19 April 2014

Inspirasi dari Buku "Four Agreements" di Dalam Hidupku

Buku “Four Agreements” yang ditulis oleh Don Miguel Ruiz ini turut mewarnai sejarah hidupku dan menjadi suatu buku yang wajib kubaca setiap saat kala diperlukan karena isinya mampu menginspirasi aku untuk mengambil sikap dalam beberapa situasi di dalam hidupku, baik yang berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain.

Pada tahun 2012, setelah beberapa tahun aku berlatih yoga, akhirnya aku memutuskan untuk mewujudkan niatku menjadi guru yoga dengan mengikuti pendidikan tentang yoga di sebuah sekolah yoga di Bali. Pada saat itu, aku memang bermimpi dan bercita-cita menjadi guru yoga, karena yoga adalah kegiatan fisik dan spiritual yang paling aku senangi dan aku merasa yoga telah menjadikanku pribadi yang lebih baik dengan jiwa dan raga yang sehat. Pada saat itu, aku bercita-cita untuk ikut membagikan kebaikan tentang yoga ini kepada semua orang sebagaimana halnya yang telah dilakukan oleh para guru yogaku, yaitu dengan mengajarkan yoga kepada sesama manusia.

Sebelum aku memulai sekolah yogaku di Bali, aku mohon pamit kepada beberapa orang yang kusayangi. Mereka semua merestui keinginanku, namun salah satu dari mereka menyatakan keraguannya dengan mengatakan bahwa yoga bukanlah suatu karir (yang baik). Pada saat mendengar hal itu, tentu saja hatiku agar remuk redam. Namun aku mengerti bahwa jabatan sebagai “Guru Yoga” tidaklah terdengar semengesankan dan semewah jabatanku dulu sebagai “Wartawan”, “Konsultan Keamanan”, “Editor Majalah”, dan “Manajer Media Sosial”.

Dibalik semua kekecewaan tersebut, aku tetap berangkat ke Bali dan meneruskan cita-cita dan keinginanku untuk bersekolah yoga. Selama 2 bulan di sekolah yoga ini, aku merasakan betul proses “pemurnian” di dalam diriku, baik melalui proses belajar, latihan, dan juga termasuk melalui beberapa buku yang aku harus baca sebagai salah satu tugas wajib di sekolah ini.

Salah satu bukunya adalah “Four Agreements” yang ditulis oleh Don Miguel Ruiz. Di dalam buku ini terdapat panduan bagi pembacanya dalam menyikapi diri sendiri dan orang lain dengan tujuan agar mereka dapat hidup di “surga” yang mereka ciptakan sendiri melalui sikap dan perkataan mereka, menciptakan “surga” bagi orang lain dan menghindar dari “neraka” yang diciptakan oleh orang lain.

Salah satu “perjanjian” yang menarik adalah mengenai “Jangan mengambil semuanya secara pribadi”, atau kalau dalam bahasa gaulnya adalah jangan terlalu sensitif terhadap sikap dan perkataan orang lain terhadap kita. Dari sini aku belajar bahwa mungkin keraguan orang tersebut atas keinginanku menjadi guru yoga karena orang tersebut dulunya tak punya kesempatan untuk membuat cita-citanya menjadi kenyataan, sehingga dia merasa bahwa orang lain pun tak akan pernah bisa membuat cita-citanya menjadi kenyataan. Mungkin juga bahwa orang tersebut merasa bahwa mustahil bagi diriku menjadikan status guru yoga sebagai pekerjaan utama yang dapat menghidupi diriku sendiri.

“Perjanjian” lain yang menarik di buku ini adalah mengenai “Selalu lakukan yang terbaik”. Banyak hal yang dapat ditarik dari “perjanjian” ini, termasuk melakukan persiapan sebaik mungkin. Hal ini sangat berguna bagiku dalam hal menjalankan karirku sebagai guru yoga. Dari peristiwa diatas, akhirnya aku memutuskan untuk berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik ketika belajar di sekolah yoga di Bali, sehingga aku dapat lulus dengan baik pula dan dapat menjadi guru yoga yang baik. Dan di dalam karirku sebagai guru yoga, hal ini kulakukan bukan hanya sebagai pembuktian terhadap orang yang meragukan keberhasilanku dalam karirku sebagai guru yoga, namun juga sebagai bentuk pertanggungjawabanku terhadap semua klien yang aku tangani.

