueennaaakkk tenan deh. Pantas untuk dijadikan makanan andalan resto ini.
Soal harga, jumlah yg harus dibayar adalah Rp. 300,000 ++.
Well, mahal ajah deh.
Salam makan,
Astrid
Karena bingung mau makan di mana dan dia pun tidak bisa pergi sampai larut malam, maka saya berkeputusan untuk dinner di Mei Resto di Hotel Nikko, hotel yg bersebrangan letaknya dengan Plaza Indonesia. Ini semua atas saran dari temen saya yang lain yg memang doyan makan.
Resto Mei ini ada di lantai 2, naik tangga di sebelah kirinya lobby hotel.
Di dalam brosurnya, resto ini meng-claim bahwa tema tempat mereka adalah ’Unique Dining & Lounge’.
Ketika kita melihat menu mereka, kita bisa lihat bahwa mereka menyediakan makanan Jepang, China, dan ’fushion cuisine’. Ada Sushi, Sahimi, tempura, dll yg looks yummy yummy deh. Setelah pilih-pilih menu, saya akhirnya memesan Inaniwa Udon (Mie Putih). Mi ini punya beberapa toping yang dapat dipilih secara terpisah. Mi ini dapat dipesan dingin atau panas. Saya memilih mi yang panas karena pada waktu itu saya sedang ‘ngamuk’, ini semua karena saya memesan topingnya lengkap, sebanyak 7 macam. Toping yg ada di menu adalah: Tempura yang terdiri dari 2 macam sayuran dan satu udang, Tororo yaitu semacam rebusan talas parut, Kitsune yaitu kalo gak salah tahu tipis manis ya (sori agak-agak lupa neh), Wakame yaitu rumput laut, Sansai yaitu sayuran segar, Kinshi Tamago yaitu cincangan telor dadar dan Aytama yaitu telor rebus setengah matang. Wah, meriah euy!!! Untuk minuman, saya tetap setia dengan ocha alias teh panas.
Waktu saya memesan toping, teman saya sudah wanti-wanti agar saya tidak memesan tororo yg kata dia rasanya tidak enak. Tapi saya cuek aja, biar ada pengalaman tentang makanan tsb.
Sedangkan teman saya memesan Gan Shao Xia Ren atau Udang Kecil dimasak dengan saus soya pedas. Wah, keliatannya nyam nyam juga nih.
Sambil menunggu makanan datang, seperti biasa, saya me-review resto ini bersama teman saya. Kami berdua sangat takjub dengan space dari resto ini yg sangat luas yaitu 2 lantai dan daya tampung yg mereka punyai pun cukup banyak yaitu kira-kira 400 orang. Saking luasnya, bahkan pelayannya pun diperlengkapi dengan alat komunikasi radio mirip blue tooth. Wah, ini resto atau lapangan bola ya???
Kalo baca brosur lagi, disebutkan bahwa resto ini punya 4 ruangan semi private, 1 ruang tatami dan 6 sofa. Resto ini juga punya bar yang terletak setelah pintu masuk dengan live band yang mereka sebut trendy lounge. Wah, pokoknya luas banget deh!! Padahal malam itu, tamu yang ada cuma memenuhi 4 meja. What a waste!! Rupanya resto ini masih sepi pengunjung.
Interior resto ini hampir seluruhnya sangat modern, kecuali sushi bar (wew, gak tau nama ruangan nya apa nih, gak sempet nanya sih!!). Jadi bagi yang mau makan ala jepang banget dengan cara duduk di lantai, sepertinya tempat ini bukan tempat yang tepat. Ciri khas dari jepang or chinese nya hanya saya temukan di perlengkapan makan diatas meja, antara lain piringnya yg kotak (as usual lah), sumpit, cangkir teh, dll.
Setelah puas ngegosipin isi resto, maka makanan kami pun datang.
Teman saya kaget melihat bentuk udon/mi pesanan saya. Dia bilang udonnya kok tipis sekali. Katanya, kalo udon yg asli, pasti bentuknya agak lebih tebal. Well, kita akhirnya sepakat bahwa udonnya sudah di adjust dengan porsi perut orang Indonesia
Overall, makanan yg kita pesan semuanya enak.
