10 January 2007

New Year’s Eve: Dinner & Bronze Durian from Pontianak



Happy New Year 2007!!!

Anybody celebrated the New Year’s Eve?

I was planned to go home to my parents in Cibubur and had a dinner and opened a bottle of wine with them. But it was a surprise that I got a lot of sudden invitations to New Year’s Eve parties on that December 31st, 2006. Unfortunately, I could not come to those invitations as I already promised my parents to have a dinner with them. (Sorry, guys. You have to book your seat earlier, I guess, hehehe).

When I came home, I saw my Mom cooked Semur Ayam, Opor Ayam, Ketupat, Lontong, Sayur Rebung, and Lasagna. We also had a guest star in our dining table. Our neighbor sent us Chicken Satay from Cilacap, West Java. All food were so delicious that made our stomach full and happy. We closed our dinner with a bottle of 2002 red wine from Portuguese. I forgot the name. Never mind. According to the wine expert at my house which is my Dad, the wine tasted not so good.

Two hours before we went to the New Year, I walked down to a house of a closed-family at the same neighborhood. They invited me to come to taste the Durian fruit from their plantation. Of course, I did not say no to the invitation. The Durian is something I really like, especially that a rumor has it that the color of the Durian is orange. Really, eh?

After having a chit-chat with the house-owners, and after drooling for so long thinking about the Durian, finally I ate the Durian with another guest in the house.

I saw two not-so-big Durians, which were placed at the garage, with different size. The owner of the house, the very nice lady, let us eat the Durian, but asked kindly if we only took the bigger one as she wanted to keep the other one for her son who was out for New Year’s Party. Yes, Madam!

When we opened the Durian, yes, the color of the fruit is orange to golden yellow. The smell of the Durian was not so strong. My nose said that the Durian smelled so nice and smooth. When the fruit reached my tongue, it tasted so nice. Just like the smell, it tasted so smooth, not so sweet, but not so bitter. This Durian is the kind that most people will love to eat, even those who do not really like Durian. It is all because most people can accept the smell and the taste. Other Durians seem too strong both in smell and taste that can make you guys feel drunk before you eat the fruit.

What amazed me was that my hands were Durian-smell-free. Yep, this Durian did not leave its trace in my hands just like other Durians.

Before closing all the happiness on that day, I sent an SMS to the son of the lady who gave me the Durian. What was the message? Well, I wished him all the good prayers for the year of 2007 and a bit complaining why his Mother kept one Durian for him while I was drooling to eat it hehehe. He can eat the Durian everyday, right? Later in the afternoon, he sent me the Durian that I saw the night before. Oh lala. (Thanx, buddy). That was the best gift at the first day in 2007. Hope that I keep receiving good gift this year and forever. Amen.

I shared the last Durian with my Mom and my Dad. My Dad said that the Durian is Bronze Durian from Pontianak (West Kalimantan) if he was not mistaken. And yes, he said that the Durian was yummy.

OK, any Durian out there for me?


Malam Tahun Baru: Makan Malam & Durian Tembaga Dari Pontianak



Selamat Tahun Baru 2007 !!!

Ada yang ngerayain malam tahun baru kah? Pasti ada ya.

Kalau aku sendiri awalnya sih hanya mau pulang ke rumah Papa dan Mama di Cibubur dan makan malam dan nge-wine bareng mereka. Entah kenapa di sepanjang hari di tanggal 31 Desember 2006 itu ternyata banyak sekali telpon yang masuk ke telpon genggamku yang ngajakin pesta secara mendadak. Sayangnya, semua ajakan tersebut harus kutolak karena sudah terlanjur janji sama Papa dan Mama untuk makan malam bareng. Yup, tetap pada rencana, apalagi ini janjiannya sama orang tua gitu loh. (Maap ya, teman-teman. Makanya, kalau mau ngajak aku ke suatu acara, mbok ya dari jauh-jauh hari gitu. Loh kok? He he he).