Pada akhirnya, dari buku ini, aku belajar bahwa aku tidak perlu memikirkan apa pendapat orang lain terhadap diriku, selama aku dapat mengerjakan pekerjaan dan kewajibanku secara baik dan dapat mempertanggungjawabkan hal itu, dan tentunya selama aku tidak merugikan dan menyusahkan orang lain. Aku juga belajar untuk selalu melakukan dan menjadi yang terbaik dalam melakukan pekerjaan utamaku. Pekerjaan utamaku memang hanyalah seorang guru yoga, namun bila aku melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan keahlianku, maka aku rasa pekerjaanku yang biasa saja itu dapat menjadi terasa lebih istimewa. Dan hal inilah yang aku rasakan. Pekerjaan ini memanglah tidak mewah, namun sangat cukup bagiku untuk dijadikan sebagai sarana berbagi kepada sesama umat manusia.

Aku juga belajar dari orang yang tidak percaya akan kemampuanku itu bahwa aku tidak boleh bersikap seperti dia yang mengatakan sesuatu yang dapat menjatuhkan mental orang lain. Sejujurnya, mentalku sempat runtuh ketika mendengar perkataan orang tersebut, namun aku cukup beruntung dikaruniai sifat yang masa bodoh dengan pendapat orang dan malah makin gigih dalam mencapai apa yang kucita-citakan. Di dalam buku ini sebetulnya juga tercantum “perjanjian” yang lain, yaitu tentang “Berkata-katalah dengan ucapan yang sempurna dan tidak mencela”, yang berarti bahwa kita harus selalu mengucapkan kata-kata yang positif, baik dan mendukung. Dan belajar dari peristiwa diatas, maka perjanjian yang satu ini akan kupakai sebagai sikap positifku terhadap diri sendiri maupun orang lain dalam kehidupanku sehari-hari.

Buku ini menjadi buku wajibku yang selalu kubaca berulang-ulang agar sikapku dan perkataanku dapat menjadi surga buat orang lain, dan agar neraka yang diciptakan oleh orang lain tidak menjadi nerakaku.

Ad Maiorem Dei Gloriam
Iesus Hominus Salvator




Devosi Kepada Maria - Nuestra Senora: Ratu dan Ibu Kita

Catatan: Tulisan ini adalah catatan pribadiku yang kubuat sebagai pekerjaan rumah dari Kursus Latihan Doa dan Hidup Rohani pada minggu ke empat yang kuikuti di gereja. Karena ini hanyalah pekerjaan rumah dari sebuah kursus, jadi tolong tulisan ini dibaca dengan pikiran dan hati yang terbuka, tanpa ada prasangka apa pun terhadap maksud dan tujuanku menulis tulisan ini. Terima kasih.

----------

Tuhan, Sang Tabib dan Penyembuh Dalam Hidupku

Beberapa tahun sebelum aku mulai rajin beribadah ke gereja, ada salah satu bagian di dalam tubuhku yang terasa sakit, seperti ada sebatang besi yang tertancap di bagian tersebut dan seperti ada semut-semut yang berjalan bolak-balik di bagian tersebut. Aku ingin sembuh dari rasa sakit tersebut, namun entah kenapa, aku tidak memiliki waktu untuk pergi ke dokter untuk memeriksakan rasa sakit tersebut. Hal ini bukanlah kesengajaan yang kukerjakan karena tidak mau ke dokter. Pada saat itu, aku mencoba menghilangkan rasa sakit itu dengan berlatih yoga. Dalam pikiranku saat itu, kalau aku bisa meringankan rasa sakit yang dialami oleh para murid yogaku, tentu aku juga harus bisa menghilangkan rasa sakitku sendiri. Rasa sakitnya memang bisa berkurang, namun belum bisa hilang dan selalu timbul terus. Bahkan di dalam intensi Doa Bulan Purnama yang merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Yogaku pada tahun 2012, meminta kesembuhan atas rasa sakit ini adalah hal pertama yang kutulis di dalam daftar doaku.

Dilain hal, dulu aku juga memiliki luka batin yang sangat menggangguku. Setiap kali mengingat seseorang, rasanya aku ingin marah. Jangankan mengingat wajahnya, mendengar namanya saja sudah bisa membuat aku kesal. Aku memiliki luka batin ini jauh lebih lama dari rasa sakit di dalam tubuhku yang telah kujelaskan diatas. Untuk luka batin yang ini, dulu aku tak pernah punya rencana untuk memaafkannya.