Untuk pesanan saya: udon+tempura+tahu+telor dadar nya semua gurih, rumput laut en sayurannya segar. Satu hal, walau sangat tidak rela untuk mengakui, akhirnya saya pikir temen saya totally bener bahwa talas parutnya rasanya GAK UEENAKKK. Hambar dan agak-agak berlendir gitu. Yang paling nyebelin, teman saya langsung bilang: ”See, I told you so!” (Duh, iya deh!!!)
Untuk pesanan teman saya: udang kecilnya renyah dan saus soya pedasnya ok banget, kayak saus asam manis pedes gitu. Ueennaaakkk tenan deh. Pantas untuk dijadikan makanan andalan resto ini.
Soal harga, jumlah yg harus dibayar adalah Rp. 300,000 ++.
Well, mahal ajah deh.
Salam makan,
Astrid
18 October 2003
Resto Chatter Box - Plaza Indonesia - 18 Oktober 2003
Para hedonis makanan,
Pada hari sabtu lalu, saya lunch dengan papa en mama saya di Chatter Box (CB) yg terletak di lantai 3 Sogo Plaza Indonesia. Letaknya resto ini pun cukup tersembunyi, diantara counter2 yg menjual pakaian pria.
Karena saya datang duluan ke tempat tersebut, maka saya mencoba mengisi waktu luang dengan memesan teh hijau sepoci. Sambil menunggu datangnya teh hijau tersebut, saya sempat memperhatikan interior dari CB. Resto CB dibangun dengan gaya unfinished-art, ini bisa dilihat dari temboknya yg sengaja dibuat tidak selesai, dimana kita masih bisa melihat batu bata merah yg tersusun rapi oleh tempelan semen di tengah-tengahnya. Beberapa pernak-pernik yg dipajang di CB pun cukup menarik. Kebetulan saya duduk di tempat paling pojok dalam di ruangan para smoker, sehingga saya bisa memandang ke segala penjuru resto CB. Pernak-pernik nya itu ada kamera dan penggiling kopi tempo dulu yg ditaruh diatas rak di pojokan, ada alat jualan gendongan yg biasanya dipakai untuk jualan gado-gado or mi bakso yg diletakkan setelah pintu masuk, ada meja makan yg bentuknya seperti daun kriting yg ada di kartu remi, ada pula lukisan yg dibuat oleh kapur diatas papan tulis hitam…sangat berkesan seperti gambar anak TK, but cukup unik lah. Kata pegawai di CB, yg melukis gambar2 tsb adalah rekannya yg bekerja di resto yg sama tapi yg di Plaza Senayan.
Setelah puas lirak-lirik kiri kanan, maka datanglah teh hijau poci yg sangat panas. Sang pelayan menyarankan saya agar menunggu beberapa saat supaya tehnya `keluar'. Lalu saya coba membuka pocinya, ternyata isinya adalah daun teh hijau, jadi bukan teh hijau seduh dalam filter. Ketika saya tuang ke dalam cangkirnya, saya lihat air nya berwarna hijau muda dan airnya jernih tanpa ada endapan halus seperti teh hijau yg saya minum di Osara bbrp waktu lalu. Yg agak repot adalah bbrp daun dan batang teh ikut masuk ke cangkir, tetapi tidak mengurangi nikmatnya meminum teh di siang hari itu. (Rani, I'm sure you like this kind of tea.)
Tidak lama kemudian, papa dan mama saya datang dan kami langsung memesan satu piring green salad yg rencananya akan kami 'hajar' bertiga. Saya lalu memesan seafood claypot. Papa saya yg merupakan penggemar bebek langsung memesan roast duck beserta tomato juice, sedangkan mama saya yg tadinya mau memesan chicken claypot akhirnya juga kalap mendengar kata bebek dan langsung memesan duck claypot dan hot lemon juice.
Yg datang pertama adalah green salad. Isinya cukup simple, sayuran hijau, lettuce, wortel, jamur, dll yg disiram thousand island. Cukup nice lah sebagai pembuka makanan berikutnya.