Ketika pulang ke rumah, ternyata Mamaku udah masakin Semur Ayam, Opor Ayam, Ketupat, Lontong, Sayur Rebung yang ada santannya (maap, namanya lupa), dan Lasagna. Ternyata, ada juga bintang tamu lain yang mendadak datang menyemarakkan meja makan kami. Tetangga sebelah ternyata mengirimkan Sate Ayam dari Cilacap. Wah, semuanya enak deh. Bener-bener makan malam menyambut tahun baru yang menyenangkan dan mengenyangkan. Makan malam kali ini ditutup dengan red wine tahun 2002 dari Portugal. Maap, aku lupa namanya. Ah, lagian juga ternyata wine nya ini rasanya kurang enak. Ini menurut sang wine master di rumahku ya alias Papaku.

Dua jam sebelum detik-detik menuju tahun 2007, aku pun melangkahkan kaki bergabung ke rumah salah satu keluarga dekat yang tinggal di kompleks yang sama. Ngapainkah? Hmm, aku ternyata diundang untuk makan durian hasil dari kebon mereka. Wah, yang ini gak boleh dilewatkan ya. Durian gitu loh. Apalagi aku udah denger gossip tentang durian ini yang katanya warnanya lain daripada yang lain, alias orange. Oh ya, masak sih?

Ketika sampai di rumah yang dituju, akunya sih ngobrol-ngobrol dulu sama Om dan Tante, beserta keluarga. Rada malu-malu kucing juga sih, soalnya mulut ini udah berliur-liur pengen makan duriannya. Kira-kira 45 menit sebelum detik-detik tahun baru datang, keinginan untuk makan durian itu sudah tak tertahankan lagi. Aku pun langsung permisi sama Om dan Tante untuk segera membantai sang durian yang diletakkan di garasi. Aku juga menculik salah satu tamu di sana untuk nemenin aku makan durian.

Ketika sampai di garasi, aku melihat 2 buah durian yang ukurannya gak terlalu besar dengan ukuran yang berbeda. Sang Tante yang baik hati itu pun langsung mempersilahkan kita untuk menyerbu durian, dengan catatan kita hanya boleh menyentuh durian yang ukurannya agak gedean dikit, karena yang satunya lagi di sisain untuk anak si Tante yang lagi pesta tahun baru di belantara kota Jakarta. Oke deh, Tante, perintahnya siap kita laksanakan!

Ketika dibuka, memang ajaib duriannya. Warna dagingnya itu loh, orange agak-agak menuju kuning emas, bok! Ketika di cium, baunya durian ini tidak begitu menyengat, malah cenderung wangi. Ketika durian itu mendarat di mulutku, rasanya pun sesuai dengan baunya, tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit. Kelihatannya durian ini bisa menjadi favorit bagi semua kalangan, baik yang suka durian maupun yang agak-agak benci tapi rindu sama durian. Ini semua karena bau dan rasanya mungkin bisa diterima oleh semua pihak. Kalau durian yang lain khan bau dan rasanya kuat banget, sehingga bisa bikin orang mabok sebelum makan. Oh ya, pasti para pecinta durian akan kesel kalau tangannya bau durian. Ternyata durian ini tidak begitu banyak meninggalkan jejaknya di tanganku. Jadi, tanganku bebas dari BB alias Bau Buah-durian (he he he, maksa ya).

Sebelum mengakhiri hari itu, aku pun melayangkan SMS ke anak si Tante untuk ngucapin selamat tahun baru, dan juga rada mengeluh. Ngapain juga durian yang satu lagi di sisain buat dia, bukannya dia udah sering tuh makan durian hasil kebon sendiri he he he. Ternyata, agak siangan dikit, ada paket untukku yang isinya sebuah durian yang kulihat malam sebelumnya. Waduh, jadi malu nih, tapi seneng juga sih. Ini kado terbaik di awal tahun. (Terima kasih, ya, temanku yang baik hati). Mudah-mudahan, di sepanjang tahun ini dan seterusnya, selalu ada kado terbaik untukku. Amin.

Paket durian ini pun sukses di bantai bertiga (aku, Papaku, dan Mamaku). Papaku bilang, kalo gak salah, durian ini namanya Durian Tembaga yang memang berasal dari Pontianak. Dan memang, beliau bilang rasanya enak. Nyam nyam nyam.

Ayo, siapa yang mau ngasi aku durian lagi?
Salam nge-duren,
Astrid Amalia