Pada bulan November 2013, beberapa saat sebelum aku dibaptis pada bulan Desembernya, aku merasakan keajaiban yang luar biasa atas dua luka di dalam tubuhku yang kusebutkan diatas. Yang pertama adalah bahwa aku merasakan betul bahwa rasa sakit di bagian tubuhku itu telah hilang begitu saja. Iya, aku tiba-tiba sembuh! Dan yang kedua, pada saat mengucapkan doa kepada sesama yang harus menyebutkan nama dari orang-orang yang kudoakan, entah kenapa, tiba-tiba nama orang yang membuatku marah tersebut begitu saja terucap dengan lancar tanpa aku merasa ada kemarahan sama sekali di dalam hatiku. Dan aku menyebut nama lengkapnya! Aku pun sempat berhenti berdoa karena aku kaget sendiri. Bagaimana bisa aku menyebut nama orang ini dengan lengkapnya tanpa rasa marah? Tuhan rupanya begitu baiknya mau menyentuhku dengan menyembuhkan aku dan menghibur aku sehingga rasa sakitku hilang dan aku mau memaafkan orang yang membuatku marah.

Tuhanku memang luar biasa! Dia adalah dokter terhebat di alam semesta ini yang mampu menyembuhkan aku melalui caranya yang istimewa sekali!

Terima kasih, Tuhanku, Engkau begitu baik sekali kepadaku! Engkau mau turun sendiri untuk menyentuhku dan menyembuhkan luka fisikku dan luka batinku. Aku merasakan betul bahwa Engkau menjamahku dengan istimewa sekali. Engkau mengambil rasa sakit dan rasa lukaku, dan Engkau menggantikannya dengan rasa suka cita dan permaafan. Engkau bagaikan air yang menetesi sebuah batu yang keras. Engkau menetesi aku dengan air cintamu yang penuh kasih yang melembutkan kepala dan hatiku sehingga menjadi pasir putih yang halus dan lembut. Tuhan, Engkaulah dokterku yang paling terbaik di alam semesta ini. Semoga kesembuhan yang Engkau berikan kepadaku dapat membuat jiwaku tenteram dan damai. Tuhan, bila Engkau berkenan, aku mohonkan ijin-Mu untuk membagikan berkat kesembuhan ini kepada sesamaku di dunia ini. Aku juga ingin agar semua makhluk hidup di bumi ini hidup tanpa rasa sakit. Semoga aku selalu punya kemurahan hati untuk meringankan rasa sakit makhluk hidup di dunia ini melalui tanganku atau pun melalui doa-doa yang kupanjatkan kepada-Mu.


Maria – Sang Ratu

Ibu Maria adalah bagian dari pertumbuhan iman di dalam hidupku. Ia datang melalui doa Salam Maria yang ku ucapkan kala aku merasa kosong, sepi dan sendiri. Bersama Bapa di Surga, Yesus Kristus dan Roh Kudus, Sang Ratu Maria membawaku pada kunjungan pertamaku di saat dewasa ke gereja. (Catatan: Kunjungan ke gereja di saat dewasaku bukanlah pengalaman pertamaku masuk ke gereja. Waktu aku sekolah, aku telah sering berkunjung ke gereja, karena sekolahku adalah sekolah Katolik).

Keberadaan Sang Ratu Maria di sisi Tuhan Yesus setiap saat sampai ajal-Nya juga telah membuatku melihat kembali kepada hubunganku dengan ibuku sendiri. Waktu aku masih kecil, ibuku adalah sang malaikat penolong yang rela menggendongku berkeliling komplek untuk mengantarkan aku yang sakit gigi ke dokter. Hal ini masih teringat betul di dalam pikiranku. Ibuku adalah salah satu orang pertama yang memberikan ijin ketika aku menyatakan ingin menjadi pengikut Yesus Kristus dan menjadi orang Katolik. Di saat itu, aku merasakan betul bentuk kehadiran Sang Ratu Maria di dalam diri ibuku. Dua sosok ini sama-sama memiliki hati yang luas dan penuh kerelaan. Sang Ratu Maria merelakan dirinya untuk menjadi tempat awal mula dan bertumbuhnya Yesus Kristus. Ibuku merelakan aku untuk memiliki keyakinan yang tidak sama dengan keyakinan yang dimilikinya.
Ibuku, terima kasih ya, untuk izin dan keikhlasanmu. Semoga Tuhan selalu melindungi dan menyayangimu.

