02 August 2004

COFFEE CUPPING - CASWELL

Caswell's
Jl. Kemang Utara 19 A
Jakarta
Tel: 021-719-0280

Acara coffee cupping dimulai dengan "Kuliah Pagi di Hari Sabtu"dengan mata pelajaran Pengetahuan Dasar Mengenai Kopi yang diterangkan oleh "Pak Dosen" Eris dari Kampus Caswell's Mom…hehehehehee….

Kopi pada umumnya terbagi 2 jenis, yaitu arabika dan robusta. Indonesia sendiri adalah penghasil kopi robusta sebanyak 80 % dan arabika 20 %. Selain itu, ada pula jenis Maragocef (ini nulisnya bener gak sih) alias kopi gajah, karena bentuknya yang lebih besar dari ukuran biji kopi biasa. Jenis yang lain adalah Liberica dari Liberia.

Perbedaan robusta dengan arabika adalah biji nya robusta berbentuk bulat dan bergaris tengah lurus, sedangkan biji arabika berbentuk lonjong dan bergaris tengah bergelombang. Pohon dari robusta sendiri tingginya mencapai 10 meter dan tumbuh di areal yang terletak kira-kira 80 meter diatas permukaan laut, sedangkan pohon dari arabika tingginya hanya mencapai kira-kira 6 meter dan tumbuh di areal yang berada 1200 meter diatas permukaan laut. Soal kafein, robusta memiliki 2,8 % sampai 4 % kandungan kafein, sedangkan arabika hanya mempunyai 1 % sampai 1,7 % kandungan kafein.

Dari sini bisa ditarik garis kenapa arabika sering disebut sebagai "wine" nya kopi. Harganya pun mahal, yaitu Rp. 60.000 / 120 gram, dibandingkan dengan robusta yang hanya berharga Rp. 15.000 /120 gram nya. Oleh karena itu, robusta paling banyak di pake sebagai bahan dasar untuk pembuatan kopi instant. Karena kalo untuk kopi instant yang dipake adalah arabika, berapa banyak tuh kopi arabika yang dipake demi mencapai kadar kafein yang di inginkan serta harganya yang pasti sangat mahal.

One of the best kopi di Jawa berasal dari Jember, yang namanya Java Jampit. Untuk yang lain, maaf….saya lupa tuh.

Soal roasting alias goreng-menggoreng biji kopi, yang tertinggal dikepala saya cuma French Roast dan Italian Roast. French Roast itu warnanya medium alias coklat, sedangkan Italian Roast itu dark to medium, dari hitam ke coklat. Yang ini perlu di explore lagi, takut salah. Abis gak nyimak sih…heheeheheeee…..

Soal aroma, ternyata kopi Indonesia lebih beraroma ke arah light chocolate, sedangkan kopi dari dataran di Amerika ber aroma nutlight dan kopi dari dataran Afrika beraroma lebih fruity, acid dan sweet.

Soal ngopi, ternyata espresso lebih aman daripada kopi tubruk. Soalnya, di dalam espresso hanya terkandung 90 miligram kafein, sedangkan kafein di kopi tubruk bisa mencapai 160 miligram. Ini karena cara pembuatan espresso yang uap air panasnya yang "sekedar" lewat doang diantara biji kopi, sedangkan kopi tubruk itu kan diaduk di dalam gelas dengan air panas dan diendapkan untuk waktu yang lama. Nah kafein di dalam kopi tubruk ini lah yang keluar terus selama bubuk kopinya mengendap di gelas ini. Serem deh ah…

Kafein ternyata baru bereaksi di dalam tubuh 75 menit setelah kita mengkonsumsi kopi dan akan bertahan ditubuh selama 8 jam. Auwww…..

Nah, setelah itu, mata pelajaran selanjutnya yang di ajarkan masih dengan dosen yang sama adalah mata pelajaran "Coffee Cupping".

Coffee Cupping itu ya sama aja artinya dengan Coffee Tasting, yaitu mengenali kopi lebih dalam dari warna, aroma, rasa, dll.

Sebelum sesi cupping dimulai, Mas Eris udah wanti-wanti untuk menyeruput kopinya dengan cepat, sehingga semua syaraf lidahnya bekerja. Ini karena syaraf lidah kita itu mengenali beberapa rasa ditempat tertentu, seperti lidah bagian ujung depan yang merasakan manis, bagian samping kiri kanan yang merasakan asam, bagian tengah depan yang merasakan asin serta bagian tengah belakang yang merasakan pahit. Jadi supaya semua rasa terdeteksi, maka kita harus terbiasa untuk menyeruput kopi dengan cepat dan berbunyi…..prrruuuutttt…….heheheheheeeee………

Di depan masing-masing peserta, ada 4 tatakan yang berisi 2 jenis kopi yang belum dan sudah digoreng, lalu ada satu gelas untuk membuang segala ampas kopi, 2 gelas yang berisi bubuk kopi yang akan kita pake untuk cupping dan satu gelas air putih untuk menetralisir rasa kopi di mulut. Ada juga 2 carik kertas, kertas pertama berisi tabel untuk mengukur kopi itu sendiri, mulai dari tabel aroma dan rasa, sampe tabel tingkat kerusakan kopi. Kertas kedua adalah form untuk cupping itu sendiri yang memuat Agtron number alias tingkat kegosongan, fragrance, aroma, acidity, flavor, body, aftertaste, dan cupper's points.

