Pada hari minggu yang lalu, saya bertemu seorang teman, orang Indonesia yang sekarang berdomisili di Jerman, yaitu Jo.
Sambil mengadakan acara quick breakfast dan ngobrol ngalor ngidul tentang pengalaman dan suka dukanya beliau hidup di negri nun jauh di mata, beliau juga membawakan titipan saya, yaitu sebuah espressomaker untuk 3 cups dari brand Duerkop.
Setelah quick breakfast, Jo dan saya lalu mampir ke toko Fuji Film di Mal Ciputra untuk melihat hasil cetakan foto-foto beliau sebelum mendarat di Indonesia. Waktu selesai mengambil foto, Jo tiba-tiba nanya: "Apaan nih? Kopi Luwak?" sambil menunjuk kafe ngopi di sebelah toko Fuji Film. Akhirnya kami mampir sebentar untuk ngicipin kopi di kafe ini.
Kafe Kopi Luwak
Mall Ciputra
Lt.1 Unit I
Seingat saya, saya pernah kok mampir di kafe yang sama di Mal Kelapa Gading beberapa waktu yang lalu, sehingga saya pun sudah tau kalo kopi Luwak ini produksi dari pabrik kopi di Semarang.
Siang itu, kami masing-masing mencoba Kalosi Toraja dan Espresso.
Kata pelayannya, minuman kopi Kalosi Toraja ini memakai kopi jenis mild roast dari brand Kopi Luwak, sedangkan Espressonya memakai kopi jenis dark roast dari brand Kopi Luwak.
Yang mengherankan, Jo dan saya berpendapat bahwa rasa dan aroma dari Kalosi Torajanya ini kok hampir sama dengan bumbu kacang untuk rujak. Ini terutama bila Kalosi Toraja nya sudah dingin. Wah...jadi pengen ngerujak nih.
Kalo Espressonya sendiri, saya agak kecewa lah. Cream nya kok gak tebal dan pecah gitu. Tapi, ya dihabisin juga tuh sama Jo.
Harga secangkir kopi di kafe ini cukup masuk akal kok, karena total pengeluaran kami untuk 3 cangkir kopi ini kurang dari Rp. 30.000 lah.
Oh ya, kafe ini juga menjual produk mereka, yaitu bubuk kopi Luwak, Rp 15.000 se pak nya. Tapi semuanya udah di giling. Hmm....sayang banget ya gak ada yg masih dalam bentuk biji.
Akhirnya, pertemuan saya dengan Jo harus berakhir pada siang hari, karena beliau harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum bertemu dengan sang ibu tercinta.
Pengalaman Memakai Duerkop Espresso Maker
Pengalaman saya memakai espressomaker ini cukup memuaskan, karena mampu mempersingkat waktu saya untuk bikin kopi (kopi tubruk) yang biasanya memakan waktu hampir setengah jam (nunggu air mateng, dll) menjadi kurang dari 15 menit.
Kalo mau liat seperti apa bentuk dari espressomakernya, bisa di lihat di website mereka, yaitu:
www.duerkop.com
(Site ini berbahasa jerman, tapi bisa kok dicari versi inggrisnya, lalu klik bagian coffee and tea nya di kanan atas. Setelah masuk ke halaman baru, klik bagian coffee di kiri atas. Setelah muncul alat-alat untuk bikin kopi, langsung aja cari halaman 8 dan liat bagian espressomaker 3 tassen alias espressomaker untuk 3 cangkir…itu dia yang dibawain sama Jo).
Kalo boleh di review secara singkat (ini bagi yg belum pernah tau alat ini), espressomaker ini terbagi dari 3 bagian. Bagian bawah untuk tempat air, bagian tengah berbentuk saringan untuk tempat bubuk kopinya, dan bagian atas untuk tempat menampung air kopinya.
Sebelum dipakai, saya cuci dulu espressomaker ini lalu dipanaskan seperti halnya kita membuat kopi dengan alat ini, tapi tanpa kopinya – hanya dengan air, sebanyak 3 kali untuk mensterilkan alat ini. Ini adalah hal yang disarankan oleh Jo.
OK….sekarang waktunya praktek bikin kopi dengan alat ini.
Setelah saya memasukkan air ke bagian bawah alat ini (takarannya 3/4 dari tempatnya), saya tutup bagian bawah ini dengan bagian tengahnya yaitu saringan berbentuk seperti corong untuk memasukkan air ke botol (apaan ya namanya???). Lalu saya isi saringan ini dengan bubuk kopi (1/2 takaran dari tempatnya) dan menutup agak rapat kedua bagian ini dengan bagian atas, sehingga letak bubuk kopi ada di bagian tengah dalam dari bagian bawah dan bagian atas. Lalu saya panaskan espressomaker ini dengan kompor listrik.
(Sebetulnya Jo menyarankan untuk memanaskan espressomaker ini diatas kompor dengan api kecil agar hasilnya perfecto, tapi karena gak ada kompor biasa di tempat saya tinggal sekarang, ya terpaksalah pake pemanas listrik).
Setelah kira-kira kurang (banget) dari 10 menit, espressomaker ini akan panas dan uap mulai mengepul-ngepul keluar dari corongnya yang menandakan air kopi telah naik ke bagian atas. Tunggu beberapa saat untuk memastikan air kopinya naik semua. Abis itu, ya diangkat dan langsung dituang ke gelas.
Hasilnya ternyata air kopi nya lebih pekat daripada air kopi tubruk. Dan ingat, ketika uap mengepul-ngepul keatas, baunya juga tercium lho. Harum sekali. Wuiiihh!!!
Yang mengagetkan saya adalah ketika espressomaker ini saya buka untuk dicuci, ternyata ampas kopi nya ini kering. Berarti airnya benar-benar naik keatas semuanya tanpa tersisa.
Hanya satu yang saya sesalkan, bahwa bubuk kopi yang saya pakai ternyata terlalu halus untuk espressomaker ini, sehingga sebagian bubuk kopi ada yang ikut naik bersama air kopinya. Ini membuat saya tidak bisa langsung menuang air kopinya ke gelas ketika air kopi telah masak, tapi harus ditunggu sebentar agar bubuk kopi yang ikut naik untuk turun dulu.
Ini berarti espressomaker ini harus dipadankan dengan bubuk kopi yang gilingannya agak kasar ya.
Hemmm, kayaknya mesti beli bubuk kopi baru nih.
Overall, saya puas banget dengan espressomaker ini.
Thanks banget untuk teman saya, Jo, yang ikut andil dalam memberi pencerahan bagi saya tentang kopi.
No comments:
Post a Comment