Dan sejak aku mulai rajin beribadah ke gereja, aku mulai sering mengucapkan Doa Rosario sambil membayangkan bahwa Sang Ratu Maria sedang ada bersamaku. Doa Rosario mampu membuat diriku merasa tenang dan damai, bahkan di saat-saat aku merasa cemas. Aku mengucapkan Doa Rosario ketika menunggu taksi, di tengah kemacetan di ibukota Jakarta ini, saat sebelum tidur, dan lain-lain. Doa Rosario sangat mampu meredamkan kecemasanku, menambah kesabaranku, menenangkan aku sehingga aku dapat tidur dengan lebih nyenyak, dan lain-lain. Aku sangat bisa merasakan bahwa Sang Ratu Maria memelukku dengan erat dan membisikkan kata-kata bahwa aku tak perlu kuatir tentang hal apa pun di dunia ini selama aku percaya akan kasih Tuhan kepadaku.

Doa Salam Maria juga selalu menyertaiku, selain doa Bapa Kami dan Kemuliaan, ketika aku mengajar Yoga, baik di awal, di tengah maupun di akhir kelas. Aku selalu ingin agar Sang Ratu Maria berada di sisiku agar Sang Ratu dapat membagikan sifat keibuannya kepadaku, sehingga aku dapat mempergunakan ilmu dan kemampuanku seluas-luasnya untuk merawat kebaikan dan kesehatan dari murid-muridku.

Di dalam bayanganku, Sang Ratu Maria telah menjadi sumber rasa tentram dan damai di dalam diriku, menjadi pelindungku dari segala mara bahaya dan menjadi panutan dalam hal mengasihi dan menyayangi sesama makhluk hidup.

Bunda Maria, terima kasih bahwa Engkau telah mau hadir di dalam hidupku dan menemani aku di dalam segala aktifitasku. Bunda Maria, tolonglah aku dan doakanlah aku.


Pejiarahan Rohani Menuju Tuhan

Sang Ratu Maria adalah manusia yang penuh kerelaan menerima apa pun kehendak dari Bapa di Surga. Dengan kerelaannya inilah, maka Yesus ada, datang dan menjadi menjadi Guru bagi pengikut-Nya.

Sedangkan aku dulu adalah yang manusia yang keras dengan kehidupan yang terasa cepat, mewah, sibuk, penuh ketegangan, penuh persaingan dan rasanya tak ada kesempatan untuk berhenti sejenak untuk bernafas, mendamaikan diri dan mendengar kehendak Tuhan. Dan akhirnya, aku menemukan suatu titik dimana aku harus berhenti sejenak untuk mendengarkan Tuhan. Sebenarnya, Tuhanlah yang menginginkan aku untuk berhenti sejenak agar aku dapat mendengar suara-Nya dan menyadari bahwa jiwaku yang dulu itu kosong dan hampa. Di titik perhentian inilah, aku bertemu dengan Tritunggal Maha Kudus yang mengajakku untuk masuk ke dalam rumah mereka yang nyaman.

Sekarang ini, aku adalah manusia yang “lentur” dalam menyikapi hidup ini dengan kehidupan baruku yang terasa pelan, sederhana, rileks, penuh ketenangan dan penuh persahabatan. Dan aku selalu memiliki waktu untuk berhenti sejenak untuk bernafas, berpikir, melihat kembali segala langkahku yang telah kuambil dan mendengarkan kehendak Tuhan. Ternyata aku baru menyadari bahwa berkat dari Tuhan yang paling besar adalah jiwa yang tenang, hati yang damai dan wajah yang penuh suka cita. Berkat yang datang tak perlu harus berkat yang besar dan mewah, justru berkat yang baik bagiku adalah yang datang dalam bentuk kecil dan sederhana, namun ada tersedia setiap hari.

Seorang sahabat dekat yang jiwa dan indra ke enamnya sangat sensitif karena seringnya melakukan meditasi juga mengatakan bahwa Tuhan telah begitu baiknya mempersiapkan dan memperbaiki fisikku melalui jalan Yoga, sehingga jiwaku pun akhirnya terbentuk dan siap menyambut agama baru yang membuat diriku menjadi manusia yang bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik.

Terima kasih, Sang Ratu Maria, yang telah menjadi teladan bagiku agar aku selalu mau mendengarkan kehendak dari Bapa di Surga.

Ad Maiorem Dei Gloriam
Iesus Hominus Salvator


17 April 2014

Devosi Kepada Ekaristi - Bukti Cinta-Nya yang Paling Besar

Catatan: Tulisan ini adalah catatan pribadiku yang kubuat sebagai pekerjaan rumah dari Kursus Latihan Doa dan Hidup Rohani pada minggu ketiga yang kuikuti di gereja. Karena ini hanyalah pekerjaan rumah dari sebuah kursus, jadi tolong tulisan ini dibaca dengan pikiran dan hati yang terbuka, tanpa ada prasangka apa pun terhadap maksud dan tujuanku menulis tulisan ini. Terima kasih.

