08 August 2013

Raw Food Membuat Hidup Kita Lebih Baik

Saya dulunya adalah pecinta berbagai macam makanan yang ada di muka bumi ini. Namun belakangan, terutama sejak mengikuti sekolah Yoga dan Terapi CranioSacral di Bali, saya lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. 

Sayuran dan buah-buahan yang saya konsumsi ini kebanyakan mentah dan tidak dimasak. 

Kebiasaan baru saya ini menarik perhatian Soylution, bagian dari SoyJoy, untuk membahasnya dalam satu artikel khusus. 


Di bawah ini adalah isi dari artikelnya. Selamat membaca! 


-----------------------

RAW FOOD MEMBUAT HIDUP KITA LEBIH BAIK

Kita sudah sering mengetahui fakta tentang makanan raw food yang sangat sehat dan bisa melangsingkan tubuh dalam waktu singkat. Namun, belum banyak yang menyadari bahwa raw food juga bisa membentuk perilaku manusia yang lebih baik.

Kebanyakan dari mereka yang telah rutin mengonsumsi raw food, keegoisannya akan turun, sifat pemarah akan hilang, dan menjadi pribadi yang lebih tenang. Saya membuktikan sendiri  bahwa makanan yang bersifat hewani itu benar-benar mempengaruhi perilaku manusia.

Di dalam dunia spiritual, kalau kita makan sayuran dan buah-buahan yang belum diproses, kita akan mendapatkan tambahan zat, vitamin, serta oksigen, karena tanaman dan buah tersebut masih hidup. Bahkan, salah satu ajaran mengatakan kalau kita sering mengonsumsi makanan yang sudah dimasak, terutama daging, perut kita diibaratkan seperti kuburan. Oleh karena itu, raw food sangat dianjurkan di dunia yoga.

Pada dasarnya, raw food itu adalah makanan mentah yang tidak dimasak. Tapi perlu diingat, makanan mentah bukan berarti sembarang makanan, pilihlah sayur dan buah yang sudah matang secara alami (di pohonnya). Bahan makanan yang tergolong kategori raw itu terdiri dari sayur, buah, dan kacang-kacangan. Biasanya para raw foodist (sebutan bagi para penggemar raw food) memiliki alat pemanas untuk sekedar menghilangkan bakteri jahat yang masih melekat pada makanan tesebut. Nah, batasan suhu saat memanaskan makanan tidak lebih dari 46 derajat celcius.

Tapi, yang saya lakukan selama ini dalam mengonsumsi raw food hanya dengan mencuci dan mengeringkannya saja. Bakterinya gimana? Selama ini saya belum pernah merasakan efek dari bakteri ya. Makanya saya berusaha untuk memilih makanan yang kualitasnya baik dan tentu saja bersifat organik. Satu tips bagi Anda yang khawatir dengan pestisida, pilihlah buah atau sayur yang sudah dikupas, seperti semangka, pepaya, dan melon.

Efeknya Bagi Kesehatan

Banyak sekali manfaat yang didapat dari raw food. Pertama, karena raw food tidak mengandung zat tambahan seperti garam dan gula, maka bisa mengembalikan cita rasa di lidah. Karena penyedap rasa dan zat tambahan tersebut justru membuat lidah kita menjadi kebal. Raw food membuat lidah kita kembali ke titik nol.

Kedua, vitamin di dalam makanan raw food masih penuh. Vitamin di sayuran dan buah-buahan itu paling cepat diserap tubuh kita. Tidak hanya itu, proses pengolahan di lambung lebih cepat dicerna daripada bahan makanan lainnya.

Ketiga, detoksifikasi. Makanan yang bersih itu bisa berfungsi membersihkan usus dan organ tubuh lainnya. Lemak adalah bagian tubuh yang paling banyak hilang saat mengonsumsi raw food. Tidak ada batasan waktu dalam mengonsumsi raw food untuk detoks, namun biasanya dilakukan selama 3-7 hari. Tapi, kalau dalam 3 hari sudah terasa lemas, sebaiknya dihentikan saja.

Perlu diakui, raw food itu tidak cukup memenuhi kebutuhan gizi manusia. Jadi, Anda perlu mengonsumsi suplemen dan vitamin tambahan, terutama yang tidak terdapat di sayuran dan buah. Makan kacang-kacangan juga bisa Anda pilih seperti kedelai. Tempe dan tahu rebus boleh menjadi pendamping saat mengonsumsi raw food.

Apakah Raw Food Bisa Menjadi Tren di Indonesia?

Di luar negeri, tren raw food lagi tinggi banget terutama di Amerika. Di sana kan banyak sekali orang obesitas. Dulu, warga Amerika lebih memilih liposuction sebagai jalan pintas untuk membuang lemak dari tubuh mereka. Tapi tindakan ini justru berbahaya buat jantung, akhirnya mereka mulai meninggalkan cara ini dan memilih pengobatan natural seperti yoga dan raw food.

Nah, kalau di Indonesia saya pikir belum bisa menjadi tren. Karena yang saya tahu, beberapa restoran di Jakarta yang menyajikan raw food justru tutup. Uniknya, di Bali khususnya Ubud, banyak sekali restoran yang memiliki menu raw food. Mungkin karena di sana banyak orang asing dan komunitas yoga, jadi marketnya luas.

Terakhir, saya tidak pernah memaksa orang untuk menjadi penganut raw food. Kebiasaan makan raw food tidak harus dilakukan sepanjang hidup kita. Anda bisa saja mengatur strategi makan sesuai kemampuan tubuh. Anda bisa memilih metode ‘setengah raw food’, seperti yang saya lakukan sekarang. Jadi kombinasinya adalah makan buah dan sayur pada saat pagi dan malam hari, dan makan biasa dengan menu lengkap pada siang hari. Prinsip yang paling penting adalah, jangan sampai mengganggu kenyamanan tubuh kita.

Salam,

Astrid Amalia

Yoga Teacher & CranioSacral Therapist