18 May 2004

ICIP ICIP - Kopi Papua

Sekali lagi saya merasakan senangnya punya teman yang sehobi dengan saya.

Pada suatu waktu, pasangan pengopi yang merupakan teman saya dan temannya anda-anda juga, yaitu Amelia Yahya dan suami tercintanya Houdy Yahya menyinggung-nyinggung masalah 'betapa nikmatnya minum kopi Papua'. Saya waktu itu agak jual mahal, abis kepikiran jangan-jangan kopi nya ini berharga mahal. Lha kok pasangan pengopi ini malah berbalik nantang: "Udah deh, nyobain dulu aja. Nanti dikasi ya, pasti ketagihan deh!"

Heh???? Kok kayak jualan narkoba sih, order pertama dikasi gratis, selanjutnya kalo ketagihan ya harus bayar. Hiks....hiks....hiks.....sedih deh punya temen bandar kopi.....heheheheheeee.......

Akhirnya detik-detik terpenting (ini njiplak abis bahasa romannya Arie P) dalam penyerahan kopi Papua ini terjadi ketika berlangsungnya pesta pernikahan Arie. Itu pun penyerahannya agak memaksa, karena saya nagih-nagih: "Mana? Katanya mau dikasi kopi Papua?"
(Lho ini gimana sih, belon apa-apa kok udah nagih-nagih kayak tukang kredit ya???)

Akhirnya, setelah saya mengancam "Coffee Papua or Die?", pasangan ini pun akhirnya menyerahkan harta benda mereka yaitu 2 toples kecil sampel kopi Papua yang seharusnya diberikan kepada orang lain.
(Kasian de lu!! Rugi khan punya temen kayak gue!!! Hehehehehhehe!!!)

Dua toples itu ternyata berisi 2 jenis kopi Papua yang berbeda, yaitu Papua Bica dan Papua Arabica. Lain kah 2 jenis kopi ini? Rupanya, menurut Houdy, 2 jenis kopi ini tidak hanya campurannya saja yang berbeda, tetapi lokasi perkebunannya pun berbeda. Kalo Papua Bica itu campuran dari kopi jenis arabika dan robusta, dan diambil dari berbagai lembah yang berbeda di Papua. Sedangkan Papua Arabica itu ya sesuai namanya, dari jenis arabika dan diambil dari lembah Dani. Ooo.....gitu toh!!

Houdy dan Amelia rupanya berencana untuk 'membisniskan' kopi ini dengan menjadi distributor bagi 2 jenis kopi Papua ini tapi masih dalam bentuk biji.

Maap...bukannya saya tak setia kawan...bukannya saya tidak mau menolong teman...maap...tapi kalo mau ikutan berbisnis kopi ini, mungkin bisa langsung menghubungi Houdy dan Amelia di email mereka di:

ameliayahya@yahoo.com

Maap...saya bukan marketingnya mereka lho...maap...

OK, waktunya icip-icip kopi Papua ini ya.

Bubuk kopi Papua Bica berwarna coklat tua, iya.....persis kayak butiran coklat yang biasa kita pakai untuk bikin susu coklat. (Wah...gak boleh salah taro nih. Saya kadang-kadang pada malam hari suka bikin susu coklat supaya gampang tidur. Kalo seandainya saya salah taro ini kopi dan ketuker dengan bubuk coklat saya, wah....bukannya tidur pules yang didapat, malah melek semaleman khan berabe tuh!).
Sedangkan bubuk kopi Papua Arabica berwarna hitam, lebih gelap lah dari kopi Papua Bica.

Bau bubuk kopi Papua Bica sebelum diseduh kok kayak tape ya, yaitu agak asem. Sedangkan bau bubuk kopi Papua Arabica sebelum diseduh agak lebih berat dan dalem. Duhh....susah untuk kasi gambaran yang tepat tentang baunya ini. OK lah, seandainya bubuk kopi ini disamakan dengan musik, maka 'suara' dari bubuk kopi Papua Bica ini lebih banyak treble nya...creng...creng....creng....., sedangkan 'suara' dari bubuk kopi Papua Arabica ini lebih banyak 'bass' nya....dem....dem.....dem.....

Tekstur dari bubuk kopi Papua Bica ini lebih kering dibandingkan dengan bubuk kopi Papua Arabica yang terasa lembab di jari saya.

Ketika di seduh, warna air dari kedua jenis kopi Papua ini tidak jauh beda dengan warna bubuk kopi nya sebelum diseduh. Air seduhan bubuk kopi Papua Bica berwarna coklat jernih, sedangkan air seduhan bubuk kopi Papua Arabica berwarna lebih pekat.

Soal aroma air seduhannya, ya itu....gak jauh juga dari bau bubuk kopi ketika belum diseduh. Aroma air kopi Papua Bica lebih 'rame'....ada aroma asem dan fruity, sedangkan aroma air kopi Papua Arabica lebih dalem.....agak berkesan 'macho' lah. (Apaan seeeh kok macho? Ini lah tanda-tandanya kalo saya sudah kehabisan perbendaharaan kata).

Rasa dari kedua jenis kopi ini enak sekali. Rasa air kopi Papua Bica ini sangat ringan dan mengalir habis mulai dari tenggorokan lalu ke lambung saya tanpa meninggalkan rasa akhir sedikit pun baik pada mulut maupun tenggorokan. Sepertinya kopi Papua Bica ini sangat cocok untuk diminum secara single tanpa di campur apa-apa.
Rasa air kopi Papua Arabica lebih pahit sedikit dan terasa agak asam di lidah yang memang merupakan ciri khas dari kopi jenis arabika. Air kopi Papua Arabica ini meninggalkan rasa akhir sedikit berat di lidah bagian atas dan aroma nya masih menempel beberapa menit di tenggorokan walau air kopinya sudah ditelan habis. Kopi Papua Arabica ini kayaknya cocok juga untuk diminum bareng susu atau krimer. Tapi sebaiknya jangan lah, karena nanti mematikan karakter kopi Arabica ini yang sangat nikmat di sruput pelan-pelan...slurp...slurp....ahhhhh!!!

Overall, kedua jenis kopi Papua ini enak sekali. Tapi tolong ya, jangan dibandingkan dengan kopi Sumatra yang karakter nya sangat kuat. Bahkan untuk kopi Papua Arabica yang saya rasa agak dalem itu, tetep tidak bisa dibandingkan dengan kopi Sumatra. Bisa kebanting euyyy. Karakternya kopi Papua yang saya coba ini adalah mild and smooth. Dan yang membuat saya kagum terhadap kopi Papua ini adalah bahwa kopi Papua yang saya icip-icip ini sama sekali tidak meninggalkan kesan 'gosong' di panca indera saya. Ini berarti cara 'penggorengannya' pas dan tidak terlalu matang atau gosong.

Benar juga kata Amelia dan Houdy, kopi ini bisa bikin ketagihan. Pantes aja ya pada jaman dahulu kopi sempat di larang untuk diminum. Tolong teman-teman, doakan saya supaya tidak dipaksa masuk Rumah Sakit Ketergantungan Kopi....heheheheheee.

Sampai jumpa di icip-icip kopi selanjutnya.

Salam ngopi kopi Medan di waktu Jakarta lagi mendung...hmmmm,
Astrid

No comments:

Post a Comment