----------

Tulisan ini dibuat berdasarkan atas inspirasi dari Bacaan Kitab Suci yang dipilih: MARKUS 6: 30 – 44 (YESUS MEMBERI MAKAN LIMA RIBU ORANG)

Perayaan Ekaristi adalah salah satu hal penting di dalam hidup ke-Katolik-anku, karena melalui perayaan Ekaristi inilah aku bisa merasakan sekali kemesraanku dengan Tuhan yang dirayakan dalam suatu pesta yang romantis. Bagiku, perayaan Ekaristi ini adalah suatu kencan religius dengan Sang Cinta dari kehidupan itu, yaitu Tuhan.

Tuhan, Dirimu mengawali kencan religius yang romantis ini dengan menjadi Kekasih Yang Bijaksana melalui sapaan ramah-Mu yang dinyatakan lewat sabda-sabda-Mu yang mengajariku tentang siapa diri-Mu dan tentang kehidupan yang Kau berikan kepada semua ciptaan-Mu. Sabda-Mu selalu bermakna dan indah. Cinta, kasih dan pengampunan adalah yang Kau ajarkan kepada semua ciptaan-Mu. Tiga hal itulah yang Kau curahkan kepadaku setiap hari terus-menerus sampai aku tak sanggup menampungnya. Kekasihku Yang Bijaksana, berilah aku kemampuan untuk membagikan tiga berkat dari-Mu, yaitu mencintai, mengasihi dan mengampuni, kepada sesama makhluk hidup di alam semesta ini.

Pada saat pemecahan roti dan penuangan anggur, aku merasakan bahwa Tuhan Yesus adalah Kekasih Yang Baik Hati yang mau melayani aku untuk menyiapkan makanan dan minuman yang akan dinikmati oleh Dikau Sang Kekasih dan aku dalam sebuah kencan religius yang sangat mesra ini. Terbersit didalam hatiku, bila Kekasihku Yang Baik Hati ini rela melayani aku, maka aku pun ingin diberi sebuah kerelaan untuk melayani-Mu. Kekasihku Yang Baik Hati, berilah aku kemampuan untuk melayani-Mu, memuaskan-Mu dan menyenangkan hati-Mu di dalam kehidupan sehari-hariku melalui segala tindakanku dan perbuatanku kepada sesama makhluk hidup di alam semesta ini.

Dulu, sebelum dibaptis, aku belum boleh menikmati roti dan anggur bersama Dirimu, Kekasihku Yang Mulia. Dirimu menggantinya dengan berkat tanda salib atau tumpangan tangan di dahiku. Pada saat itu, sudah cukup bagiku menerima berkat-Mu dengan cara seperti itu. Aku bisa merasakan daya penyembuhan dari-Mu yang mengalir dari dahiku dan kepalaku yang kemudian menyebar ke seluruh tubuhku, sama seperti halnya ketika Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang tak melihat dan tak mendengar. Aku bisa merasakan sekali bahwa Kekasihku Sang Penyembuh telah benar-benar hadir di dalam diriku untuk menyembuhkan diriku. Aku pun kemudian sembuh dan lepas dari rasa sakit yang telah hidup bersamaku selama bertahun-tahun.

Di dalam kehidupanku sehari-hariku, aku mempergunakan ilmuku dan tanganku untuk membantu sesamaku melepaskan hal-hal yang tidak penting di dalam tubuh mereka dan membantu proses penyembuhan mereka atas rasa sakit yang mereka rasakan melalui terapi Yoga dan terapi sentuhan kasih sayang yang bernama terapi CranioSacral. Namun Kekasihku Yang Mulia begitu baik hati mau memberikan kekurangan pada diriku sehingga aku tidak bisa menyembuhkan diri sendiri dengan tanganku sendiri, supaya Dirimu sendiri bisa datang padaku, menjamahku secara pribadi dan menyembuhkanku. Aku tetap memerlukan tangan-Mu, Kekasihku Yang Mulia, melalui perayaan Ekaristi ini, agar aku bisa sembuh dari rasa sakitku.

Kekasihku Sang Penyembuh, terima kasih telah memberikan kekurangan pada diriku sehingga Dirimu dapat datang sendiri untuk menjamahku dan menyembuhkan aku. Kekasihku Sang Penyembuh, terimakasih telah memberikan kesempatan padaku untuk melihat wajah-Mu yang penuh keindahan dan kebaikan yang memberikan kebahagiaan dan kesembuhan bagiku. Dengan segala cintaku pada-Mu, terima kasih telah memberkati, menyayangi, menyembuhkan dan menyelamatkan diriku.