Kata mas Eris, proses dari agtron sampai aroma dapat dilakukan barengan, sedangkan proses selanjutnya harus dipisah antara kopi A dan B. Ini untuk menghindari kontaminasi rasa antara satu kopi dengan lainnya.

Satu hal, kami tidak diberitahu jenis kopi apa saja yang kami pakai untuk cupping ini. Katanya Mas Eris sih agar penilaian kita terhadap kopi nya netral.

Lain hal, semenjak saya duduk di meja dan selama mendengarkan perkuliahan tentang kopi ini, saya terus menerus ngunyahin biji kopi yang ada di depan saya, tentunya yang udah dimasak ya. Entah sampe berapa biji, mungkin lebih dari 15 butir kali. Abis enak sih...kriuk....kriuk.....

Awalnya, kami diminta untuk melihat tingkat kegosongan dari 2 kopi A dan B. Point untuk tergosong adalah 25. Penilaian saya untuk kopi A adalah 60 (gak terlalu gosong) dan kopi B adalah 50 (agak-agak sedikit gosong). Mas Eris buka rahasia bahwa proses roasting 2 kopi ini hampir sama yaitu medium.

Selanjutnya, soal fragrance, pointnya adalah 1 sampai 10. Penilaian saya untuk kopi A adalah 3, karena baunya yang soft dan kurang nendang. Sedangkan kopi B ber-point 7 karena bau nya yang kuat.

Sebelum lanjut ke aroma, 2 gelas yang berisi bubuk kopi itu pun diseduh dengan air panas. Lalu mulai deh kita ngaduk-ngaduk dan sibuk ngambilin biji kopi yang ngambang di permukaan gelas.

Soal aroma, pointnya tetep 1 sampai 10. Saya menilai kopi A dengan point 8 dan kopi B dengan point 4. Ini karena ternyata kopi A, setelah diseduh, baunya jadi enak dan kadang-kadang ada sedikit bau cabe menyeruak di sela-sela saya sniffing. Sedangkan kopi B, setelah diseduh, bau nya jadi agak kurang ya di hidung saya.

Nah, setelah proses mengenali aroma, kami hanya boleh meneruskan cupping antara kopi A dan B secara terpisah.

Menurut penilaian saya, kopi A acidity nya berpoint 3 karena rasanya yang soft. Enak sekali rasanya di mulut saya yang memang menyukai kopi tubruk tanpa gula. Untuk flavor, yaitu perpaduan antara aroma dan rasa, kopi A berpoint 7 (agak outstanding), karena baunya yang sangat spicy dan rasanya yang sangat smooth. Untuk body, saya menilai kopi A dengan angka 4 karena mulut saya merasakan "light' nya kopi ini. Setelah di teguk, aftertaste dari kopi A ini adalah 4, karena setelah hilang ke tenggorokan, saya tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Gak ada rasa yang tertinggal di mulut.

Sedangkan kopi B, urutan penilaian saya mulai dari acidity, flavor, body dan afttertaste adalah 7, 5, 9, dan 7. Ini karena kopi B kadar keasaman nya yang cukup terasa di mulut. Soal flavor, kopi B ternyata biasa aja ya aroma dan baunya ketika diminum. Tetapi bodynya kopi B saya akui cukup berat karena terasa sekali kekentalan kopi nya di mulut saya. Setelah diteguk habis, ternyata kopi B masih meninggalkan rasa beberapa menit di mulut saya. Ini mungkin karena karakter nya kopi B yang strong dan deep ya.

Akhirnya, pada penilaian akhir, saya kok lebih menyukai kopi A yang spicy dan smooth daripada kopi B yang strong dan deep.

Pada sesi terakhir, Mas Eris buka rahasia bahwa jenis kopi A adalah Java Jampit dan jenis kopi B adalah Mexico Organic.

Akhirnya, sesi coffee cupping ini pun berakhir, yang dilanjutkan dengan nge-sandwich di tempat yang sama. Sandwich nya enak-enak deh, dan ukurannya itu lho yang sangat tidak manusiawi bagi yang sedang diet....heheheheee......

Terima kasih saya terutama untuk "Pak Dosen" Eris (yang sangat telaten ngajarin kita-kita soal kopi) serta mbak Linda (ikutan jadi seksi repot) dari Caswell's, dan juga untuk para peserta yang datang ke acara ini, yaitu Diniarty Pandia, Siska Yuanita, Hetih, Sita Dewayani, Bulan Sastranegara (yang ternyata sejatinya adalah wanita tulen.....hehehehehe), Henry Santoso, Febi, Icil (Sure you can do...the healthy diet....heheehehee), Herlina Pertiwi, serta Tonny Widjaja (yang kakeknya punya pabrik kopi) dan sang istri tercinta, Fenti, yang juga sekalian ngeboyong baby nya yang katanya juga suka ngopi. Wah...mau ngalahin saya ya???

Salam,
Astrid


No comments:

Post a Comment