Lalu datanglah `main course' kami. Saya terkejut dengan porsi claypot saya yg sangat berbeda sekali dengan porsi claypot yg mama saya pesan. Duck claypot yg mama saya pesan datang di dalam satu tempat yg berisi nasi putih, bebek yg berbumbu saus berwarna kecoklatan, setengah telor rebus dan sayuran hijau. Sedangkan seafood claypot yg saya pesan datang dengan satu claypot penuh berisi udang, cumi, jamur hitam, kepiting, etc plus kuah yg rasanya gurih dan satu mangkok nasi putih. Wah….rasanya banyakan porsi saya deh.
Sedangkan pesanan papa saya datang dengan satu piring yg berisi 4 potong roast duck berbumbu saos berwarna kecoklatan…persis seperti bebek pesanan mama saya, satu mangkok nasi dan satu mangkok kuah gurih.
Mama saya lalu memesan irisan cabe ijo disiram kecap manis sebagai tambahan bumbu bagi makanan nya. Saya pun ikut-ikutan mencoba sambal `dadakan' tersebut, dan memang seafood claypot saya jadi bertambah gurih ketika saya memercikkan sambal tersebut ke dalamnya.
Sebagai penutup, mama saya memesan puding warna putih susu rasa almond (waduh...aku lali e jeneng nge opo) yg enak banget rasanya, ok lah untuk menghilangkan mual di perut saya waktu itu.
Kata mama dan papa saya, masakan bebek di CB rasanya tidak mengecewakan, cukup gurih di lidah mereka, apalagi bagi mama saya yg memang jago masak (menurut saya lho). Sedangkan saya pada waktu itu tidak berhasil menghabiskan pesanan saya karena porsinya yg terlalu besar yg hampir membuat saya muntah. Yg kurang adalah juice nya, baik itu hot lemon juice maupun tomato juicenya, yg di mulut saya terasa hambar…kebanyakan air sih. Tapi overall, bagi kami, makanan di CB bisa dinilai 8,5 dari 10 point.
Lumayanlah…makan bertiga…dengan 4 macam porsi makanan dan 3 macam minuman…plus satu porsi dessert dan tax kiri kanan...kenyang dan puas lagi…saya hanya mengeluarkan about Rp. 300,000 ++
Yg pasti, saya menyesal tidak memesan duck-nya dan berencana akan melakukan `come-back' untuk menghajar makanan tersebut, terutama duck claypot-nya. Gurih banget lho rasanya.
Oh ya, resto ini pun terkenal dengan cake nya, terutama tiramisunya. Tapi pada waktu itu kami tidak memesan karena perut sudah tidak mau diajak kompromi lagi.
Salam makan,
Astrid
Pada hari sabtu lalu, saya lunch dengan papa en mama saya di Chatter Box (CB) yg terletak di lantai 3 Sogo Plaza Indonesia. Letaknya resto ini pun cukup tersembunyi, diantara counter2 yg menjual pakaian pria.
Karena saya datang duluan ke tempat tersebut, maka saya mencoba mengisi waktu luang dengan memesan teh hijau sepoci. Sambil menunggu datangnya teh hijau tersebut, saya sempat memperhatikan interior dari CB. Resto CB dibangun dengan gaya unfinished-art, ini bisa dilihat dari temboknya yg sengaja dibuat tidak selesai, dimana kita masih bisa melihat batu bata merah yg tersusun rapi oleh tempelan semen di tengah-tengahnya. Beberapa pernak-pernik yg dipajang di CB pun cukup menarik. Kebetulan saya duduk di tempat paling pojok dalam di ruangan para smoker, sehingga saya bisa memandang ke segala penjuru resto CB. Pernak-pernik nya itu ada kamera dan penggiling kopi tempo dulu yg ditaruh diatas rak di pojokan, ada alat jualan gendongan yg biasanya dipakai untuk jualan gado-gado or mi bakso yg diletakkan setelah pintu masuk, ada meja makan yg bentuknya seperti daun kriting yg ada di kartu remi, ada pula lukisan yg dibuat oleh kapur diatas papan tulis hitam…sangat berkesan seperti gambar anak TK, but cukup unik lah. Kata pegawai di CB, yg melukis gambar2 tsb adalah rekannya yg bekerja di resto yg sama tapi yg di Plaza Senayan.