Setelah dibaptis, akhirnya aku dapat menikmati roti dan anggur bersama Tuhan, Sang Kekasih Muliaku. Roti yang kecil itu memberi kekuatan pada jiwa dan ragaku bagaikan fondasi beton yang menegakkan sebuah bangunan, sedangkan anggurnya menyegarkan jiwa dan ragaku bagaikan air yang menyirami gurun pasir yang kering. Roti dan anggur merupakan tanda bahwa Kekasihku Yang Mulia telah benar-benar hidup di dalam diriku. Rahmat, karunia dan berkat-Mu telah hadir di dalam jiwa dan ragaku. Seperti ketika Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang dengan 5 roti dan 2 ikan, maka aku selalu berharap bahwa roti kecil dan secelup anggur yang kumakan dan kuminum itu dapat kubagikan lagi ke makhluk hidup di sekelilingku. Aku percaya bahwa setitik rahmat, karunia dan berkat dari-Mu justru dapat menjadi berlipat ganda jumlahnya bila terus menerus dibagikan ke sekelilingku. Aku percaya bahwa berbagi membuat aku semakin kaya. Semakin dibagi, semakin mendapatkan banyak. Kekasihku Yang Maha Pemurah, berilah aku jiwa yang rela dan mau berbagi kepada sesama makhluk ciptaan-Mu agar segala kebaikan-Mu dapat tergenapi di bumi ini.

Pada saat bersalaman dengan umat-Mu untuk saling menyebarkan perdamaian, Kekasihku Yang Penuh Dengan Kedamaian mengajarkan kepadaku bahwa aku yang diciptakan dengan setitik cinta ini harus dapat menjadi pembawa damai bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Kekasihku Yang Penuh Dengan Kedamaian, semoga aku selalu menjadi pembawa damai bagi semua makhluk ciptaan-Mu di seluruh alam semesta ini.

Pada saat menyanyikan beberapa lagu yang aku kenal di perayaan Ekaristi, aku bisa merasakan suatu enerji yang mengalir naik dari telapak kakiku ke mahkota kepalaku. Rasanya luar biasa indah sekali! Bahkan ketika aku membayangkan kehadiran-Mu, Kekasihku Yang Baik Hati, tubuhku terasa hangat sekali dan bibir ini tak henti-hentinya ingin tersenyum. Apa pun yang aku pandang terlihat sungguh terang dan indah sekali semuanya. Kekasihku Yang Baik Hati, terima kasih telah hadir di dalam diriku dengan cara-Mu yang indah sekali. Semoga enerji yang datang tersebut adalah tanda kehadiran-Mu di dalam tubuhku. Kalau pun itu bukan diri-Mu, tolong kirimkan Para Roh Kudus-Mu untuk menjagaku.

Setelah perayaan Ekaristi berakhir, aku merasakan kebahagiaan telah bertemu dengan Kekasihku Yang Baik Hati dalam sebuah kencan perjamuan makan yang romantis sekali. Kekasihku Yang Baik Hati, terima kasih atas segala segala Berkat-Mu, Firman-Mu dan Tubuh-Mu yang masuk dan mengalir di dalam diriku. Semoga Dirimu, Kasih-Mu dan Cinta-Mu tetap hidup di dalam diriku dan semoga aku dapat membagikannya kembali ke sesama makhluk hidup di alam semesta ini.

Kekasihku Yang Mulia, biarkan aku melihat kebaikan di dalam diri-Mu dan merasakan keindahan mencintai-Mu setiap hari, agar aku bisa membagikannya kembali ke sesama makhluk hidup di alam semesta ini ini. Sang Maha Terang, terangilah wajahku dengan sinar cahaya wajah-Mu, agar sinar cahaya tersebut dapat kupantulkan ke sesama makhluk ciptaan-Mu di alam semesta ini, sehingga yang sakit dapat sembuh dan dunia ini terbebas dari rasa sakit dan patah hati. Penuhilah aku dengan Roh Kudus-Mu dan anugerahilah aku dengan rahmat-Mu. Aku cinta pada-Mu, Kekasihku Yang Mulia. Amin.