Setelah puas lirak-lirik kiri kanan, maka datanglah teh hijau poci yg sangat panas. Sang pelayan menyarankan saya agar menunggu beberapa saat supaya tehnya `keluar'. Lalu saya coba membuka pocinya, ternyata isinya adalah daun teh hijau, jadi bukan teh hijau seduh dalam filter. Ketika saya tuang ke dalam cangkirnya, saya lihat air nya berwarna hijau muda dan airnya jernih tanpa ada endapan halus seperti teh hijau yg saya minum di Osara bbrp waktu lalu. Yg agak repot adalah bbrp daun dan batang teh ikut masuk ke cangkir, tetapi tidak mengurangi nikmatnya meminum teh di siang hari itu. (Rani, I'm sure you like this kind of tea.)
Tidak lama kemudian, papa dan mama saya datang dan kami langsung memesan satu piring green salad yg rencananya akan kami 'hajar' bertiga. Saya lalu memesan seafood claypot. Papa saya yg merupakan penggemar bebek langsung memesan roast duck beserta tomato juice, sedangkan mama saya yg tadinya mau memesan chicken claypot akhirnya juga kalap mendengar kata bebek dan langsung memesan duck claypot dan hot lemon juice.
Yg datang pertama adalah green salad. Isinya cukup simple, sayuran hijau, lettuce, wortel, jamur, dll yg disiram thousand island. Cukup nice lah sebagai pembuka makanan berikutnya.
Lalu datanglah `main course' kami. Saya terkejut dengan porsi claypot saya yg sangat berbeda sekali dengan porsi claypot yg mama saya pesan. Duck claypot yg mama saya pesan datang di dalam satu tempat yg berisi nasi putih, bebek yg berbumbu saus berwarna kecoklatan, setengah telor rebus dan sayuran hijau. Sedangkan seafood claypot yg saya pesan datang dengan satu claypot penuh berisi udang, cumi, jamur hitam, kepiting, etc plus kuah yg rasanya gurih dan satu mangkok nasi putih. Wah….rasanya banyakan porsi saya deh.
Sedangkan pesanan papa saya datang dengan satu piring yg berisi 4 potong roast duck berbumbu saos berwarna kecoklatan…persis seperti bebek pesanan mama saya, satu mangkok nasi dan satu mangkok kuah gurih.
Mama saya lalu memesan irisan cabe ijo disiram kecap manis sebagai tambahan bumbu bagi makanan nya. Saya pun ikut-ikutan mencoba sambal `dadakan' tersebut, dan memang seafood claypot saya jadi bertambah gurih ketika saya memercikkan sambal tersebut ke dalamnya.
Sebagai penutup, mama saya memesan puding warna putih susu rasa almond (waduh...aku lali e jeneng nge opo) yg enak banget rasanya, ok lah untuk menghilangkan mual di perut saya waktu itu.
Kata mama dan papa saya, masakan bebek di CB rasanya tidak mengecewakan, cukup gurih di lidah mereka, apalagi bagi mama saya yg memang jago masak (menurut saya lho). Sedangkan saya pada waktu itu tidak berhasil menghabiskan pesanan saya karena porsinya yg terlalu besar yg hampir membuat saya muntah. Yg kurang adalah juice nya, baik itu hot lemon juice maupun tomato juicenya, yg di mulut saya terasa hambar…kebanyakan air sih. Tapi overall, bagi kami, makanan di CB bisa dinilai 8,5 dari 10 point.
Lumayanlah…makan bertiga…dengan 4 macam porsi makanan dan 3 macam minuman…plus satu porsi dessert dan tax kiri kanan...kenyang dan puas lagi…saya hanya mengeluarkan about Rp. 300,000 ++
Yg pasti, saya menyesal tidak memesan duck-nya dan berencana akan melakukan `come-back' untuk menghajar makanan tersebut, terutama duck claypot-nya. Gurih banget lho rasanya.
Oh ya, resto ini pun terkenal dengan cake nya, terutama tiramisunya. Tapi pada waktu itu kami tidak memesan karena perut sudah tidak mau diajak kompromi lagi.
Salam makan,
Astrid
Subscribe to:
Posts (Atom)