Ad Maiorem Dei Gloriam
Iesus Hominus Salvator

16 April 2014

Devosi Kepada Allah Kristus - Ditempatkan di Samping Putera

Catatan: Tulisan ini adalah catatan pribadiku yang kubuat sebagai pekerjaan rumah dari Kursus Latihan Doa dan Hidup Rohani pada minggu kedua yang kuikuti di gereja. Karena ini hanyalah pekerjaan rumah dari sebuah kursus, jadi tolong tulisan ini dibaca dengan pikiran dan hati yang terbuka, tanpa ada prasangka apa pun terhadap maksud dan tujuanku menulis tulisan ini. Terima kasih.

----------

Tulisan ini dibuat berdasarkan atas inspirasi dari Bacaan Kitab Suci yang dipilih: MAZMUR 34 (DALAM PERLINDUNGAN TUHAN)

*** Catatan: Aku mengenal ayat ini sebagai bacaan setelah melakukan pengakuan dosa yang pertama. Ayat ini berkesan sekali bagiku karena ayat ini mampu mengingatkan aku tanpa harus memaksa. Ayat ini sangat lembut dalam menggambarkan pencarian terhadap Tuhan. ***

Dulu, aku belum bisa menemukan-Mu, Tuhan. Ketika aku mulai rajin mengunjungi gereja dan memuji nama-Mu secara meriah bersama umat-Mu yang lain, aku mulai bisa merasakan kehadiran-Mu. Engkau telah benar-benar menarik aku ke dalam kerajaan-Mu ketika aku dibaptis. Ketika aku sudah berada di kerajaan-Mu, aku merasa yakin akan langkahku ke depan. Aku merasa bahagia sekali, Tuhan. Kebahagiaanku terhadap kehadiran-Mu membuat hidupku terasa ringan sekali. Betapa pun banyak rintangan dan kesedihan di dalam hidupku, aku tetap merasa bahagia, karena kehadiran-mu di dalam hidupku menguatkanku dan menghiburku. Aku merasakan kedamaian yang luar biasa dengan hidup bersama-Mu, Tuhan, baik di dalam doa, pekerjaan sehari-hari dan segala aktifitasku.

Tak berdoa kepada-Mu membuatku merasa tak nyaman. Bekerja tanpa mengikutsertakan diri-Mu di dalam pekerjaanku membuat pekerjaanku terasa kering. Melakukan sesuatu yang melanggar hukum cinta kasih-Mu membuat diriku merasa bersalah. Aku tanpa-Mu, Tuhan, adalah jiwa yang kosong, rapuh dan sedih.

Setiap hari, kerinduanku terhadap Bapa di surga dan Bunda Maria adalah keinginan agar Bapa dan Bunda Maria selalu menyertaiku di dalam setiap gerak langkahku. Aku ingin agar Bapa mau hidup di dalam hatiku untuk mengarahkan hidupku ke arah yang lebih baik lagi. Aku ingin agar Bunda Maria hadir dalam setiap perbuatanku kepada semua makhluk hidup di dunia ini agar perbuatanku itu penuh dengan sifat cinta dan kasih yang sama seperti yang dimiliki oleh Bunda Maria.

Kristus, inilah aku yang menjawab panggilan-Mu untuk menjadi pengikut-Mu. Sekarang aku sedang berusaha mengenal-Mu lebih dalam melalui doa yang kulantunkan setiap aku bernafas, pelajaran tentang dirimu dalam berbagai kursus di gereja dan pekerjaanku yang mengikutsertakan diri-Mu di dalamnya agar aku dapat lebih mencintai-Mu. Aku sadar bahwa dengan menjadi pengikut-Mu, maka aku punya kewajiban untuk melayani-Mu di dunia nyata melalui sesama makhluk hidup di dunia ini.

Tuhan, terima kasih untuk semua cinta, kasih dan perlindungan yang Kau berikan secara cuma-cuma kepada diriku. Aku bahagia sekali karena Tuhan menyempatkan diri untuk datang ketika aku mencari-Mu dan kemudian Kau mengajakku untuk mengikuti-Mu. Berilah aku kemampuan untuk membagikan kembali cinta, kasih dan perlindungan tersebut kepada sesama makhluk hidup di dunia ini. Amin.

Ad Maiorem Dei Gloriam
Iesus Hominus Salvator

15 April 2014

Devosi Kepada Allah Tritunggal - Kasih Personal Mendalam Bagi Tuhan

Catatan: Tulisan ini adalah catatan pribadiku yang kubuat sebagai pekerjaan rumah dari Kursus Latihan Doa dan Hidup Rohani pada minggu pertama yang kuikuti di gereja. Karena ini hanyalah pekerjaan rumah dari sebuah kursus, jadi tolong tulisan ini dibaca dengan pikiran dan hati yang terbuka, tanpa ada prasangka apa pun terhadap maksud dan tujuanku menulis tulisan ini. Terima kasih.

----------

Tulisan ini dibuat berdasarkan atas inspirasi dari Bacaan Kitab Suci yang dipilih: MAZMUR 103 (PUJILAH TUHAN, HAI JIWAKU)

Dalam perjalanan hidupku, Allah Tritunggal itu memang begitu baik. Namun dulu, aku tidak menyadari hal ini. Ketika aku mulai mengenal agama Katolik (dibaptis pada bulan Desember 2013), aku baru menyadari akan kasih Allah Tritunggal yang tiada batasnya ini. 

Bagaimanapun gelombang kehidupan yang menerpaku, selalu ada tangan-tangan baik yang menolongku. Aku percaya bahwa tangan-tangan baik itu tak akan datang tanpa kasih dan rahmat Allah Tritunggal di surga yang begitu besarnya terhadapku.

Sebesar apa pun kesalahanku dan dosaku, Bapa di surga selalu dan senantiasa memaafkanku dan menyelamatkanku. Bapa tak pernah membalaskan kesalahanku dan dosaku terhadapnya, seberat apa pun itu. Dia selalu membuka pintu dan kesempatan yang baik untukku. Bapa itu memang begitu baik dan sabar dan tidak pernah mendendam. 

Sakit di salah satu bagian tubuhku pun disembuhkan oleh para Roh Kudus melalui misa di Gereja dan berkat para Romo yang mulia dan terkasih yang menyentuh kepalaku, dahiku dan tanganku. Aku begitu mencintai Roh Kudus dan para Romo – para kekasih Tuhan yang mulia. Tuhan, berkatilah para Romoku agar selalu sehat dan bahagia sehingga dapat terus membagikan cinta dan berkat mereka kepada para umat-Mu.

Segila apa pun mimpiku, Tuhan Yesus selalu ada untuk menolongku untuk mewujudkan mimpiku. Cara-Nya mewujudkan mimpiku pun sangat luar biasa ajaibnya, namun aku percaya bahwa cara tersebutlah yang paling cocok untuk manusia seperti aku. Tuhan Yesus telah mempersiapkan tubuhku dan jiwaku, sehingga begitu mudah bagiku untuk menerima perubahan dalam kehidupanku yang sebenarnya adalah cara Tuhan Yesus mewujudkan mimpiku. Tuhan Yesus terkasih, aku mencintai cara-Mu mencintaiku.

Bunda Maria pun selalu menemani perjalananan sehari-hariku. Bersama Bunda Maria, aku menemukan beberapa keajaiban kecil yang membuka mataku atas adanya kasih sayang sang Bunda Maria. Melalui Doa Rosario, aku belajar untuk tidak membiarkan pikiranku kosong dan selalu mawas diri tanpa merasa tegang. Doa Rosario pun telah menenangkan kegelisahanku ketika mengarungi kemacetan di Jakarta. Hanya Bunda Maria yang tahu mengapa jalan yang tadinya macet kemudian menjadi sangat lancar setelah berdoa dengan Doa Rosario sebanyak satu putaran. Aku tak memerlukan keajaiban besar untuk percaya akan curahan kasih sayang dari sang Bunda Maria. Yang aku perlukan hanya sentuhan kecil sang Bunda Maria yang memenuhi relung hatiku. Terima kasih, Bunda Maria, atas curahan kasih sayangmu yang sederhana dalam kehidupan sehari-hariku. 

Karena kasih Tuhan yang begitu mendalam ini, aku pun menjadi begitu takut untuk melukai hati-Nya dan membuat-Nya merasa tidak senang. Aku pun berusaha menjauhi hal-hal yang mungkin tidak berkenan di hati-Nya. Karena kasih Tuhan yang begitu mendalam ini pula, aku merasa malu bila harus melakukan segala sesuatu yang dilarang-Nya. Aku malu pada Allah Tritunggal yang telah hidup di dalam tubuhku dan jiwaku. 

Aku ingin mencintai dan mengingat Allah Tritunggal ketika aku sehat, hidup dan bahagia, bukan hanya kala aku sakit, sedih dan hampir mati, karena aku tahu bahwa kasih dan cinta Allah Tritunggal kepadaku lebih luas daripada samudra yang biru, lebih tinggi daripada langit diatas kepalaku dan lebih dalam daripada inti bumi dibawah kakiku. Terima kasih, Allah Tritunggal. Aku mencintai-Mu, hai jiwaku! Amin.

Ad Maiorem Dei Gloriam
Iesus Hominus Salvator